Di ruang yang berukuran 3x3, tampak sosok eyang Mandalaksana yang tengah duduk mematung dengan kedua mata terpejam, dibelakangnya tampak Bintang yang telah menempelkan kedua tangannya dikedua pundak eyang Mandalaksana, dari kedua tangan Bintang tampak mengalir sinar keemasan kesekujur tubuh eyang Mandalaksana, saat ini Bintang memang tengah menggunakan Segel Dewa Kehidupannya untuk menyelamatkan eyang Mandalaksana dari kematian. Tak jauh dari Bintang tampak pula seluruh keluarga Bintang dan eyang putri sendiri yang tampak memperhatikan sosok Bintang dengan seksama.
“Apa yang dilakukan Bintang, cahaya keemasan yang disalurkan ke tubuh kakang Mandalaksana bukanlah aura manusia biasa, ini adalah ilmu dewa.” batin eyang putri lagi seraya terus memperhatikan apa yang Bintang lakukan kepada eyang Mandalaksana.
Di saat Bintang berjuang untuk menyelamatkan sosok eyang Mandalaksana, jiwa eyang Mandalaksana sudah berada disebuah tempat yang hanya berwarna pu
MALAM baru saja datang, tapi keadaan alam sudah sedemikian sunyinya, semua mahluk lebih memilih untuk beristirahat ketimbang membuang-buang tenaga melakukan hal-hal yang tak perlu. Demikian pula yang terjadi di Bukit Bayangan. Bintang yang banyak mengeluarkan hawa dewa memilih untuk beristirahat bersama istri-istrinya malam itu. Salah satunya bersama Lian Nishang. “Kanda, Lian ingin mengatakan sesuatu” “Katakan saja dinda” “Lian benar-benar merasa bersalah sama kanda dan eyang Mandalaksana.” ucap Lian Nishang yang saat itu tengah berbaring didada bidang Bintang. Bintang yang mendengar itu dengan segera membalik tubuh Lian kesamping hingga kini keduanya saling menatap. “Dinda jangan berkata seperti itu, sudah seharusnya seorang suami melindungi istrinya” “Tapi gara-gara dinda, kanda harus kehilangan jabatan ketua dunia persilatan, Lian benar-benar merasa bersalah kanda.” ucap Lian Nishang lagi tak mampu menyembunyikan rasa sedihnya, Bintang tersenyum dan menundukkan wajahnya, denga
“Jadi keputusanmu sudah bulat Bintang untuk melepaskan jabatan ketua dunia persilatan?” tanya eyang Mandalaksana pada Bintang yang duduk dihadapannya.“Benar eyang”“Kau tidak menyesal?”Bintang tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Sekarang hamba hanya ingin fokus bersama istri-istri hamba” ucap Bintang lagi dan eyang Mandalaksana tampak mengangguk-anggukkan wajahnya.“Oh ya eyang, bagaimana eyang tahu kalau hamba adalah murid eyang Panembahan Agung dan kakek Huang da di?” tanya Bintang yang memang penasaran“Aku bertemu dengan Huang da di sewaktu kau menyalurkan hawa dewa kemaren, dari Huang, aku tahu semuanya tentang dirimu”. Ucap eyang Mandalaksana lagi.“Aku kira selama ini, Pangeran Iblis dan Iblis Langit hanyalah mitos belaka, kata Huang, kaulah yang akan menjadi kunci keselamatan umat manusia dari kegelapan” sambung eyang Mandalaksana lagi.&
Malam akhirnya datang.“Bagaimana kakang?” tanya eyang putri cepat saat melihat eyang Mandalaksana telah membuka kedua matanya dari keadaan meditasinya.“Benar nyai, Bintang berlaku adil kepada istri-istrinya dengan cara membelah dirinya menjadi 5 orang, tapi aku tak dapat melihat kedalam kamar mereka, ada satu kekuatan yang melindunginya hingga kekuatan mata batinku tak dapat menembusnya”“Ya iyalah, ngapain juga kakang ingin mengintip sampai kedalam kamar” ucap eyang putri bersungut. Eyang Mandalaksana hanya tersenyum melihat hal itu.“Jangan cemburu nyai?”“Siapa yang cemburu”“Sudahlah, bagaimana hasil pemantauan nyai tentang kehidupan keluarga Bintang?”“Sepertinya istri-istri Bintang semuanya rukun dan akrab, mereka terlihat bahagia dengan kehidupan mereka sekarang” ucap eyang putri lagi seraya menuangkan air yang ada diatas meja dikamar tersebut
“Dengan kekuatan psikokenesis dan ditambah kekuatan kegelapan yang dinda miliki, saat ini diantara semua istri kanda, dinda Ahismalah yang paling kuat, karena itu dinda harus berhati-hati dalam menggunakan kekuatan kegelapan, nanti kanda akan membimbing dinda untuk menguasai kekuatan-kekuatan kegelapan yang lain agar bisa dinda pergunakan bila terpaksa” ucap Bintang lagi.“Bagaimana dinda bisa memiliki kekuatan kegelapan ini kanda?”“Mungkin karena dulu tubuh dinda pernah menyatu dengan Ratu Kegelapan, jadi kekuatan Ratu Kegelapan masih tertinggal ditubuh dinda” ucap Bintang lagi, hingga membuat Ahisma mulai mengerti.“Ya udah, dinda mau membersihkan tubuh dulu ya kanda, kanda jangan tidur dulu.” ucap Ahisma seraya mencium lembut bibir Bintang dan berlari masuk kedalam kamar mandi dikamarnya.Bintang hanya tersenyum, lalu kemudian Bintang telah mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur yang terbuat dari sutr
SIANG itu matahari begitu terik dipuncaknya. Seperti biasa, di Bukit Bayangan semuanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Para istri Bintang tengah bercengkrama ditaman belakang bersama bundanya Bintang, Yuki dan eyang putri, sementara para lelaki juga tampak tengah berbicara serius diberanda depan rumah, tapi pembicaraan para lelaki terhenti saat prajurit penjaga pintu gerbang datang menghadap.Prajurit yang berasal dari negeri dasar laut ini tampak menjura hormat kepada Bintang dan yang lainnya.“Ada apa prajurit?”“Ampun gusti, ada seorang tamu wanita diluar yang ingin bertemu gusti”“Tamu wanita” ulang Bintang heran.“Persilahkan saja masuk prajurit” ucap romo setyo pinangan cepat.“Baik” ucap prajurit itu lagi seraya menjura hormat dan berjalan cepat kearah pintu gerbang.Tak lama, seorang wanita bercaping bambu, bercadar Kuning, berkulit putih, tubuh ramping semamp
“Eyang putri, kenapa sih eyang lanang seperti itu?”“Eyang lanangpun sedang pusing Ajeng, harap maklum”“Pusing, pusing kenapa eyang?”“Pusing karena kedua cucunya mau menikah?” ucap eyang putri lagi“Roro Putri juga mau menikah eyang?” tanya Ajeng lagi, eyang putri hanya mengangguk.“Loh... Bukannya bagus eyang” ucap Ajeng lagi, eyang putri hanya tersenyum kecut mendengarnya.“Eyang lanang pusing karena kedua cucu kesayangannya ingin menikahi orang yang sama” ucap eyang putri lagi hingga kontan wajah Roro Ajeng langsung berubah pucat, bagaikan melihat petir menyambar didepan matanya.Dengan menarik nafas panjang, eyang putripun mulai menceritakan awal pertemuan Roro Putri dengan Bintang, semakin panjang cerita eyang putri semakin berubah wajah Ajeng yang mendengarnya.“Ajeng, apakah kau yakin dengan keputusanmu, apa sebaiknya kau pikirkan
KEESOKAN harinya, eyang Mandalaksana mengatakan kalau dalam beberapa hari ini, Roro Putri Srikandi dan Begawan Cakra Buana akan datang, dan ucapan eyang Mandalaksana terbukti, beberapa hari kemudian, Roro Putri Srikandi, Begawan Cakra Buana bersama beberapa orang murid Padepokan Cakra Buana datang ke Bukit Bayangan.Bintang dan keluarga segera menyambut kedatangan Begawan Cakra Buana dan rombongan. Begawan Cakra Buana sendiri terlihat langsung bersujud dihadapan eyang Mandalaksana dan eyang putri.“Murid mohon beribu ampun kepada eyang dan eyang putri” ucap Begawan Cakra Buana.“Bangunlah Sulandaka” terdengar suara eyang putri menyebutkan nama asli Begawan Cakra Buana, tapi anehnya Begawan Cakra Buana justru tak mengangkat wajahnya.“Murid memohon ampun guru” ucap Begawan Cakra Buana lagi, ucapan Begawan Cakra Buana kali ini jelas tertuju kearah eyang Mandalaksana. Semua tampak diam menantikan apa yang akan terjadi sela
Dari kebahagiaan yang terjadi diantara Bintang dan keluarganya, kini kita lihat apa yang dibicarakan oleh eyang Mandalaksana bersama yang lainnya yang telah berkumpul didalam sebuah ruangan.“Jadi begitulah Roro... Orang yang selama ini dicintai dan ditunggu oleh Ajeng adalah raden Bintang adanya” ucap eyang putri menceritakan dan menjelaskan semuanya kepada Roro Putri yang langsung berubah paras jelitanya mendengar hal itu, Roro Putri segera mengalihkan pandangannya kearah Roro Ajeng yang berada tak jauh darinya.“Bintang sudah memiliki 5 orang istri, eyang minta kepada kalian berdua, pikirkan lagi keputusan kalian untuk menikahi Bintang, apa kalian ingin menjadi istri ke 6 dan berbagi cinta dengan yang lain?” sambung eyang Mandalaksana lagiRoro Putri dan Roro Ajeng terlihat sama-sama terdiam mendengar hal itu. “Masih banyak lelaki yang lebih baik yang bisa kalian dapatkan diluar sana” sambung eyang putri lagi.&ldquo
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu