“Kalian tidak apa-apa”. Ucap Bintang kearah Guriwa dan rombongan yang masih terpaku tak mampu mengucap apa-apa karena baru saja lolos dari kematian yang sangat mengenaskan. Tak menunggu jawaban, Bintang kembali berbalik menghadap kearah sosok Dasamuka yang masih berbentuk raksasa.
“Hebat juga perisai pelindungmu bocah”. Ucap Dasamuka
“Sudah cukup tindakanmu Dasamuka” ucap Bintang tegas.
“Ha ha ha...! memang kau mampu menandingiku bocah, dengan Tombak Naga Kembar ditanganku ini tak ada yang bisa mengalahkanku..Ha ha ha...!”. ucap Dasamuka lagi tertawa. Tapi tiba-tiba saja tawa Dasamuka terhenti saat merasakan aura yang sangat aneh keluar dari tubuh Bintang.
“Ini”. Dasamuka mencoba melihat jelas sosok Bintang yang begitu kecil dihadapannya, ditatapnya dengan jelas sosok Bintang yang kini tampak mengangkat telapak tangan kanannya.
“Clab”. tiba-tiba saja dari jari manis Binta
Malam itu, eyang Mandalaksana memanggil Guriwa dan Jagat Lanang untuk menghadapnya. Dihadapan eyang Mandalaksana, Guriwa dan Jagat Lanang menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di alam ghaib, dan tiba-tiba saja wajah eyang Mandalaksana berubah.“Apa! jadi cucuku Roro tewas!”. ucap eyang Mandalaksana sangat terkejut.“Benar guru, tapi Dasamuka kembali menghidupkan gusti Roro dengan menggunakan Tombak Naga Kembar”. Ucap Guriwa lagi.“Benar-benar pusaka tiada tanding”. ucap eyang Mandalaksana lagi seraya menoleh kearah sebelah kanannya, dimana tampak Tombak Naga Kembar yang dipajangnya diantara pusaka-pusaka yang lain.“Lanjutkan ceritamu Guriwa”. Ucap eyang Mandalaksana lagi, Guriwapun melanjutkan ceritanya. Dan lagi-lagi wajah eyang Mandalaksana berubah saat mendengar Dasamuka dan para anak buahnya tunduk dan bersujud dihadapan Bintang.“Benarkah itu Guriwa?”“Benar guru, Jag
“Negeri seberang”. ucap eyang Mandalaksana dan eyang putri terkejut“Seberang lautan maksudmu raden?”“Benar eyang putri”“Kemana... Kemana saja raden, ceritakan padaku?”. ucap eyang Mandalaksana lagi. “Maafkan sikapku raden, karena terlalu senang, karena dulu keinginanku juga ingin mengembara kenegeri-negeri jauh diseberang lautan untuk mencari ilmu dan pusaka... Ada raden disini sungguh aku ingin sekali mendengar tentang negeri-negeri diseberang lautan itu”. Ucap eyang Mandalaksana.Bintang tersenyum lalu Bintangpun menceritakan pengembaraannya dinegeri seberang secara singkat tanpa menceritakan perseteruan-perseteruan yang di alami Bintang selama berada di negeri asing. Pengembaraan yang Bintang ceritakan membuat wajah eyang Mandalaksana dan eyang putri berbinar. Guriwa dan Jagat Lanangpun tak mampu menyembunyikan kekaguman mereka kepada Bintang.“Luar biasa... Sungguh luar biasa&
Keesokan harinya. Roro baru saja tersadar dari keadaannya. Orang yang pertama dilihatnya adalah eyang putrinya.“Syukurlah kau sudah sadar Roro”“Apa yang terjadi eyang putri, dimana aku?”“Kau sudah berada dirumah sekarang Roro”. Ucap eyang putri tersenyum.“Apa yang terjadi eyang ? kang Bintang...dimana kang Bintang eyang?”“Semua baik-baik saja Roro, raden Bintang berhasil mendapatkan Tombak Naga Kembar” ucap eyang putri lagi, eyang Mandalaksana sudah memerintahkan semuanya untuk tidak menceritakan tentang apa yang terjadi di alam ghaib kepada Roro.“Syukurlah”. ucap Roro dengan nafas lega.“Dimana kang Bintang sekarang eyang?”“Ada Roro” ucap eyang putri lagi. Tiba-tiba saja Roro mencoba untuk bangkit tapi cepat ditahan sama eyang putri.“Mau kemana?”“Mau menemui kang Bintang eyang”
Sesampai di aula pertemuan yang megah, eyang putri langsung mempersilahkan para tamunya untuk duduk.“Jadi nama kalian Cakra dan Buana?”. tanya eyang putri lagi.“Benar eyang putri” ucap Cakra dan Buana hampir bersamaan.“Bagaimana kabar gurumu?”“Guru baik-baik saja eyang putri... Guru juga menitipkan salam kepada eyang putri dan eyang Mandalaksana”Percakapan panjangpun terjadi diantara mereka, sementara Yuki sendiri tampak terus memperhatikan sosok Roro putri, demikian pula sebaliknya.Malam akhirnya tiba, Cakra dan Buana tidur bersama–sama dengan Bintang, sedangkan Yuki bersama eyang putri dan Roro putri.“Jadi kakak Roro ini ya putri kakek begawan” ucap Yuki kepada Roro yang ada dihadapannya. Roro terlihat hanya tersenyum dan mengangguk.“Yuki, bolehkah eyang putri bertanya sesuatu yang pribadi?”“Tentu boleh eyang putri”
Keesokan harinya, eyang putri tampak menjamu para tamunya di pondopo halaman depan dengan pemandangan seluruh murid-murid eyang Mandalaksana yang telah berlatih jurus. Sementara itu eyang Mandalaksana sendiri meminta Bintang untuk menemuinya secara pribadi.“Besok, kuizinkan cucuku untuk menemui ayahnya”. Ucap eyang Mandalaksana lagi.“Terima kasih eyang”. Ucap Bintang lagi.Sejenak eyang Mandalaksana tampak menatap kearah Bintang dengan penuh seksama.“Apakah benda yang ada dikeningmu itu bernama Mutiara Naga raden?” ucap eyang Mandalaksana tiba-tiba, Bintang terkejut mendengar hal itu.“Benar eyang”. ucap Bintang akhirnya“Darimana raden mendapatkannya?”“Ini pemberian istri hamba eyang”“Siapa istri raden itu?” tanya eyang Mandalaksana lagi, Bintang tampak ragu untuk menjawabnya.“Jika raden tak mau menjawabnya, tidak apa”
“Settt..settttt!”. eyang Mandalaksana maju terlebih dahulu melancarkan serangannya kearah Yuki yang masih tegak memutar pedang ditangannya, kedua mata Yuki masih terpejam.“Trang...tranggg...tranggg...tranggg.” serangan eyang Mandalaksana menghantam putaran pedang Yuki.“Settt...setttt”. eyang Mandalaksana sangat terkejut oleh serangan tiba-tiba yang dilancarkan oleh Yuki kearahnya, balasan serangan yang begitu sangat cepat dan mematikan. Terlambat sedikit saja eyang Mandalaksana bergerak, tubuhnya sudah terkoyak-koyak oleh serangan Yuki.Kini pertarungan pedang antara eyang Mandalaksana dan Yuki berlangsung dahsyat dan sengit, jurus Pedang Kilat Buana yang dipergunakan oleh eyang Mandalaksana bergerak cepat bagaikan kilat menyambar, sementara itu Yuki yang menggunakan jurus pedang Mimpi Dewanya, menghadapi lawan dengan mata terpejam, pedang ditangan Yuki bagaikan memiliki mata tersendiri, bergerak menyerang
Malam kembali datang, sang bulan tampak bersinar redup malam itu karena tertutup oleh segulungan awan hitam, Bintang-Bintangpun tak banyak yang menampakkan dirinya malam itu dikaki langit. Ditempat kediaman eyang Mandalaksana, 3 orang tampak berkumpul disebuah ruangan. Mereka tak lain adalah eyang Mandalaksana, eyang putri dan Roro Putri Srikandi.“Jadi keputusanmu sudah bulat Roro?” tanya eyang putri“Ya eyang, Roro sudah memutuskan”“Kau tidak menyesal, walau harus jadi istri ke-5?” ucap eyang Mandalaksana lagi. Sesaat Roro tampak terdiam.“Roro tidak akan menyesal eyang, karena Roro sangat mencintai kang Bintang”“Cinta memang terkadang membutakan hati seseorang”. Ucap eyang Mandalaksana lagi seraya menarik nafas panjang.“Jika memang itu keputusanmu, eyang putri dan eyang lanangmu tidak bisa melarangmu” ucap eyang putri lagi hingga membuat wajah Roro berseri-seri men
“Berapa semuanya ki?” tanya Roro lembut, sipemilik warung tampak tertegun sesaat melihat kearah Roro, kecantikan Roro sedikit membuatnya terpana.“Ki?”. tegur Roro tersenyum hingga menyadarkan pemilik warung.“Oh iya maaf nini, semuanya 3 kepeng” ucap pemilik warung lagi gugup. Roro tersenyum dan menyerahkan 4 kepeng uang.“Ambil saja kembaliannya ki”“Terima kasih nini...terima kasih”“Maaf ki, apakah disini masih ada kamar kosong?”. tanya Bintang tiba-tiba.“Oh masih ada den, raden perlu berapa kamar?”“3 kamar ki”“Baik semuanya akan saya persiapkan”. Ucap pemilik warung cepat seraya meninggalkan tempat itu.“Kita menginap disini kak?”. tanya Yuki, tanpa menjawab Bintang menganggukkan kepalanya.Malam itu, keadaan dikadipaten tersebut terlihat lengang, sepi, hanya beberapa rombongan prajurit y
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu