“Dia kabur”. Batin Lian Nishang lagi. Setelah memperhatikan keadaan disekitarnya dan meyakini kalau Jenderal Tanah telah kabur, Lian Nishang kembali bersalto tinggi dan hingga diatas gerbang pagar pondok As-Siddiq. Kini terlihat pertempuran besar yang terjadi di halaman pondok As-Siddiq. Pertempuran besar antara santri-santri As-Siddiq menghadapi puluhan orang pengikut Sekte Pemuja Iblis.
Lian Nishang tampak tertarik melihat salah satu pertarungan disudut halaman, dimana terlihat sosok Hisui Yuki yang tengah bertarung sengit dengan salah seorang dari tiga penunggang kuda yang memimpin rombongan pengikut Sekte Pemuja Iblis.
Pertarungan tampak berjalan imbang, baik Yuki dengan pedang kembar ditangannya, menghadapi lawannya yang merupakan salah satu jenderal besar di Sekte Pemuja Iblis, yaitu Jenderal Angin. Dengan mengandalkan serangan pedang angin jarak jauhnya, Jenderal Angin terlihat mampu mengimbangi serangan-serangan gencar yang dilancarkan oleh Hi
“Coba kita lihat apakah kau mampu menghadapi serangan ‘Pedang Peri Terbang’ku”. Ucap Hisui Yuki lagi.“‘Pedang Peri Terbang’!”. batin Jenderal Tanah dengan wajah berubah.“Yap… ‘Pedang Peri Terbang’… coba sambut serangan pertamaku, ‘Berduyun-duyun memutus awan dan angin’, heaaa….” Hisui Yuki mempermainkan kedua tangannya didepan, seketika dua pedang yang sejak tadi mengambang diudara, langsung melesat dengan cepat kearah Jenderal Angin.“Huppp….”. untung saja Jenderal Angin sudah bersiap sejak tadi dan langsung bergerak menghindari serangan pedang terbang yang disebut dengan nama ‘Berduyun-duyun memutus awan dan angin’.Dalam beberapa gebrakan berikutnya, Hisui Yuki benar-benar membuktikan ucapannya, serangannya pedang tebangnya yang beruntun silih berganti mampu mendesak Jende
Fajar baru saja menyingsing diufuk timur, sinar kuning keemasan terlihat memancar menghangatkan tubuh, walau sang mentari belum muncur ke permukaan, tapi semburat cahayanya sudah terlebih dahulu mendahuluinya. Walaupun begitu, kesibukan tampak diantara para santri di pondok As-Siddiq.“Kita harus selamatkan abi dari mereka... walau harus berkorban nyawa”. Ucap Maghribi pada santri-santri yang juga telah bersiap dengan golok ditangan.“Benar kak, mari kita berjihad bersama”. Ucap santri-santri yang lain ikut menimpali.“Tapi kak, apa kita tahu dimana markas Sekte Pemuja Iblis itu?”. ucap salah seorang santri lagi hingga membuat semua orang yang ada ditempat itu terdiam, sunyi. Memang selama ini tak pernah ada yang tahu dimana markas Sekte Pemuja Iblis, mereka datang dan pergi bagaikan angin.Di salah satu sisi, terlihat juga sosok Lian Nishang dan Yuki yang hanya diam tanpa memberikan pernyataan. “Kak
Bersama Lian Nishang, Bintangpun melakukan pengejaran kearah utara, karena Lian Nishang sempat melihat rombongan Sekte Pemuja Iblis yang melarikan diri kearah utara. Tapi setelah dua hari melakukan pengejaran, jangankan pengikut Sekte Pemuja Iblis, bayangannyapun tak ditemukan oleh Bintang dan Lian Nishang. Keraguan mulai muncul dihati Bintang dan Lian Nishang. Malam itu kembali seperti malam sebelumnya Bintang dan Lian Nishang beristirahat ditepian sebuah danau kecil yang terdapat didalam sebuah hutan lebat. Kedua-duanya tampak duduk melamun menghadap ke sebuah api unggun yang menyala dihadapan mereka. Sesekali Lian Nishang tampak melirik kearah Bintang, tak banyak yang Lian Nishang ketahui tentang Bintang, karena sepanjang perjalanan mereka hanya berbicara bila ada perlunya saja. Lamunan ini membuat Lian Nishang tak melepaskan pandangannya dari wajah Bintang. Sementara itu yang dipandang justru tengah tenggelam dalam pikirannya sendiri, tak menemukan jejak
DI suatu tempat yang cukup, tepatnya disebuah lereng gunung terjal yang cukup menanjak, di salah satu sudut lereng terjal kaki gunung tersebut, terlihat sebuah batu besar yang ukurannya seukuran tubuh 3 ekor gajah dewasa, tapi bila kita perhatikan lebih seksama, sesungguhnya batu besar tersebut menutupi pintu sebuah goa, dan batu besar itu hanya bisa digeser dari dalam. Di dalam goa, terdapat satu lorong panjang dimana saat berjarak beberapa tombak, lorong itu berakhir. Berganti menjadi sebuah goa besar.Di sudut ruangan, tepatnya ditengah-tengah goa tersebut, terlihat sebuah singgasana emas terlihat bertengger di puncak undakan batu. Diatasnya terlihat duduk sesosok tubuh yang tinggi besar dengan didampingi 2 orang wanita cantik yang bertubuh menggairahkan. Sesekali salah seorang wanita itu tampak menyuapi sosok lelaki bertopeng tengkorak dengan untaian anggur yang ada ditangannya. Di belakang singgasana emas terlihat sebuah patung besar berbentuk iblis bertanduk dua, dengan
“Hieekk”. tiba-tiba saja sebuah ringkikan suara kuda membuat Lian Nishang tersadar dari keadaannya yang tengah melamun, dengan cepat Lian Nishang bangkit dan berbalik. “Ahhh”. betapa terkejutnya Lian Nishang saat melihat sosok Bintang kini telah berada beberapa langkah dihadapannya, tapi bukan sosok Bintang yang muncul dihadapannya yang membuatnya terkejut, melainkan sesosok kuda yang kini menjadi tunggangan Bintang yang membuatnya terpana.Seekor kuda putih bersih, seakan tak ada debu yang menempel ditubuhnya, kuda putih itu terlihat begitu jantan dan sangat kokoh, urat-urat ditubuhnyapun terlihat menyembul hingga menambah keindahan sosok kuda tersebut dipandangan mata. Bintang sendiri terlihat begitu gagah berada diatasnya. Keterpanaan Lian Nishangpun sampai tak menyadari kalau Bintang sudah turun dan membawa kudanya kedepan Lian Nishang. “Adik Lian”. Ucapan lembut Bintang membuat Lian Nishang tersadar.“Oh..eh iya kak”
Tak perlu menunggu waktu lama hingga keduanya tiba didepan sebuah batu besar seukuran 3 gajah dewasa.“Apakah disini markas Sekte Pemuja Iblis kak?”. tanya Lian, Bintang hanya mengangguk pelan. “Batu ini hanya bisa digeser dari dalam”. Ucap Bintang lagi.“Biar Lian yang coba kak”. Ucap Lian Nishang menawarkan dirinya kepada Bintang. Bintang mengangguk dan melangkah mundur, memberikan tempat untuk Lian agar bisa dengan mudah menghancurkan batu besar itu.Lian Nishang merapatkan kedua kaki dan tangannya dan membentuk kuda-kuda anggun, perlahan dari kedua tangan Lian Nishang muncul seberkas sinar putih, dan ; “‘Golok Bulan’, heaa !!”“Wuuttt”. segelombang sinar putih membentuk bumerang raksasa keluar dari kibasan tangan Lian Nishang dan langsung menghantam batu besar tersebut, dan ; “Bleegarr!”. batu besar berukuran 3 gajah dewasa itu langsung hancur berkeping-keping
“Ha ha ha...! ada satu hal yang kau lupakan Raja Iblis”. Tiba-tiba saja sebuah suara keras membahana ditempat itu, mengejutkan semua orang yang ada ditempat itu, belum lagi hilang rasa terkejut itu, tiba-tiba saja sebuah bayangan biru melesat cepat dengan mengendarai sebilah pedang sebagai tunggangannya. “Yuki”. ucap Bintang dan Lian hampir bersamaan, sementara itu Yuki masih mempertunjukkan kemampuannya dengan terbang menunggangi pedangnya melayang-layang diatas kepala orang-orang yang ada dibawahnya. “Hup.”. dengan gerakan yang sangat ringan sekali Yuki melompat turun tepat beberapa langkah dihadapan Raja Iblis.Pedang yang tadi digunakan sebagai pijakan di udara, terlihat langsung melesat masuk kedalam warangka yang ada ditangan kanan Yuki. Kemampuan terbang menunggang pedang yang diperlihatkan oleh Yuki cukup mengejutkan orang-orang Sekte Pemuja Iblis, bahkan bagi Raja Iblis sendiri. Seandai wajahnya tak tertutup topeng, pastilah terlih
Dan hal ini terlihat berdampak hebat kepada para pengikut sekte pemuja iblis yang terlihat gentar melihat sosok Bintang, yang mencoba berdiri terlihat lututnya goyah dan kembali terjatuh lemas. Bagaikan di komando, ratusan orang pengikut sekte pemuja iblis langsung berhamburan keluar meninggalkan markas mereka.“Berhenti!”. Raja Iblis membentak dengan keras. Tapi bentakan itu seakan tak dihiraukan oleh para pengikutnya yang sudah terlanjur jatuh mentalnya oleh ucapan tegas Bintang. Ratusan orang pengikut sekte pemuja iblis kini hanya tinggal beberapa orang saja lagi.Raja Iblis menggeram penuh kemarahan melihat ratusan orang pengikutnya telah pergi meninggalkan dirinya.“Jenderal Tanah, Jenderal Langit, bunuh pengacau itu!”. perintah Raja Iblis lagi. Tanpa menunggu waktu lama, Jenderal Tanah dan Jenderal Langitpun segera berkelebat kedepan.“Hiiattt..hiyyattt...!!!”“Ciattt.”. Lian Nishang menyongsong
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu