Suasana mencekam meliputi sebuah desa dimana telah satu pristiwa mengerikan yang mengakibatkannya jatuhnya korban. Dan yang lebih mengerikan lagi adalah setiap korban yang ditemukan selalu tewas dengan adanya luka gigitan dileher mereka dan tubuh mereka kering karena kehabisan darah. Banyak yang menduga kalau pelaku dari semua kekejian itu adalah sebangsanya lelembut.
Desa Tawungsari, demikian nama desa ini kini selalu berada dalam ketakutan tersebut dan sebagaimana kita ketahui pada kisah sebelumnya (Gerombolan Bayangan Setan) Bintang yang saat itu tengah melewati desa tersebut juga dibuat terkejut melihat keadaan desa Tawungsari yang seperti desa mati, karena pada malam hari, tidak seorangpun dari penduduk desa Tawungsari yang terlihat berkeliaran diluar rumah. Dan pagi itu kembali masyarakat desa Tawungsari digemparkan dengan ditemukannya kembali satu mayat yang juga mengalami hal yang sama pada korban-korban sebelumnya, tewas dengan tubuh kehabisan darah.
“Korban
Malam akhirnya datang, diangkasa rembulan tampak bersinar cukup terang malam itu, bintang-bintangpun tampak banyak tertaburan disana sini menemani sang rembulan dengan setia. Seperti malam-malam sebelumnya, Desa Tawungsari terlihat bagaikan desa mati, tidak seorangpun yang terlihat keluar dari rumahnya bila malam telah datang, diantara rumah-rumah yang ada didesa Tawungsari yang rata-rata berada didalam kegelapan, hanya satu rumah yang tampak sangat berbeda. Rumah yang berdiri cukup besar dan megah, puluhan obor tampak berjejer mengelilingi tempat itu hingga tempat itu terlihat cukup terang benderang dengan cahaya obor-obor tersebut, tiga orang lelaki yang sepertinya adalah merupakan penjaga rumah tersebut terlihat berjaga dengan penuh kesiagaan. Sesekali keduanya terlihat menatap dengan tatapan penuh was-was keberbagai penjuru rumah. Dipinggang ketiganya tersampir golok besar yang setiap saat bisa digunakan. Dan tanpa seorangpun yang mengetahui, sepasang mata tampak terus m
Pagi baru saja datang menyapa, sang mentaripun baru saja menampakkan dirinya diufuk timur, terpaan cahaya kuning keemasannya terasa begitu menghangatkan kulit. Sementara itu di Desa Tawungsari terlihat kehidupan kembali berjalan seperti biasanya, hanya saja pagi itu ada satu cerita yang menjadi cerita hangat diantara penduduk desa, karena pada hari itu tidak ada korban dari manusia penghisap darah yang selama beberapa hari ini telah menebarkan teror kematian di desa Tawungsari. Bahkan kabar yang tersebar menyebutkan kalau hal itu terjadi karena seorang pendekar yang telah berhasil menggagalkan teror simanusia penghisap darah. Karena kabar itulah kini rumah penginapan ki Tawuk terlihat begitu ramai dikunjungi oleh para pengunjung, mereka ingin melihat langsung sosok pendekar yang malam tadi berhasil mengalahkan si manusia penghisap darah. Bintang yang pagi itu memang sudah kembali berada di penginapan ki Tawuk sedikit terkejut melihat sambutan masyarakat desa Tawungsari kepad
“Silahkan duduk tuan, saya akan memberitahukan kedatangan tuan kepada Nyai”. “Terima kasih ki.”. Ki Tayub segera meninggalkan tempat itu, dan Bintang terlihat menatapi seluruh ruangan tersebut, walau megah dan mewah, tapi hati Bintang masih bertanya-tanya, karena tidak seorangpun terlihat pelayan dirumah itu, padahal rumah sebegitu luasnya tentulah seharusnya memiliki banyak pelayan. Tak lama kemudian Ki Tayub muncul kembali, ditangannya terlihat sebuah nampan yang berisikan minuman. “Silahkan diminum tuan”. ucap Ki Tayub lagi mempersilahkan Bintang. “Tolong jangan panggil aku seperti itu ki kedengarannya sangat kurang pantas, panggil saja Raden atau denmas”. Ucap Bintang lagi tersenyum ramah. “Baik denmas, sebentar lagi Nyai akan segera datang” “Maaf ki, kalau saya tidak salah lihat, sepertinya tidak ada seorangpun pelayan dirumah ini”. ucap Bintang akhirnya mengungkapkan rasa herannya. “Benar den, semua pelayan disini sudah berhenti karena t
Langkah-langkah halus terdengar melangkah dibelakang Bintang, dan Bintang segera berpaling. “Ki Tayub”. ucap Bintang lagi tersenyum saat sosok Ki Tayub yang kini sudah ada didekatnya. “Ini saya bawakan kopi hangat dan singkong rebus den, biar tidak mengantuk”. ucap Ki Tayub lagi dengan ramahnya. “Waduh, ngerepotin Ki Tayub saja”. “Ah tidak repot denmas”. maka bersama Ki Tayubpun Bintang segera menikmatinya hangatnya singkong rebus dan kopi hangat buatan Ki Tayub. “Sepertinya manusia penghisap darah itu tidak berani lagi muncul setelah denmas kalahkan kemarin”. ucap Ki Tayub lagi. “Mudah-mudahan saja ki”. ucap Bintang lagi. “Oh ya ki, apakah saya boleh bertanya sesuatu. ?”. “Oh tentu, tentu den” “Apakah benar Nyai Kembangsari tidak pernah memiliki musuh ?”. ucap Bintang lagi hingga membuat Ki Tayub terdiam dan Ki Tayub terlihat memikirkan pertanyaan Bintang itu. “Sepengetahuan saya sih tidak ada den, dan
“Lalu bagaimana dengan kekasih Nyai Kembangsari yang bernama Sunarya itu ki, apakah tidak ada lagi kabar tentangnya. ?”. ucap Bintang lagi. “Tidak den, tiga tahun yang lalu Sunarya pernah datang kemari dan meminta Nyai Kembangsari untuk menjadi istrinya, tapi Nyai menolaknya, saya sendiri tidak tahu kenapa Nyai melakukan hal itu, sejak saat itu Sunarya tidak pernah datang lagi, bahkan saya dengar kabar dari masyarakat desa Rantangpuri, Sunarya juga sudah tidak ada lagi berada di desa itu, katanya Sunarya pergi hilang entah kemana”. ucap Ki Tayub lagi dan Bintang kembali terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar hal itu. *** Beberapa hari kemudian, keadaan didesa Tawungsari benar-benar sudah tenang, masyarakat desa Tawungsari sudah tidak lagi merasakan rasa ketakutan akibat teror manusia penghisap darah yang selama beberapa waktu telah meneror seluruh masyarakat desa Tawungsari. Tapi kini semenjak kehadiran Bintang didesa itu, keadaan Desa Tawungsari b
Perjalanan mereka tidak begitu mengalami banyak hambatan dan saat matahari sudah mulai berada dipuncaknya, perjalanan mereka sudah tiba didepan sebuah hutan yang menurut Ki Tayub, setelah melewati hutan itu mereka akan segera tiba di Desa Rantangpuri, tapi menurut Ki Tayub pula dulunya hutan itu masih merupakan sarang begal rampok yang sering menghadang setiap orang yang melewati hutan tersebut, tapi kejadian itu sudah begitu lama sekali, sekitar 5 tahun yang lalu. Sejak suaminya Juragan Wira meninggal. “Kita sudah tiba dihutan Rantangpuri Nyai”. ucap Bintang lagi memberitahukan kepada sosok Nyai Kembangsari yang duduk dibelakang. Nyai Kembangsari tampak menatap hutan lebat yang ada dihadapannya. “Apakah menurut Raden dihutan itu masih ada para begal rampoknya ?”. “Saya juga tidak tahu Nyai, tapi Nyai tidak perlu khawatir, selagi saya masih ada disini, takkan kubiarkan mereka menyakiti Nyai”. ucap Bintang lagi. Dari dalam kereta kuda, terlihat Nyai Kembangsar
“Sudah ketua, biar kami yang beri pelajaran pada pemuda sombong ini.”. ucap salah seorang anak buahnya lagi seraya mengacung-acungkan golok ditangannya. “Benar ketua, biar kami yang membereskannya”. sambut belasan anak buahnya yang lain dengan begitu semangatnya. Tanpa menunggu jawaban dari pemimpin mereka, belasan orang anak buahnya terlihat langsung bergerak mengepung Bintang. Bintang tetap tenang berada ditempatnya, hanya kedua mata Bintang yang bergerak liar melihat kearah para pengepungnya. Melihat belasan orang yang kini mengepung Bintang, tentu saja Nyai Kembangsari kini sangat mengkhawatirkan keadaan Bintang. “Serang!!! hyaaatt...hyyatt....wuut....wuutt...wuutt”. Belasan sosok gerombolan begal yang memegang senjata golok ditangan mereka itu dengan serentak menyerang kedepan, mereka terlihat begitu bersemangat sekali, golok-golok ditangan mereka bergerak cepat kearah tubuh Bintang, seakan tidak kenal ampun, tapi ; “Deeess....ddeesss....dddddeeesssss.”.
“Bbbruusshhh.”. secara mengejutkan sekali, tiba-tiba saja satu sosok tubuh muncul dari dalam tanah dibelakang Bintang. “Bintang awasss!”. dari kereta kudanya Nyai Kembangsari terlihat langsung berteriak memperingatkan Bintang, tapi sebenarnya Bintang sudah mengetahui hal itu. “Wuutt....setttt”. sosok yang tak lain adalah sang pemimpin begal itu terlihat langsung melepaskan serangan pisau terbangnya kearah Bintang, dan Bintang kembali memperlihatkan kelasnya sebagai seorang pendekar dengan berputar diudara untuk menghindari serangan pisau terbang itu, tapi ; “Mati kau anak muda... wuutt....setttt”. ucap sang pemimpin begal lagi seraya kembali melepaskan pisau terbangnya kearah Bintang, rupanya serangan pertama tadi hanyalah serangan tipuan pengalih perhatian saja, sedangkan serangan yang sebenarnya adalah serangan yang kedua dan saat pisau terbang itu melesat kearahnya, sosok Bintang masih berputar-putar diudara. “Kena!!”. teriak sang pemimpin begal ge
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu