DUA minggu berlalu, semenjak pernikahan Bintang dan Lian Nishang. Seorang prajurit penjaga pintu gerbang depan, tiba-tiba saja datang menghadap Bintang yang saat itu tengah bersama kakek, paman dan ayahnya.
“Sembah hormat hamba gusti.” ucap prajurit tersebut
“Ada apa prajurit?” ucap Bintang dengan cepat menanggapi.
“Di kaki bukit, ada banyak orang yang tengah menuju kemari gusti” ucap sang prajurit hingga membuat perubahan diwajah-wajah orang-orang yang ada ditempat, hanya Bintang yang masih terlihat tenang, karena Bintang memang sudah merasakan kehadiran orang-orang tersebut.
“Biarkan saja mereka masuk prajurit.”
“Baik gusti.” ucap prajurit tersebut lagi dan tiba-tiba menghilang dari hadapan mereka.
“Siapa mereka Bintang?” tanya paman randu lagi.
“Mereka adalah rombongan para pendekar paman, mari kita bersiap-siap untuk menyambut mereka.”. ucap Bintan
“Dan saya meminta kepada tuan pendekar.. sebagai ketua dunia persilatan tuan harus berlaku adil dan menghukum Iblis Putih. walaupun istri tuan sendiri.” ucap Mahapatih Ranggowo lagi.“Jika tuan tak sanggup menegakkan keadilan. lebih baik tuan mundur saja.” salah seorang pendekar tiba-tiba saja mengeluarkan ucapan yang begitu keras hingga semua perhatian langsung tertuju kearahnya.“Itu benar.”“Benar.”“Benar..”“Benar...”“Benar....”Terjadi kembali kasak kusuk disana sini mengenai hal itu.“Semuanya tenang.”. tiba-tiba terdengar suara keras Datuk Langit membahana ditempat itu hingga langsung mengheningkan suasana ditempat itu.“Sebelum berbicara harap pikirkan terlebih dahulu.”. ucap Datuk Api lagi“Tapi kami menuntut tuan Bintang sebagai ketua dunia persilatan untuk bersikap adil datuk”.
BUKIT BAYANGAN yang biasa tenang, kini sudah berubah menjadi hiruk pikuk orang-orang yang hadir ditempat itu, sebagaimana telah diceritakan sebelumnya (Iblis Putih), serombongan para pendekar dan prajurit kerajaan telah datang ke Bukit Bayangan untuk menuntut keadilan atas nyawa yang sudah melayang oleh Iblis Putih. Disaat-saat genting, kemunculan eyang Mandalaksana dan eyang putri sangat mengejutkan semua orang. Eyang Mandalaksana memang sangat disegani oleh tokoh-tokoh dunia persilatan, bahkan termasuk Tiga Datuk, nama besar eyang Mandalaksana sebagai dedengkot nomor 1 dijagat persilatan begitu dihormati dan disegani, karena itulah suasana diBukit Bayangan berubah hening saat eyang Mandalaksana dan eyang putri muncul secara tiba-tiba.Dimasa mudanya, eyang Mandalaksana terkenal akan lidah pahitnya, setiap ucapannya akan menjadi kenyataan, tak terhitung banyaknya korban eyang Mandalaksana, hingga tak seorangpun yang berani macam-macam terhadap eyang Mandalaksana. Yang paling
Setelah Eyang Mandalaksana mengeluarkan ucapan, tiba-tiba saja lima halilintar menggelegar dengan dahsyat seakan ingin memecah langit. Tapi kejadian itu hanya sesaat, walau cuma sesaat semua wajah ditempat itu berubah pucat, bagaikan baru saja melihat kematian didepan mata mereka. Tak lama alam kembali tenang. Suasana kembali hening mencekam.“Hha...hantu !” tiba-tiba saja rombongan pembawa keranda berteriak histeris saat keranda mayat yang mereka mayat bergoyang-goyang, kontan saja orang-orang yang berada disekitar keranda langsung berlari menjauh.Mayat yang ada didalam keranda yang sudah mengeluarkan aroma busuk karena pembusukan daging, tiba-tiba saja kembali kewujud semula dan secara tiba-tiba saja kedua mata mayat tersebut terbuka. Bagaikan baru bangun dari tidur, mayat itu bangkit dari dalam keranda, dan menatap bingung kearah sekelilingnya.“Kenapa aku disini, apa yang terjadi?” ucap simayat dengan bingung.“Ketua, ke
Di ruang yang berukuran 3x3, tampak sosok eyang Mandalaksana yang tengah duduk mematung dengan kedua mata terpejam, dibelakangnya tampak Bintang yang telah menempelkan kedua tangannya dikedua pundak eyang Mandalaksana, dari kedua tangan Bintang tampak mengalir sinar keemasan kesekujur tubuh eyang Mandalaksana, saat ini Bintang memang tengah menggunakan Segel Dewa Kehidupannya untuk menyelamatkan eyang Mandalaksana dari kematian. Tak jauh dari Bintang tampak pula seluruh keluarga Bintang dan eyang putri sendiri yang tampak memperhatikan sosok Bintang dengan seksama.“Apa yang dilakukan Bintang, cahaya keemasan yang disalurkan ke tubuh kakang Mandalaksana bukanlah aura manusia biasa, ini adalah ilmu dewa.” batin eyang putri lagi seraya terus memperhatikan apa yang Bintang lakukan kepada eyang Mandalaksana.Di saat Bintang berjuang untuk menyelamatkan sosok eyang Mandalaksana, jiwa eyang Mandalaksana sudah berada disebuah tempat yang hanya berwarna pu
MALAM baru saja datang, tapi keadaan alam sudah sedemikian sunyinya, semua mahluk lebih memilih untuk beristirahat ketimbang membuang-buang tenaga melakukan hal-hal yang tak perlu. Demikian pula yang terjadi di Bukit Bayangan. Bintang yang banyak mengeluarkan hawa dewa memilih untuk beristirahat bersama istri-istrinya malam itu. Salah satunya bersama Lian Nishang. “Kanda, Lian ingin mengatakan sesuatu” “Katakan saja dinda” “Lian benar-benar merasa bersalah sama kanda dan eyang Mandalaksana.” ucap Lian Nishang yang saat itu tengah berbaring didada bidang Bintang. Bintang yang mendengar itu dengan segera membalik tubuh Lian kesamping hingga kini keduanya saling menatap. “Dinda jangan berkata seperti itu, sudah seharusnya seorang suami melindungi istrinya” “Tapi gara-gara dinda, kanda harus kehilangan jabatan ketua dunia persilatan, Lian benar-benar merasa bersalah kanda.” ucap Lian Nishang lagi tak mampu menyembunyikan rasa sedihnya, Bintang tersenyum dan menundukkan wajahnya, denga
“Jadi keputusanmu sudah bulat Bintang untuk melepaskan jabatan ketua dunia persilatan?” tanya eyang Mandalaksana pada Bintang yang duduk dihadapannya.“Benar eyang”“Kau tidak menyesal?”Bintang tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Sekarang hamba hanya ingin fokus bersama istri-istri hamba” ucap Bintang lagi dan eyang Mandalaksana tampak mengangguk-anggukkan wajahnya.“Oh ya eyang, bagaimana eyang tahu kalau hamba adalah murid eyang Panembahan Agung dan kakek Huang da di?” tanya Bintang yang memang penasaran“Aku bertemu dengan Huang da di sewaktu kau menyalurkan hawa dewa kemaren, dari Huang, aku tahu semuanya tentang dirimu”. Ucap eyang Mandalaksana lagi.“Aku kira selama ini, Pangeran Iblis dan Iblis Langit hanyalah mitos belaka, kata Huang, kaulah yang akan menjadi kunci keselamatan umat manusia dari kegelapan” sambung eyang Mandalaksana lagi.&
Malam akhirnya datang.“Bagaimana kakang?” tanya eyang putri cepat saat melihat eyang Mandalaksana telah membuka kedua matanya dari keadaan meditasinya.“Benar nyai, Bintang berlaku adil kepada istri-istrinya dengan cara membelah dirinya menjadi 5 orang, tapi aku tak dapat melihat kedalam kamar mereka, ada satu kekuatan yang melindunginya hingga kekuatan mata batinku tak dapat menembusnya”“Ya iyalah, ngapain juga kakang ingin mengintip sampai kedalam kamar” ucap eyang putri bersungut. Eyang Mandalaksana hanya tersenyum melihat hal itu.“Jangan cemburu nyai?”“Siapa yang cemburu”“Sudahlah, bagaimana hasil pemantauan nyai tentang kehidupan keluarga Bintang?”“Sepertinya istri-istri Bintang semuanya rukun dan akrab, mereka terlihat bahagia dengan kehidupan mereka sekarang” ucap eyang putri lagi seraya menuangkan air yang ada diatas meja dikamar tersebut
“Dengan kekuatan psikokenesis dan ditambah kekuatan kegelapan yang dinda miliki, saat ini diantara semua istri kanda, dinda Ahismalah yang paling kuat, karena itu dinda harus berhati-hati dalam menggunakan kekuatan kegelapan, nanti kanda akan membimbing dinda untuk menguasai kekuatan-kekuatan kegelapan yang lain agar bisa dinda pergunakan bila terpaksa” ucap Bintang lagi.“Bagaimana dinda bisa memiliki kekuatan kegelapan ini kanda?”“Mungkin karena dulu tubuh dinda pernah menyatu dengan Ratu Kegelapan, jadi kekuatan Ratu Kegelapan masih tertinggal ditubuh dinda” ucap Bintang lagi, hingga membuat Ahisma mulai mengerti.“Ya udah, dinda mau membersihkan tubuh dulu ya kanda, kanda jangan tidur dulu.” ucap Ahisma seraya mencium lembut bibir Bintang dan berlari masuk kedalam kamar mandi dikamarnya.Bintang hanya tersenyum, lalu kemudian Bintang telah mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur yang terbuat dari sutr
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu