“Tapi hamba benar-benar minta maaf gusti, hamba tidak bisa menerima kehormatan ini”. ucapan Bintang berikutnya tentu saja sangat mengejutkan bagi Gusti Adipati Pandan Arum dan istrinya, seketika wajah keduanya berubah.
“Saat ini diluar sana masih banyak orang-orang yang membutuhkan pertolongan hamba, dan tugas hamba sebagai seorang pendekar masih begitu panjang gusti, oleh karena itulah hamba mohon maaf karena tidak bisa menerima kehormatan yang gusti berikan kepada hamba”
“Tapi Pandansuri bisa ikut dengan Raden untuk membantu tugas raden”. ucap Gusti Adipati Pandan Arum.
“Justru itulah yang hamba khawatirkan gusti, pengembaraan hamba selalu menempuh bahaya yang hamba sendiri tidak dapat membayangkannya, hamba tidak ingin gusti ayu Pandansuri hanya akan menderita bila ikut bersama hamba, bahkan hamba tidak berani menjamin keselamatan gusti ayu Pandansuri jika ikut bersama hamba”. ucap Bintang lagi, ucapan Bintang kali ini cukup membuat Gusti Adipati Pandan Ar
“Nah sekarang kau jauh lebih tampan Bintang”. ucapan Mbah Suro cukup membuat Bintang tersenyum. “Sekarang sudah saatnya aku akan memberikan sesuatu yang aku janjikan padamu, aku akan memberikan sebuah ajian yang kunamakan ajian Terawang Jagat”. “Ajian Terawang Jagat”. ulang Bintang lagi terkejut. “Benar ajian Terawang Jagat, mungkin dari namanya kau sudah dapat menebak kegunaan dari ajian ini, dengan ajian ini pula aku dulu bisa mengetahui Mantra Pulung Batu yang menimpa Gusti Ayu Pandasuri, juga dengan ajian ini pula tadi aku bisa mengetahui siapa dirimu dan semua tentang dirimu Bintang”. ucap Mbah Suro lagi hingga membuat Bintang terkagum-kagum mendengarnya. “Ajian Terawang Jagat ini kudapatkan langsung dari gusti Hyang widhi dari hasil pertapaanku selama puluhan tahun.....dan kurasa kau pantas untuk mendapatkannya Bintang”. ucap Mbah Suro lagi. “Sekarang pejamkanlah matamu, aku akan segera menurunkan Ajian Terawang Jagat ini padamu”. ucap M
“Tapi kakang rasa sebaiknya saat ini Pandan jangan dulu ikut dengan kakang, saat ini ayah dan ibumu sangat membutuhkanmu untuk berada diantara mereka, karena kau memiliki kesempatan untuk kembali menyatukan hubungan mereka yang terputus Pandan, apakah kau tak ingin ayah dan ibumu bersatu kembali ?”. ucap Bintang lagi. Pandansuri terlihat diam mendengar hal itu, ucapan Bintang memang dibenarkannya, tapi keinginannya untuk ikut dengan Bintang mengembara tak bisa diurungkan begitu saja. “Selagi lagi maafkan kakang Pandan, bukannya kakang tak ingin mengajakmu, tapi ini semua demi kebaikanmu, tapi kakang janji nanti setelah ayah dan ibumu sudah menyatu kembali, Pandan bisa mencari kakang dan kakang yakin bukanlah hal yang sulit untuk mencari kakang”. “Baiklah kakang, tapi kakang harus berjanji untuk mengajakmu berkelana” “Pasti, pasti Pandan, kakang akan ajak Pandan berkelana kemana saja yang Pandan inginkan”. ucap Bintang tersenyum, Pandansuri ikut tersenyum mend
“Tunggu ki”. Bintang cepat menahan gerakan langkah silelaki tua saat ingin meninggalkan kamar itu. “Ada apa den ?” “Sebenarnya apa yang terjadi didesa ini ki”. ucap Bintang lagi dan Bintang semakin terkejut saat melihat wajah lelaki tua itu terlihat pucat pasi. “Sebaiknya besok saja kita bicarakan hal ini den”. ucap lelaki tua itu lagi hingga Bintang tak bisa berkata apa-apa lagi kecuali menganggukkan wajahnya. “Oh ya den, kalau bisa malam ini raden jangan membuka jendela kamar apalagi sampai keluar”. ucap lelaki itu lagi berpesan, dan ini semakin membuat Bintang penasaran, tapi Bintang tentu tidak dapat memaksakan keinginannya untuk segera mengetahui apa yang sebenarnya terjadi didesa tersebut. “Baik ki”. hanya itu yang terucap dibibir Bintang. Malam itu Bintang benar-benar sulit untuk memejamkan kedua matanya karena rasa penasaran dihatinya akan apa yang terjadi didesa itu. *** Disaat mentari baru saja menampak
Suasana mencekam meliputi sebuah desa dimana telah satu pristiwa mengerikan yang mengakibatkannya jatuhnya korban. Dan yang lebih mengerikan lagi adalah setiap korban yang ditemukan selalu tewas dengan adanya luka gigitan dileher mereka dan tubuh mereka kering karena kehabisan darah. Banyak yang menduga kalau pelaku dari semua kekejian itu adalah sebangsanya lelembut. Desa Tawungsari, demikian nama desa ini kini selalu berada dalam ketakutan tersebut dan sebagaimana kita ketahui pada kisah sebelumnya (Gerombolan Bayangan Setan) Bintang yang saat itu tengah melewati desa tersebut juga dibuat terkejut melihat keadaan desa Tawungsari yang seperti desa mati, karena pada malam hari, tidak seorangpun dari penduduk desa Tawungsari yang terlihat berkeliaran diluar rumah. Dan pagi itu kembali masyarakat desa Tawungsari digemparkan dengan ditemukannya kembali satu mayat yang juga mengalami hal yang sama pada korban-korban sebelumnya, tewas dengan tubuh kehabisan darah. “Korban
Malam akhirnya datang, diangkasa rembulan tampak bersinar cukup terang malam itu, bintang-bintangpun tampak banyak tertaburan disana sini menemani sang rembulan dengan setia. Seperti malam-malam sebelumnya, Desa Tawungsari terlihat bagaikan desa mati, tidak seorangpun yang terlihat keluar dari rumahnya bila malam telah datang, diantara rumah-rumah yang ada didesa Tawungsari yang rata-rata berada didalam kegelapan, hanya satu rumah yang tampak sangat berbeda. Rumah yang berdiri cukup besar dan megah, puluhan obor tampak berjejer mengelilingi tempat itu hingga tempat itu terlihat cukup terang benderang dengan cahaya obor-obor tersebut, tiga orang lelaki yang sepertinya adalah merupakan penjaga rumah tersebut terlihat berjaga dengan penuh kesiagaan. Sesekali keduanya terlihat menatap dengan tatapan penuh was-was keberbagai penjuru rumah. Dipinggang ketiganya tersampir golok besar yang setiap saat bisa digunakan. Dan tanpa seorangpun yang mengetahui, sepasang mata tampak terus m
Pagi baru saja datang menyapa, sang mentaripun baru saja menampakkan dirinya diufuk timur, terpaan cahaya kuning keemasannya terasa begitu menghangatkan kulit. Sementara itu di Desa Tawungsari terlihat kehidupan kembali berjalan seperti biasanya, hanya saja pagi itu ada satu cerita yang menjadi cerita hangat diantara penduduk desa, karena pada hari itu tidak ada korban dari manusia penghisap darah yang selama beberapa hari ini telah menebarkan teror kematian di desa Tawungsari. Bahkan kabar yang tersebar menyebutkan kalau hal itu terjadi karena seorang pendekar yang telah berhasil menggagalkan teror simanusia penghisap darah. Karena kabar itulah kini rumah penginapan ki Tawuk terlihat begitu ramai dikunjungi oleh para pengunjung, mereka ingin melihat langsung sosok pendekar yang malam tadi berhasil mengalahkan si manusia penghisap darah. Bintang yang pagi itu memang sudah kembali berada di penginapan ki Tawuk sedikit terkejut melihat sambutan masyarakat desa Tawungsari kepad
“Silahkan duduk tuan, saya akan memberitahukan kedatangan tuan kepada Nyai”. “Terima kasih ki.”. Ki Tayub segera meninggalkan tempat itu, dan Bintang terlihat menatapi seluruh ruangan tersebut, walau megah dan mewah, tapi hati Bintang masih bertanya-tanya, karena tidak seorangpun terlihat pelayan dirumah itu, padahal rumah sebegitu luasnya tentulah seharusnya memiliki banyak pelayan. Tak lama kemudian Ki Tayub muncul kembali, ditangannya terlihat sebuah nampan yang berisikan minuman. “Silahkan diminum tuan”. ucap Ki Tayub lagi mempersilahkan Bintang. “Tolong jangan panggil aku seperti itu ki kedengarannya sangat kurang pantas, panggil saja Raden atau denmas”. Ucap Bintang lagi tersenyum ramah. “Baik denmas, sebentar lagi Nyai akan segera datang” “Maaf ki, kalau saya tidak salah lihat, sepertinya tidak ada seorangpun pelayan dirumah ini”. ucap Bintang akhirnya mengungkapkan rasa herannya. “Benar den, semua pelayan disini sudah berhenti karena t
Langkah-langkah halus terdengar melangkah dibelakang Bintang, dan Bintang segera berpaling. “Ki Tayub”. ucap Bintang lagi tersenyum saat sosok Ki Tayub yang kini sudah ada didekatnya. “Ini saya bawakan kopi hangat dan singkong rebus den, biar tidak mengantuk”. ucap Ki Tayub lagi dengan ramahnya. “Waduh, ngerepotin Ki Tayub saja”. “Ah tidak repot denmas”. maka bersama Ki Tayubpun Bintang segera menikmatinya hangatnya singkong rebus dan kopi hangat buatan Ki Tayub. “Sepertinya manusia penghisap darah itu tidak berani lagi muncul setelah denmas kalahkan kemarin”. ucap Ki Tayub lagi. “Mudah-mudahan saja ki”. ucap Bintang lagi. “Oh ya ki, apakah saya boleh bertanya sesuatu. ?”. “Oh tentu, tentu den” “Apakah benar Nyai Kembangsari tidak pernah memiliki musuh ?”. ucap Bintang lagi hingga membuat Ki Tayub terdiam dan Ki Tayub terlihat memikirkan pertanyaan Bintang itu. “Sepengetahuan saya sih tidak ada den, dan
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu