Malam berikutnya, Bintang dan para istri tiba disebuah desa yang cukup ramai penduduknya, Bintang memutuskan untuk mencari penginapan malam itu didesa tersebut, dan Bintang langsung memesan 3 kamar untuk dirinya dan istri-istrinya. Semakin malam semakin dingin, keadaan desa itupun mulai terlihat sepi, hanya sesekali terlihat beberapa orang pemuda yang tengah melakukan ronda malam. Seperti biasa, Bintang menemani ketiga istrinya dimasing-masing kamar. Malam semakin larut, keadaan alam sudah sepi, sang bulanpun tampak tertidur malu-malu ditutupi oleh segumpalan awan hitam yang mulai semakin banyak menggumpal dilangit.
Disalah satu kamar, dimana sosok putri Yuan Ming Zhu tampak tengah tertidur pulas dipelukan Bintang. Selimut yang menutupi tubuh keduanya tak mampu menyembunyikan kedua sosok bugil dibalik selimut tersebut. Dikamar sebelah kondisinyapun tak jauh beda. Hanya saja saat ini Bintang dan Putri Ahisma masih memacu birahi, entah untuk yang keberapa kali. Nafsu Bintang ya
Pada suatu kesempatan, Bintang ingin menguji kekuatan tenaga dalam yang dimiliki lawannya, hingga pada saat Pendekar Suling Naga menyerangnya kembali dengan seruling naganya, Bintang memapakinya dengan telapak tangan kanannya, hingga ;“Degg....” telapak tangan Bintang beradu dengan seruling naga milik Pendekar Suling Naga. Tapi wajah Bintang langsung berubah saat merasakan telapak tangannya tak bisa ditarik alias lengket dikepala naga seruling milik Pendekar Suling Naga. Yang lebih mengejutkan lagi bagi Bintang adalah saat Bintang merasakan tenaga dalamnya mulai tersedot kedalam seruling naga.Tapi Bintang tetap tenang, pengalaman jutaan tahun dalam pertarungan yang Bintang dapat, membuat Bintang selalu tenang dalam setiap situasi, bahkan dalam situasi saat ini. Dengan gerakan yang sangat lembut, Bintang menggerakkan telapak tangannya yang menempel di seruling naga, hingga ;“Daggg.”. tiba-tiba saja sosok Pendekar Suling Naga terlempar h
“Wuuuuttt..”. bayangan naga cahaya putih berkelebat kedepan seiring dengan berubah tingginya alunan suara seruling naga milik Pendekar Suling Naga.Di tempatnya Kim si hyangpun tak ingin ketinggalan, nada suara alunan serulingnya berubah, yang seketika membuat 7 sinar pelangi yang ada dihadapannya bergerak melesat kedepan, menyongsong cahaya naga putih.“Duar...duar...duarr..duarrr...duarr...duarrr...duarr...”Ledakan-ledakan dahsyatpun terjadi akibat pertarungan suara alunan seruling dari keduanya, 7 sinar pelangi milik Kim si hyang menghadapi bayangan cahaya naga putih milik Pendekar Suling Naga. Hampir bersamaan, baik sosok Pendekar Suling Naga maupun Kim si hyang sama-sama langsung mengambil posisi duduk dengan tetap memainkan serulingnya. 7 sinar pelangi dan cahaya naga putih lenyap tak berbekas.Dari suling Pendekar Suling Naga, keluar cahaya biru yang kini juga membentuk naga berwarna biru. Naga biru tampak meliuk-liuk menge
Dalam beberapa waktu saja, naga emas tampak menguasai jalannya pertarungan, naga merah tampak terdesak dengan hebat oleh keperkasaan naga emas. Hingga ; “Bllaarrrr!”. ledakan dahsyat terjadi seiring hancurnya sosok bayangan naga merah. Naga emas terbang perkasa diudara.Melihat naga merahnya hancur, Pendekar Suling Naga tiba-tiba saja merubah arah serulingnya yang semula horizontal tiba-tiba berubah vertikal, dari ujung seruling, cahaya kilat putih keluar. Membentuk seekor naga cahaya berwarna putih.“Naga Langit, keluarlah!”. tiba-tiba saja Pendekar Suling Naga berteriak keras seraya melemparkan seruling naga ditangannya kedalam cahaya putih berbentuk naga tersebut.“Ghraagh...!!!" tiba-tiba saja sebuah suara binatang yang keras dan garang terdengar keluar dari cahaya berbentuk naga putih tersebut.“Kau takkan mampu menghadapi jurus terakhir dari seruling Naga Langitku”. Terdengar suara berat Pe
Hari berganti hari, malam berganti malam, dan hampir setiap malam Bintang harus menghadapi mayat-mayat hidup utusan Mak Jonggrang untuk membalaskan dendam. Terkadang Bintang harus menghadapi mereka disuatu tempat sepi, tapi terkadang pula para mayat hidup tersebut tidak pandang tempat, sepertinya halnya malam ini.Malam itu Bintang dan ketiga istrinya baru saja memasuki kota raja. Suasana ramai begitu kentara terlihat. Sepertinya para undangan yang diundang oleh Gusti Prabu Jagat Kencana sudah mulai berdatangan, tapi keramaian seperti ini tak mengherankan bagi Bintang dan ketiga istrinya.“Sebaiknya malam ini kita menginap dipenginapan yang ada dikotaraja ini, besok pagi baru kita menghadap gusti prabu”. Ucap Bintang pada ketiga istrinya yang tampak mengangguk.Bintang dan ketiga istrinyapun melangkah kearah sebuah penginapan yang sekaligus tempat makan yang cukup besar dan mewah, tempat makan tersebut tampak dipenuhi oleh pengunjung baik dari kalang
“Yang tidak berkepentingan segera tinggalkan tempat ini!”. ucap Datuk Bumi lagi tiba-tiba keras, kembali membahana dan menggetarkan hati setiap orang yang mendengarnya.“Maaf datuk, sebaiknya kita selesaikan urusan ini diluar biar tidak merusak tempat ini”. Ucap Bintang tiba-tiba.“Kau benar, ayo kita selesaikan diluar”. Ucap Datuk Es lagi, baru saja berucap begitu, sosok Datuk Es dan Datuk Bumi sudah lenyap dan sudah berdiri didepan warung tersebut berjarak lima tombak.Bintang menarik nafas lega melihat hal itu, bersama rombongan para pendekar yang sangat penasaran atas apa yang terjadi, mereka mengikuti langkah Bintang yang keluar dari warung tersebut.Kini sosok Bintang sudah berhadapan langsung dengan dua datuk yang telah menunggunya diluar. Para pendekar terlihat langsung memenuhi tempat itu, malam yang belum begitu malam membuat tempat itu dengan cepat dipenuhi oleh setiap orang yang ingin melihat apa yang terjad
“Baik, katakan dimana tempat yang kau inginkan Ksatria Pengembara?”“Di halaman istana Setyo Kencana”. Ucap Bintang singkat.“Baik, kami tunggu disana!”. ucap kedua datuk, dan secara tiba-tiba sosok kedua datuk sudah menghilang dari pandangan.Bersama mahapatih Suryo Barata, Bintang dan yang lainnya segera menuju ke istana Setyo Kencana, bukan saja dari kalangan pendekar, tapi dari masyarakat kota raja juga ikut-ikutan menuju ke istana Setyo Kencana, toko-toko langsung ditutup, rumah makan dan warung kecilpun ikut-ikutan tutup untuk menyaksikan secara langsung pertarungan yang terjadi antara Ksatria Pengembara dan dua datuk.Kehebohan terjadi hingga sampai dihalaman istana Setyo Kencana, rupanya dihalaman istana sudah dipersiapkan sebuah arena pertarungan yang sangat besar, dimana sebenarnya arena pertarungan tersebut telah dipersiapkan untuk gelar pertarungan untuk mendapatkan gelar
“Kanda, izinkan kim yang menghadapi kakek es ini”. Ucap sosok wanita yang baru saja muncul disebelah Bintang yang tak lain adalah Kim si hyang.Setelah mempertimbangkan segala sesuatunya akhirnya Bintang mengangguk. Kim si hyang maju beberapa tindak kedepan.“Hamba Kim si hyang ingin meminta petunjuk kakek es”. Ucap kim seraya memberi salam persilatan.“Siapa kau nona, jangan panggil-panggil aku kakek es... namaku Datuk Es”. Gerutu Datuk Es dipanggil kakek es.“Hamba Kim si hyang”. Ulang kim lagi.“Aku sudah dengar tadi namamu kim si.., siapalah itu... yang ku tanya apa gelarmu?” ucap Datuk Es lagi.Kim si hyang terlihat terdiam sejenak, sementara itu Bintang hanya tersenyum tipis mendengar percakapan antara Datuk Es dan istrinya Kim si hyang.“Dia istriku datuk, gelarnya Dewi Salju”. Ucap Bintang tiba-tiba menyeletuk. Kim si hyang terkejut dan berpaling kearah Bi
Ditempatnya Bintang tampak tersenyum melihat gerakan cepat Kim si hyang dalam menghindari setiap serangan yang dilancarkan oleh Datuk Es. Menjejak Angin, Mengejar Cahaya itulah nama jurus yang saat ini digunakan oleh Kim si hyang. Jurus yang mengandalkan kecepatan yang Bintang ajarkan berdasarkan pengembangan Salju Himalaya yang Kim si hyang miliki.Rupanya inilah tujuan dari Kim si hyang ingin meminta petunjuk dari Datuk Es. Untuk menguji jurus baru yang dipelajarinya dari Bintang suaminya.Tak ingin lebih dipermalukan, Datuk Es menambah kecepatan serangannya. Kali ini Kim si hyang menyadari kalau Datuk Es benar-benar tidak main-main dalam melancarkan serangannya.“Hyyattt...huppp..”. Kim si hyang melompat menjauh, tapi Datuk Es terus memburunya dengan ketat.“Salju Dingin, heaa!”. Kim si hyang mengerahkan salah satu jurus Salju Himalayanya kearah Datuk Es, tiba-tiba saja gerakan Datuk Es terhen
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu