HARI-HARI berikutnya Bintangpun mulai mengajarkan dasar-dasar tenaga dalam Matahari Terik kepada Lian Nishang, disamping itu Satriapun terus memberikan pengobatan kepada Lian Nishang, semakin hari wajah Lian Nishangpun sudah semakin segar, cantik dan menawan. Pada dasarnya tenaga dalam Rembulan Dingin yang dulu dimiliki oleh Lian Nishang tidak jauh berbeda teorinya dengan Matahari Terik, makanya Lian Nishang dapat dengan cepat memahami apa yang diajarkan Bintang padanya.
Hari ini, tepat 5 hari sudah saat Lian Nishang mendalami tenaga dalam Matahari Terik yang diajarkan Bintang padanya. Lian Nishang tampak duduk bermeditasi bermandikan cahaya mentari pagi yang terasa begitu hangat, sosok Lian Nishang tampak mengeluarkan aura merah disekujur tubuhnya, rambut Lian Nishang yang indah memanjang terlihat mulai terbang keudara, warna putih rambut Lian Nishang secara perlahan mulai berubah warna menjadi warna merah menyala, Bintang yang saat itu be
Baru saja meninggalkan Lembah Obat, Bintang dan Lian Nishang sudah memasuki sebuah dataran luas yang ada di kaki Lembah Obat. Bintang menghentikan langkah kaki kudanya, Lian Nishang yang dibelakangnya ikut menghentikan kaki kudanya dengan heran.“Apa apa kak?”Tanpa menjawab Bintang turun dari punggung kudanya dan menggebah pinggul kudanya hingga kuda tersebut berlari cepat meninggalkan Bintang. Lian Nishang yang heran ikut turun dari kudanya, hal yang sama Bintang lakukan pada kuda Lian Nishang.“Ada apa kak?” tanya Lian Nishang sekali lagi.“Kita harus cepat tiba di Bukit Bayangan adik.”“Kalau mau cepat, kenapa kakak usir pergi kudanya?” ucap Lian Nishang semakin bingung, sementara Bintang tampak menatap kearah langit.Bintang tampak menutup matanya.“Sembrani, datanglah. Aku membutuhkanmu.”. terdengar suara pelan Bintang terdengar. Rupanya Bintang memanggil Sembr
BUKIT Bayangan berdiri dengan kokoh, dulu tidak sembarang orang yang bisa menemukan bukit ini, karena bukit selalu berada dalam ajian bayang-bayang semu, tapi sekarang Bukit Bayangan sudah tak seperti dulu lagi semenjak Bintang kembali dari pengembaraan. 2 sosok tampak berdiri menatap Bukit Bayangan dari kejauhan. Keduanya adalah sepasang muda mudi yang bila ditilik dari penampilan kedua, mereka tak lain adalah Bintang dan Lian Nishang adanya.Lian Nishang dan Bintang tampak terpaku menatap 2 bangunan besar yang megah yang ada Di hadapan mereka, rupanya pembangunan telah selesai dilaksanakan, 1 bangunan yang merupakan tempat tinggal terlihat begitu besar dan megah, Ahisma raya yang dipercaya sebagai perancang bangunan, membangun tempat kediaman mereka dengan gaya tiongkok dan india hingga kesannya begitu megah dan mewah, disebelah bangunan besar itu, disebelahnya tampak sebuah bangunan berbentuk masjid dengan bangunan yang juga tak kalah megah. Hal inilah ya
Malam datang, berjalan seperti biasanya. Rumah tempat kediaman Bintang kini sudah direnovasi seluruhnya, bila dari luar rumah besar itu terlihat begitu megah dan sangat ekslusif, didalamnya pun tak kalah mewah, pengetahuan Ahisma raya dalam membangun bangunan tersebut patut diacungin jempol, terdapat begitu banyak kamar yang dibuat oleh Ahisma raya, dimana desain disetiap kamar begitu mewah bagaikan hotel Bintang 5, disetiap kamar kamar memiliki kamar mandi masing-masing, dimana didalam setiap kamar mandi, Ahisma raya merancang tempat mandi bath up yang terbuat dari pualam giok, shower yang terbuat dari kayu berlubang-lubang yang dipakai hanya dengan menarik sebuah tali, maka air akan mengucur, dan inilah yang dikagumi Bintang saat memasuki salah satu kamar. “Dinda Ahisma benar-benar luar biasa, kanda kagum.”. ucap Bintang kepada Ahisma raya yang sudah mengajak Bintang untuk mengamati setiap lekuk didalam kamar tersebut. Baik dari hiasan dinding ataupun peraduan yang sangat mewah juga
SORE ITU, di Bukit Bayangan telah terjadi suatu pertemuan antara semua yang tinggal di Bukit Bayangan, diantara Bintang, ketiga istri Bintang, Yuki, paman randu, romo dan bunda termasuk kakek Baruna. Bintang mengutarakan maksudnya untuk menikahi Lian Nishang dan tak ada penolakan dari orang-orang yang ada ditempat itu, hanya tinggal menunggu seseorang saja lagi yang kini kehadirannya sangat dinanti-nantikan oleh mereka semua.“Datang..”. tiba-tiba saja Bintang berucap hingga menarik perhatian yang lain, lalu semuanyapun segera beranjak keluar. Di luar harum semerbak kayu cendana wangi sudah tercium santer, dari arah pintu gerbang tampak sebuah kereta kencana yang ditarik 4 ekor kuda tampak memasuki halaman rumah.Didepan beranda rumah, kereta kencana berhenti, kusir kereta kencana tampak turun dan membukakan pintu, sosok seorang wanita berparas dewi dari kayangan tampak turun, pakaian yang dikenakannya membuktikan kalau dia bukanlah wanita
Hari yang dinanti tiba, hari pernikahan Bintang dan Lian Nishang. Putri Samudra tampak membawa seorang ulama yang sebenarnya juga merupakan penghuni dasar laut yang merupakan bangsa manusia yang dipercaya oleh raja naga samudra menjadi penasehat dikerajaan dasar laut. Bintang tampak mengenakan pakaian putih bersorban putih, sedangkan Lian Nishang sendiri tampak mengenakan pakaian merah dan juga berkerudung merah di kepalanya, riasannya yang begitu cantik jelita, membuat sosok Lian Nishang benar-benar bagaikan seorang dewi dari kayangan. Proses pernikahan tersebut hanya disaksikan oleh keluarga dan istri-istri Bintang yang menjadi saksi bagi pernikahan tersebut. Walaupun berlangsung sangat sederhana, tapi tidak mengurangi rasa yang terkandung didalamnya. Lian Nishang sendiri tak sanggup menahan haru air matanya, teringat akan ibunya yang telah tiada. Acara berjalan lancar hingga proses ijab kabul selesai, untuk hiburan, Putri Samudra langsung membawa dayang-dayang istana dasar laut untu
DUA minggu berlalu, semenjak pernikahan Bintang dan Lian Nishang. Seorang prajurit penjaga pintu gerbang depan, tiba-tiba saja datang menghadap Bintang yang saat itu tengah bersama kakek, paman dan ayahnya.“Sembah hormat hamba gusti.” ucap prajurit tersebut“Ada apa prajurit?” ucap Bintang dengan cepat menanggapi.“Di kaki bukit, ada banyak orang yang tengah menuju kemari gusti” ucap sang prajurit hingga membuat perubahan diwajah-wajah orang-orang yang ada ditempat, hanya Bintang yang masih terlihat tenang, karena Bintang memang sudah merasakan kehadiran orang-orang tersebut.“Biarkan saja mereka masuk prajurit.”“Baik gusti.” ucap prajurit tersebut lagi dan tiba-tiba menghilang dari hadapan mereka.“Siapa mereka Bintang?” tanya paman randu lagi.“Mereka adalah rombongan para pendekar paman, mari kita bersiap-siap untuk menyambut mereka.”. ucap Bintan
“Dan saya meminta kepada tuan pendekar.. sebagai ketua dunia persilatan tuan harus berlaku adil dan menghukum Iblis Putih. walaupun istri tuan sendiri.” ucap Mahapatih Ranggowo lagi.“Jika tuan tak sanggup menegakkan keadilan. lebih baik tuan mundur saja.” salah seorang pendekar tiba-tiba saja mengeluarkan ucapan yang begitu keras hingga semua perhatian langsung tertuju kearahnya.“Itu benar.”“Benar.”“Benar..”“Benar...”“Benar....”Terjadi kembali kasak kusuk disana sini mengenai hal itu.“Semuanya tenang.”. tiba-tiba terdengar suara keras Datuk Langit membahana ditempat itu hingga langsung mengheningkan suasana ditempat itu.“Sebelum berbicara harap pikirkan terlebih dahulu.”. ucap Datuk Api lagi“Tapi kami menuntut tuan Bintang sebagai ketua dunia persilatan untuk bersikap adil datuk”.
BUKIT BAYANGAN yang biasa tenang, kini sudah berubah menjadi hiruk pikuk orang-orang yang hadir ditempat itu, sebagaimana telah diceritakan sebelumnya (Iblis Putih), serombongan para pendekar dan prajurit kerajaan telah datang ke Bukit Bayangan untuk menuntut keadilan atas nyawa yang sudah melayang oleh Iblis Putih. Disaat-saat genting, kemunculan eyang Mandalaksana dan eyang putri sangat mengejutkan semua orang. Eyang Mandalaksana memang sangat disegani oleh tokoh-tokoh dunia persilatan, bahkan termasuk Tiga Datuk, nama besar eyang Mandalaksana sebagai dedengkot nomor 1 dijagat persilatan begitu dihormati dan disegani, karena itulah suasana diBukit Bayangan berubah hening saat eyang Mandalaksana dan eyang putri muncul secara tiba-tiba.Dimasa mudanya, eyang Mandalaksana terkenal akan lidah pahitnya, setiap ucapannya akan menjadi kenyataan, tak terhitung banyaknya korban eyang Mandalaksana, hingga tak seorangpun yang berani macam-macam terhadap eyang Mandalaksana. Yang paling
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu