Bab89
Siapa yang menyangka, takdir tidak seindah mimpi. Gaby berusaha kuat, bertahan dengan rumah tangga yang setiap hari tidak mendapatkan ketenangan.
Laksana mimpi buruk! Begitulah tepatnya kehidupan yang Gaby jalani kini. Semula dia mengira, Zaki sang Ayah, akan selalu ada di kala dia susah.
Nyatanya, setelah 3 bulan pernikahannya dengan Bryan, Zaki pergi menyusul Ganesa ke Singapur.
Lelaki itu mengirim pesan pada Gaby, untuk tidak mencarinya lagi. Gaby hanya bisa menahan sesak didada saat itu, tanpa bisa menahan kepergian Papa nya.
Semua yang Gaby mau, memanglah dituruti Zaki hingga akhir. Akan tetapi, ketika Gaby sudah menikah, maka Zaki, melepaskan segala tanggung jawabnya, pada suami Gaby.
Hal ini, memang merupakan perjanjian Papa dan anak itu.
Pernikahan yang seperti neraka dunia itu, membuat Gaby jungkir balik dalam bertahan.
Hidupnya di penuhi luka, akan tetapi, dia yang sudah terlanjur dalam mencint
Bab90"Gaby bangun ...." Terdengar suara teriakkan yang kuat, sembari mengguncang keras tubuh Gaby.Wanita itu sedikit terkejut, ketika dia membuka mata.Bunda Jelita menatapnya penuh amarah, membuat Gaby yang masih merasakan pusing, pun jadi bingung."Tidur saja kerjaanmu! Bryan ditangkap Polisi, dan kamu tidak tahu apa-apa."Mendengar penuturan Bunda Jelita, Gaby pun terlonjak. Dia gegas bangun."Bunda, apa yang terjadi?" tanya Gaby, sembari menahan kepalanya yang menjadi semakin sakit."Tetangga kalian membuat laporan tentang KDRT. Dan anak-anakmu, menjadi saksinya hari ini. Bryan di tangkap, dan beritanya sudah ada di tivi. Keluarga kami hancur sudah, hancur! Dan semua, itu karena kamu dan anak-anak haram itu," pekik Bunda Jelita."Anak-anakku!" lirih Gaby. Dia pun menyisir seluruh ruangan, benar saja, tidak ada Harumi, mau pun Rumi yang menemaninya.Bahkan Gaby pun baru sadar, kini dia berada di tempat tidur.
Bab91Gaby tidak menyangka, semua kesabarannya, berujung sia-sia. Rumah tangga yang selama ini dia pertahankan sekuat tenaga.Nyata, tetap berakhir hancur lebur. Dan hari ini, sudah berada di puncaknya. Dia terusir, dan kini tidak memiliki tujuan.Hanya tersisa, sebuah rumah kecil, yang menjadi warisannya dari Zaki beberapa tahun lalu. Sebab Zaki, telah memilih untuk pindah ke Singapur.Meninggalkan Gaby, dan beberapa aset lainnya. Bahkan, Zaki maupun Ganesa, tidak bisa dihubungi lagi.Dengan berat hati, Gaby menjual warisan dari Papanya itu, dan pergi kembali ke Kalimantan.Hidup di kota besar, tentu saja tidak mudah baginya. Maka dari itu, Gaby memutuskan, untuk pergi ke Kalimantan, tempat dia di besarkan.Gaby bahkan tidak ingin memikirkan Rumi lagi. Gadis malang yang masih terikat di dalam hutan itu, hanya bisa menangis, dan meratapi nasibnya.
Bab92"Mamah ...." Terdengar suara teriakkan Harumi.Melin yang tengah asik memasak di dapur pun sangat terkejut."Ada apa sih?" sahut Melin, masih asik memotong kecil sayuran wortel dan teman-temannya.Harumi berlari ke dapur, dan memeluk Melin dari belakang.Melin tersenyum. "Tangan Mamah ini kotor, Nak.""Biarin. Harumi punya kejutan buat Mamah," bisik Harumi, kemudian wanita cantik itu mencium sayang pipi Melin.Melin pun lagi-lagi tersenyum. "Apa kejutannya."Harumi melepaskan pelukannya, dan memperlihatkan benda pipih kecil bergaris dua."Waaaahhhhhh ...." Mata Melin membulat, ketika melihat benda pipih itu."Anakku sayang," pekik Melin, kembali memeluk tubuh Harumi.Melin tiba-tiba terisak, membuat Harumi kebingungan."Mamah kenapa?""Mamah terharu,
Bab93Tangan Harumi gemetar, dia yang tadinya duduk di meja makan, yang sudah siap dengan hidangan lezatnya, pun sangat terkejut.Kaca pecah itu, tepat di dekat meja makannya. Batu besar, yang digunakan untuk melempar kaca itu pun, menggelinding di dekatnya."Astagfirullah," lirih Harumi. Dia pun menghubungi Andre, namun nomor itu, sedang dalam keadaan tidak aktif.Harumi mengirimkan pesan, dengan tangan gemetar. Dia panik, dan sangat ketakutan kini.Rumah mereka, lumayan berjarak jauh dari tetangga, jadi tidak lah heran, jika kini Harumi semakin ketakutan.Mengingat kini dirinya seorang diri di rumah.Harumi gegas berlari menaiki tangga, dan menuju ke kamarnya, mengunci pintu dan terus menerus menghubungi mertua, Gaby dan suaminya.Jam 22.10"Mas, seseorang melemparkan batu kekaca bagian dapur rumah."Jam 22.20
Bab94"Tidak mungkin, aku yakin Harumi lagi bermain-main padaku. Awas saja kamu, tidak akan kumaafkan," gumam Andre.Biar bagaimana pun juga, Andre sangat yakin, bahwa Harumi tidak mungkin mengalami hal buruk. Secara di rumah besar Andre, itu memiliki seorang Satpam.Dan Melin sang mama, tidak mungkin meninggalkan menantunya seorang diri di rumah.Andre pun masih berusaha tenang, dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia berusaha mengendalikan diri, dan menghapus air matanya tadi.Andre hanya merasa bersalah, karena tidak menepati janjinya. Dan dia yakin, Harumi kini sedang marah dan berniat menghukumnya.Namun panggilan telepon dari Melin, membuat degupan jantung Andre berpacu kuat.Alasan apa yang akan Andre katakan pada Mamahnya? Dia pun sedikit panik dan bingung. Namun mau tidak mau, Andre pun menjawab panggilan telepon itu."Hallo.""Dimana kamu?" tanya Melin dengan suara datar."Di jala
Bab95Mayat Harumi pun dibawa, untuk di lakukan autopsi. Melin dan Gaby berpelukan.Gaby tidak menangis sama sekali, sedangkan Melin terus menangis. Bahkan, wanita itu sudah pingsan tiga kali hari ini.Dan Andre, meratapi kebodohannya di dalam kamar mereka. Andre menyisir seluruh kamar, dengan wajah yang masih basah air mata.Andre tidak menyangka, istrinya bisa mengalami hal sena'as ini. Padahal yang dia tahu, Harumi merupakan wanita yang baik, lembut dan juga ramah.Mereka hidup dengan baik, dan tidak merasa memiliki dendam sama sekali pada siapapun.Jika merujuk kejadian ini pada perampokkan, nyatanya, tidak ada benda mau pun harta berharga mereka yang hilang.Melin yang merasa sakit hati dan hancur, pun masuk ke kamar Andre."Dari mana saja kamu?" bentak Melin sambil bertanya. Tatapan tajam dan membunuh, kini terlihat jelas di mata wanita itu.Andre menunduk. "Lembur, dan Andre ketiduran.""Bodoh!
Bab96Andre berniat memeluk tubuh kaku Harumi. Namun Melin melarangnya, dan meminta Andre menjauh. Masih sangat jelas terpancar, kekecewaan mendalam di mata Melin.Andre berlutut, memohon ampun maaf pada Gaby."Maafkan saya, Ma. Saya gagal menjadi suami, saya gagal melindungi Harumi."Gaby menarik napas. "Semua sudah menjadi takdirnya." Hanya itu, jawaban dari Gaby.Wanita itu kini tidak banyak bicara. Dia pun berdiri, dan meninggalkan Andre yang terus terisak.Hati Ibu mana yang tidak hancur? Tidak ada, semua pasti hancur karena kehilangan. Namun sebagai manusia yang lemah, Gaby berusaha menegarkan diri.Dia merindukan Ganesa, juga Zaki sang Papa. Namun kedua orang ini, bagaikan hilang ditelan bumi. Mereka pergi tanpa kabar sama sekali, dan hanya menyisakan warisan, bukan lagi kasih sayang.Anak satu-satunya yang dia besarkan, kini pun pe
Bab97"Andre," panggil Parwira."Ya, Pah." Andre yang duduk bersebelahan dengan Parwira, pun menoleh saat dipanggil."Kamu yakin tidak memiliki musuh?" selidik Parwira."Sumpah nggak ada, Pah. Harumi pun pasti tidak punya. Karena selama ini, Harumi jarang bergaul.""Apa kamu memiliki wanita lain?"Andre terlonjak, dengan pertanyaan Papahnya. "Kenapa Papah bertanya begitu?""Jawab saja! Sebagai laki-laki, Papah paham betul dengan hal semacam ini. Apalagi, Papah sering mendengar dari Mamah kamu, bahwa kamu, sering lembur dan telat pulang."Andre menghela napas. "Tidak." Andre menyahut singkat, namun dia tidak berani melihat ke arah Papahnya."It's oke, Andre. Jujur tidak jujur, semua akan kamu tanggung seorang diri. Tapi satu hal yang harus kamu ingat. Bermain-main dengan api, tentu saja sangat berbahaya, kalau bukan kamu ya