Pagi-pagi Bintang dan yang lainnya sudah bangun dan sudah duduk menikmati sarapan, Bintang telah memberitahukan untuk melanjutkan perjalanan setelah sarapan pagi. Sementara itu Roro terus terlihat tersenyum sumringah sejak bangun sampai dengan sekarang.
“Kenapa sih kak Roro senyum terus sejak bangun tidur tadi!”. goda Yuki
“Ada aja Yuki, pengen tahu aja nih adik”. Ucap Roro tersenyum.
“Sudah-sudah, ayo cepat dihabiskan sarapannya agar kita bisa melanjutkan perjalanan” ucap Bintang menengahi keduanya.
Sedang asyik menikmati makanan yang terhidang dimeja, tiba-tiba saja serombongan prajurit memasuki kedai makan tersebut, hal ini tentu saja menjadi perhatian semua orang yang ada didalam kedai makan tersebut.
Tak lama, seorang laki-laki berperawakan gagah dan beribawa masuk kedalam kedai makan tersebut, dari pakaian yang dikenakannya dapat dipastikan kalau dia adalah seorang bangsawan, dikiri dan kanannya tampak peng
Siang itu, Bintang dan rombongan tiba disebuah bukit. Begitu berada dipuncak bukit, Bintang menghentikan langkah kudanya diikuti yang lain, dari puncak bukit mereka dapat melihat semua pemandangan yang terbentang luas sejauh mata memandang.“Indah sekali ya pemandangan dari atas sini”. ucap Yuki terlihat menghirup dalam-dalam udara ditempat itu. “Segar lagi udaranya”Bintang yang mengedarkan pandangannya kesegala penjuru, tiba-tiba berhenti, untuk melihat lebih jelas Bintang mengerahkan mata dewanya.“Yuki, Cakra, Buana, Roro... kita kearah barat” ucap Bintang tiba-tiba hingga mengejutkan yang lain.“Loh... bukannya seharusnya kita ke utara kak”. ucap Yuki bingung.“Hupp...serrr.” tiba-tiba saja tubuh Bintang melompat keudara dan lenyap bersama angin, meninggalkan Yuki dan yang lain dalam keadaan bingung.“Ayo kita ikuti kang Bintang”. ucap Cakra dengan cepat menggugah k
“Golok bulan!”. batin Bintang lagi-lagi mengenali serangan tersebut, Bintang dengan cepat menghindar.“Duarr...duarrr...duarrr...duarrr...duarrr”. tempat itu langsung dipenuhi dengan ledakan-ledakan dahsyat akibat serangan golok bulan oleh Iblis Putih.“Hentikan!”. Bintang bersalto tinggi dan berteriak keras kearah Iblis Putih yang membuat Iblis Putih menghentikan serangannya, Bintang sendiri turun tepat dihadapan Iblis Putih.“Lian Nishang, kaukah ini”. ucap Bintang lagi, kedua kening Iblis Putih berkerut.“Lian Nishang, siapa dia ??” ucap Iblis Putih lagi.“Lian Nishang, sadarlah! ini aku Bintang!”. ucap Bintang lagi, Bintang yakin kalau yang ada dihadapannya saat ini adalah Lian Nishang.“Banyak bicara, matilah!”. ucap Iblis Putih seraya kembali melesat kearah Bintang dengan jurus dahsyatnya.Bintang kembali bergerak menghindari se
Dengan menggeram penuh kemarahan, Iblis Putihpun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, Bintang dapat menarik nafas lega saat mendengar Raja Matahari Terbang berhasil selamat dari dendam Malaikat Gila, tapi Bintang dan Yuki sama-sama terkejut mendengar kelanjutan cerita tersebut.“Gelegar Seribu Pedang, itu adalah ilmu ayah”. Ucap Yuki saat mendengar Iblis Putih menyebutkan jurus maut yang telah membunuh banyak orang tersebut.“Tenanglah Yuki”. Ucap Bintang“Kenapa kau bisa sampai seperti ini Lian ? ceritakan padaku”. Ucap Bintang lagi.Iblis Putihpun menceritakan bagaimana dia sampai seperti sekarang ini karena pengaruh ilmu Purnama Hitam Kelam yang dipelajarinya, dari cerita Iblis Putih membuat semua yang ada ditempat itu sangat terkejut.“Malang benar nasibmu kak Lian”. Ucap Yuki sedih mendengar semua cerita Iblis Putih. “Lalu bagaimana sekarang kak?”. samb
Keesokan harinya, Bintang dan rombongan kembali memasuki pintu gerbang sebuah desa, dengan menunggangi kudanya secara perlahan Bintang memasuki desa tersebut, tapi tiba-tiba saja suasana berubah panik, semua penduduk tampak langsung berlarian begitu berpapasan dengan rombongan Bintang, terutama saat mereka melihat sosok wanita berambut putih yang tak lain adalah Lian Nishang.Desa yang tadinya ramai langsung berubah sepi, karena para penduduknya yang langsung mengunci diri didalam rumah. Walaupun mencoba mengerti kenapa hal itu terjadi, tapi Bintang tetap diam dan melanjutkan perjalanannya hingga akhirnya Bintang dan rombongan tiba didepan sebuah kedai makan.Kedai makan tersebut tampak dipenuhi oleh pengunjung. “Lebih baik kita mengisi perut terlebih dulu”. Ucap Bintang yang langsung disetujui oleh yang lain.Baru saja Bintang dan rombongan memasuki kedai makan tersebut, keadaan langsung heboh saat melihat sosok Lian Nishang yang berambut putih.
Bintang yang sangat tak ingin hal ini terjadipun terpaksa harus melayani kelimanya dengan gerakan cepat, tubuh Bintang bergerak cepat kesana kemari diantara serangan-serangan yang datang tanpa menggunakan satupun jurus yang dimilikinya.Berjurus jurus serangan datang silih berganti, tapi Bintang masih tetap terlihat mengalah, tak sedikitpun Bintang membalas serangan, tapi Bintang menunjukkan kelasnya sebagai pendekar tanpa tanding, tak satupun serangan yang berhasil menyentuh tubuh Bintang, padahal serangan lawannya telah mengepung rapat dirinya.Pertarungan berlangsung sengit, hingga tiba-tiba saja pendengaran Bintang yang tajam mendengar suara pertarungan dari kejauhan.“Maaf saudara-saudara”. ucap Bintang lagi seraya menjura hormat diantara serangan para lawannya.“Bleppp”. tubuh Bintang tiba-tiba saja lenyap dari tempat itu hingga membuat kelima lawannya kaget.Tak jauh dari tempat itu, terlihat Roro, Yuki, Cakra dan Bua
Malam itu, Bintang memutuskan untuk bermalam didalam sebuah hutan ketimbang harus menginap disebuah desa atau kadipaten, karena ancaman terhadap Lian Nishang masih tinggi disana sini. Malam semakin larut, disaat semua sudah tertidur, Bintang masih tenggelam di alam meditasinya, Bintang masih memikirkan tentang Segel Dewa Kematiannya yang kenapa bisa hilang dan Lian Nishang kembali berubah menjadi Iblis Putih.“Kakang”. sebuah suara menyadarkan Bintang dan membuat Bintang berpaling.“Roro”. ucap Bintang tersenyum melihat Roro yang datang menghampirinya. Roro sendiri langsung duduk disebelah Bintang dan memeluk lengan Bintang. Sementara Bintang terlihat hanya tersenyum dan membiarkannya saja.“Batal deh wudhu kakang”. ucap Bintang tersenyum.“Biarin”. ucap Roro tersenyum seraya menyandarkan dirinya dilengan Bintang.“Roro belum tidur?”“Roro tidak bisa tidur kang”
MATAHARI baru saja terbit diufuk timur, sinarnya yang hangat terasa begitu menghangatkan bagi setiap mahluk yang merasakan sinar mentari pagi itu. Tapi rupanya tidak semuanya merasakan kebahagiaan datangnya matahari pagi itu, seorang wanita yang mengenakan pakaian putih berlapis biru tampak tengah duduk diatas sebuah batu dengan kedua kaki menjuntai kedalam air yang ada Di hadapannya, tak jauh darinya tampak sebuah mata air terjun mengalir, begitu indah pemandangan alam ditempat itu, tapi tidak bagi wanita berparas cantik jelita tapi pucat itu, pandangan matanya tampak menatap kosong kearah air yang ada Di hadapannya, kedua kakinya yang bertelanjang tampak begitu putih bersih, bagaikan kulit susu. Entah apa yang ada dipikirannya, tanpa sadar air matanya mengalir jatuh titik demi titik diair yang mengalir tersebut. Bila kita melihat lebih teliti, sosok wanita jelita ini tak lain dan tak bukan adalah Lian Nishang adanya.Lian Nishang sangat terkejut saat tiba-tiba saja dirinya
Jurus demi jurus terlewati, walaupun dikeroyok oleh dua orang senopati agul Blambang Sewu, Iblis Putih tak sedikitpun kewalahan, justru saat memasuki jurus ke 47, Iblis Putih mampu mendesak kedua senopati kerajaan Blambang Sewu ini.“Wuuttt.” Iblis Putih melepaskan sebuah serangan berbentuk bulan sabit berwarna putih.“Duarrr..” salah seorang senopati berusaha menahan serangan tersebut dengan keris ditangannya, hasilnya ledakanpun tak dapat dihindari. Sang senopati terlempar kebelakang, disaat itu pula Iblis Putih melesat memburunya. Semua terkejut karena kejadian itu begitu cepat.“Degg..”. disaat kritis, sebuah bayangan biru melesat menghadang Iblis Putih, bayangan itu berhasil memapaki serangan cakar maut Iblis Putih dengan tangannya.“K.a.u..la.gi.”. terdengar suara berat Iblis Putih yang rupanya mengenali sosok pemuda tampan yang kini ada Di hadapannya.Sosok pemuda yang menahan serangan Iblis Pu
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu