Regina merasakan tangan hangat itu di pinggangnya. Dia menatap wajah Henry. "Apa yang aku pikirkan, tidak ada waktu untuk terpesona. "
Regina memegang lengan Henry dengan perlahan. "Regina Grace Tan!" Henry berteriak dan mengangkat tangannya. Suaranya dipenuhi dengan kemarahan. "Jadi ini tujuanmu mengajakku minum?""Henry, aku...ya, ini adalah tujuanku." Regina mengulurkan tangannya meraih wajah Henry. "Aku jatuh cinta padamu tanpa aku sadari dan ingin memilikimu."Henry mengerutkan keningnya. "Kau pikir kau bisa bermain-main denganku? Menyingkir!" Henry menepis tangan Regina.Henry bangun dari tempat tidur. Regina masih mengawasi Henry. Saat pria itu melangkahkan kaki, dan pandangannya terasah ke meja. Regina langsung berdiri dan berdiri tepat di depannya dengan selimut yang menutupi tubuhnya. "Henry!"Regina tiba-tiba saja memeluk Henry membuat pria itu terkejut. "Regina, apa kau tahu apa yang sedang kau lakukan?"Henry melepaskan pelukRegina terbangun, dia diam-diam mengambil obat yang dia simpan di laci meja, meminum obat itu dengan cepat. Henry memeluk pinggangnya. Membuat Regina terkejut, beruntung dia sudah menelannya. Dia menoleh ke arah Henry. "Kau sudah bangun?" "Apa kau tidak ingin punya anak?" tanya Henry dengan suaranya yang berat. Regina terdiam sejenak dengan pertanyaan itu. "Kita sudah cukup memiliki Kevin dan jika aku hamil, kau mungkin kehilangan ketertarikanmu padaku. Aku tidak mau itu." ucap Regina menjawab sealami mungkin. Tentu saja, dia menyembunyikan alasan yang sebenarnya. Henry mempererat pelukannya. "Kau berpikir seolah aku hanya menginginkan tubuhmu saja." Dia melepaskan pelukannya. "Jangan minum obat itu lagi, tidak baik bagi kesehatanmu. Aku akan menggunakan pengaman."Henry bangun dari tempat tidur dengan ekspresi wajah dingin. "Henry, apa kau marah?" tanya Regina dengan ragu.""Tidak. Aku tidak marah untuk hal kecil seperti itu
"Ada apa dengan Kevin? Tidak biasanya dia bersikap dingin padamu?" tanya Henry yang melihat Kevin langsung pergi tanpa menjawab sapaan Regina. "Itu karena dia mirip sepertimu. Cemburu karena hal yang tidak masuk akal," jawab Regina. "Aku tidak bisa memahaminya pemikiran kalian." "Regina, jika aku atau Kevin memuji orang lain, tidakkah kau merasa kesal? Bukankah kau tidak suka saat Amelie terlalu dekat denganku dan Kevin?" ucap Henry memberikan perumpamaan. Regina terdiam sejenak, "Jadi itu yang dirasakan Kevin?" Regina telah tumbuh dengan menekan perasaannya. Akhirnya dia menyadari perasaan yang tidak dia mengerti. "Tidak perlu terlalu dipikirkan. Dia akan kembali menjadi dirinya yang biasanya seteleh kemarahannya reda." Henry menenangkannya. "Tapi, aku tidak yakin. Henry, apa kondisi Asistenmu sudah lebih baik? Aku ingin berkunjung ke rumah sakit." Henry meletakkan alat makan. "Regina, apa hukuman yang aku berikan kemarin masih kurang?" Tatapan Henry berubah tajam. "Apa kau jug
"Apa kau sudah berhasil mengakuisisi pabrik mereka?" Tuan Tan menatap dingin. "Tidak, aku tidak berhasil melakukannya," jawab Regina dengan ekspresi penyesalan, "Tapi, aku datang untuk membicarakan--"Tuan Tan marah besar, "Beraninya kau datang dalam keadaan gagal! Kau masih ingin aku mengakuimu sebagai pemimpin perusahaan?""Papa, tapi aku berhasil menyelesaikan proyek di kota A dengan baik. Bukankah aku sudah memenuhi syarat? Hari ini tepat hari terakhir yang kita sepakati." Regina mencoba bersikap tenang, dalam hatinya berusaha menenangkan detak jantung yang berdebar kencang karena gugup. "Tidak. Kau masih belum pantas, karena kau hanya berhasil dalam satu proyek saja. Apa jadinya perusahaan ini jika kau yang mengambil alih." Tuan Tan menentangnya. Regina merasakan kekecewaan mendalam, "Papa, kau mengingkari janjimu! Aku telah memberikan yang terbaik untuk proyek yang aku janjikan untuk berhasil, tapi kau tidak menganggapnya hanya karena satu proyek yang gagal."Tuan Tan tersenyu
Regina merasakan pelukan hangat dari belakang, namun hatinya masih dipenuhi kebimbangan. "Henry, lepaskan aku!"Henry mencium lembut telinga Regina, "Maafkan aku, Regina. Aku hanya khawatir. Pria itu pasti orang yang berbahaya karena aku kesulitan untuk menangkap atau melakukan sesuatu padanya. Aku hanya takut sesuatu terjadi padamu tanpa aku ketahui." Regina memalingkan wajahnya dengan tidak nyaman. Tangannya masih mencoba melepaskan tangan Henry dari pinggangnya. "Aku akan memaafkanmu kali ini, dan kau harus menarik semua orang yang mengawasiku. Kau tahu, aku lelah untuk diawasi."Henry melepaskan pelukannya dia memaksa membuat tubuh Regina menghadap ke arahnya. "Tapi, bagaimana jika sesuatu terjadi padamu?" "Tidak akan ada yang terjadi padaku. Kau hanya terlalu paranoid, Henry. Sebenarnya ada sesuatu yang lebih penting ingin aku bicarakan denganmu." Regina berubah menjadi serius. "Ada apa? Apa kau ingin meminta bantuanku?" tanya Henry.
Regina merasa jantungnya berdebar kencang. Dia berada dalam posisi yang tidak menguntungkan.Dalam keadaan buntu, Regina dengan cepat berpikir bagaimana keluar dalam situasi yang akan mempertahankan nyawanya. "Nyonya Jian, membunuh saya tidak akan menyelesaikan masalah. Henry akan membencimu.'"Sorot mata Nyonya Jian semakin tajam,"Dia hanya akan membenciku sementara waktu, kau akan dengan cepat terlupakan. Justru jika aku membiarkanmu hidup, hubunganku dan putraku akan semakin buruk." Regina justru menyeringai, "Kau juga harus ikut denganku, Nyonya Jian." Dengan tiba-tiba, dia menarik Nyonya Jian yang terkejut, menyebabkan kedua wanita itu hampir jatuh dari balkon."Kau wanita gila!" maki Nyonya Jian. Kedua tubuh itu telah berada di tepi balkon. Kali ini, Regina bisa mengimbangi kekuatan Nyonya Jian. "Nyonya Jian, sekali kau mendorongku, hidup kita akan berakhir bersama." Regina dapat melihat wajah pucat wanita itu. "Tidak, kau yang akan mati duluan!" Nyonya Jian berusaha melepask
Henry meninggikan suaranya. "Apa maksud semua ini? Kalian berani menuduh istriku? Polisi dengan tenang menjawab, "CEO Jian, ini kasus yang merugikan ibu Anda, apa Anda akan melindungi istri Anda? Nyonya Regina, tolong ikut kami!" Henry berdiri di depan Regina, menghalangi polisi itu saat hendak mendekat ke arah Regina. "Tunggu sebentar! Apa bukti yang kalian miliki?" Polisi menatap Henry dengan serius. "Kami memiliki bukti yang cukup untuk menangkap Nyonya Regina atas percobaan pembunuhan terhadap Nyonya Jian. Kami akan membawa beliau untuk pemeriksaan lebih lanjut." "Bukti apa? Semua bukti yang Mamaku tunjukkan pada kalian semua hanyalah hasil manipulasi. Aku dapat bersaksi karena aku menyaksikan sendiri pertengkaran Mama dan Istriku." Regina meraih tangan Henry. "Henry, aku akan ikut dengan mereka. Lagipula aku tidak melakukan kesalahan apapun." "Tapi, Regina mereka bisa saja memaksamu untuk--" "Henry, percayalah padaku." Regina membiarkan polisi membawanya keluar, meningg
Keesokan harinya, Artikel dan postingan viral mulai muncul, menuduh yang memojokkan Henry. Saham perusahaan anjlok. Regina berjalan mendekati Henry. "Maafkan aku, karena kau berada di sisiku, kau harus menanggung masalah ini." Regina dengan tulus mengungkapkan penyesalannya. Henry memandang Regina. "Ini bukan kesalahanku, aku sudah mempertimbangkan semua ini." Dia meraih tangan Regina dengan erat. "Bagiku yang terpenting kau tidak perlu mengalami penderita. Aku dapat mengatasi hal ini." "Apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan mengadakan konferensi press? Tapi, bagaimana jika orang-orang tidak mempercayaimu?" Henry menghela nafas. "Regina, aku yakin kebenaran akan terungkap. Walau mereka tidak mempercayai kata-kataku, tapi aku harus tetap memberikan pembelaan diri." "Kalau begitu aku akan berdiri di sampingmu." Henry melarangnya. "Biarkan aku menghadapi ini semua." "Tidak. Aku juga terlibat dalam masalah ini. Jika kau tidak mengizinkanku, aku akan tetap menerobos dan masuk."
"Suamiku, aku tidak bisa melakukan itu. Bukankah ini akan melukai harga diri keluarga kita?" ucap Nyonya Jian menentang keras."Tidak. Ini justru lebih baik daripada menutupinya dan membuat publik semakin berpikir buruk,""Aku mengerti. Kali ini, aku akan melakukan apa yang kau sarankan padaku," ucap Nyonya Jian akhirnya setuju dengan saran dari suaminya. "Ingatlah, kali ini jangan melenceng. Jika tidak mungkin tidak akan ada kesempatan lagi." Tuan Jian memberikan peringatan pada istrinya. Nyonya Jian dengan terpaksa mengangguk. Dia melangkahkan kaki menjauh lalu menghubungi seseorang. *** Regina mengerutkan keningnya melihat nomer yang tidak dia kenal. Dia mengabaikan pada awalnya, tapi akhirnya menjawabnya. "Siapa ini?" tanya Regina. "Jika kau hanya orang iseng aku akan menutup teleponnya.""Ini aku," suara yang dingin terdengar familier bagi Regina. Regina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Ada apa Nyonya Jian?" Regina tidak repot repot menanyakan darimana wa
"Henry, kau benar-benar memecatku? Apa kau tidak bisa membedakan masalah pribadi dan pekerjaan?" Reina memberikan protes keras. Henry menatap Reina dengan tatapan dingin. "Ini bukan masalah pribadi, Reina. Kau sudah melanggar keprofesionalis dengan mengabaikan tugasmu kemarin. Dan juga, aku ingin kita mengakhiri hubungan ini. Aku berharap kau segera bereskan barangmu dari apartemenku juga." Reina tersenyum pahit. "Kau ingin membuangku begitu saja setelah bosan padaku? Henry, aku akan membongkar kelakuanmu ini ke media." Henry tidak mengubah ekspresi dinginnya. "Lakukan saja!" "Baiklah. Kau pasti akan menyesalinya. " Reina pergi dengan membanting pintu dengan kesal. Henry tidak memedulikannya. Dia masih memiliki banyak hal yang harus dia lakukan. *** Regina merasa kesal melihat pesan yang tidak berhenti datang padanya. Tidak peduli berapa banyak dia memblokirnya. Pria itu tetap saja mengganggunya. "Regina, apa kau sudah menunggu lama? Maafkan aku." Regina mematikan ponse
"Kau tidak perlu mengantarku sampai ke dalam," ucap Regina dengan sopan. "Tidak. Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian dan juga aku ingin bertemu dengan anakmu. Kau mungkin menolakku saat ini karena anakmu, kan? Jika aku bisa membuatnya menyukaiku, kau juga akan menerimaku, kan?" ucap Harlan dengan percaya diri. Regina menatap dengan serius. "Harlan, jangan membuang waktu untukku. Kau pantas mendapatkan wanita yang lebih baik. Saat ini kehidupanku begitu rumit, kau mungkin akan menyesalinya."Harlan tersenyum lembut. "Tidak masalah. Aku siap menghadapi semuanya. Aku justru akan menyesal jika melepaskanmu."Regina menatap matanya. Dia dapat melihat ketulusan pria ini. "Baiklah. Jika Kau dapat menyayangi putraku, aku akan memperingatkannya, tetapi kau harus benar-benar tulus padanya." Harlan mengangguk. *** "Kevin, kenapa kau berada di luar?" Regina yang tiba di depan pintu apartemen dengan Harlan, menatap Kevin dengan cemas. "Paman Harlan, bawa Mamaku ke tempat lain. Saat ini Pap
Regina terdiam sejenak, terkejut dengan permintaan Kevin yang tak terduga. "Kevin, ini... bukankah kau tidak menginginkan perpisahan antara aku dan Henry. Kenapa kau menyarankan ini?" "Karena papa tidak peduli dengan perasaan Mama lagi. Aku tidak ingin Mama harus menerima pengkhianatan ini. Jika memang Papa memilih wanita lain, kenapa Mama tidak bisa bersama pria lain yang dapat membahagiakan Mama. Aku hanya ingin melihat Mama bahagia." Regina langsung memeluk Kevin erat. "Kevin, terima kasih telah memikirkanku. Aku akan mencoba bertemu dengan pria lain dan aku janji pria itu juga akan memperlakukanmu dengan baik lebih daripada Henry." Tangan mungil Kevin membalas pelukan Regina. "Mama tidak perlu memikirkanku. Selama Mama menemukan pria yang Mama cintai, aku tidak masalah siapapun pria itu." Regina tersenyum. Dia mengusap lembut rambut Kevin. "Ayo, tidur." Kevin mengangguk. Dia dengan cepat naik ke tempat tidur. Regina tidur di sebelahnya. Meskipun mencoba untuk terlelap,
Regina mengepalkan tangannya melihat foto yang tersebar di Internet. Regina dapat mengenali wajah wanita itu, meskipun harus kembali. "Jadi mereka bersama lagi?" Ponselnya langsung direbut oleh Rey. "Tidak perlu melihat gosip yang menganggu pekerjaanmu. Jika kau tidak bisa berkonsentrasi, lebih baik tidak perlu bekerja. Masih baik aku masih memberimu kesempatan bekerja dengan posisi pimpinan." "Aku tahu. Aku hanya kebetulan melihat foto itu." Regina kembali mengetik sesuatu. Rey meletakkan ponsel Regina. "Haruskan aku menyingkirkan wanita itu? Henry terlihat lebih bahagia dengan wanita itu daripada denganmu." Regina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya dari gelombang emosi yang melanda. "Tidak perlu, Kak. Aku tidak ingin ikut campur masalah pribadinya.".Rey mencibirnya, "Bukankah kau sampai menentang Papa untuk menikah dengannya dan kau juga begitu keras kepala menolak kerja sama denganku dan Papa hanya karena pria itu. Apa cintamu sekarang sudah luntur?""Aku
"Regina akan menjadi CEO perusahaan menggantikanku!" Tuan Tan menegaskan. "Regina, bisakah kau mengatakan sesuatu kepada para kolega kita?"Regina mengalihkan pandangan. Dia mencoba untuk menenangkan perasaan dan pikirannya. Namun, suara keras tiba-tiba terdengar. "Aku tidak memberimu izin!" Pria yang tidak lain adalah Henry langsung naik ke panggung dan menarik tangan Regina. "Ikut denganku!" Rey dengan cepat menahan tangan Regina. "Hanya karena kau suaminya, kau bisa seenaknya saja membatasi apa yang Regina lakukan?" Henry menatap pria itu dengan tajam. "Kau hanya orang luar, lebih baik tidak ikut campur!""Orang luar?" Rey tersenyum pahit. "Aku adalah kakaknya. Aku berhak untuk membela adikku.""Cukup!" Tuan Tan menghentikan perdebatan kedua pria itu. "Henry Jian, lepaskan tanganmu dari putriku." Henry justru tertawa. "Sekarang kau menganggapnya putrimu hanya karena dia menurut padamu? Kau lupa bagaimana kau memukulinya?""Jangan bicara sembarangan. Aku bisa meminta security unt
"Nyonya, Anda mau kemana?" agen properti itu menahan Regina."Aku tidak jadi menyewa tempat ini!" Regina dengan cepat melarikan diri. Agen properti itu mengambil ponselnya. "Tuan, Nyonya sudah melarikan diri. Saya sudah berhasil mengelabuinya. " Senyum licik terukir di bibir wanita itu. ***Regina berusaha untuk membuka pintu mobilnya, tetapi dengan tubuh gemetar membuatnya kesulitan. Bahunya merasakan sesuatu yang menyebutnya. Regina dengan gugup berbalik. "Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" Regina terkejut melihat keberadaan Henry. Bukannya menjawab, Henry justru mengejeknya. "Apa kau begitu tidak punya uang sampai datang ke apartemen kecil ini? Kau tidak akan mendapatkan rumah yang layak."Regina mulai menyadari sesuatu. "Apa kau yang selama ini mengatur agak aku tidak bisa menemukan rumah. Jika kau ingin balas dendam bukan begitu caranya!" Regina merasa marah dan tertekan. "Berhentilah mencampuri urusanku!"Henry hanya tersenyum sinis. "Kau pikir bisa pergi begitu saja dariku
"Kau ingin pergi? Kemana kau bisa pergi? Tidak mudah mencari rumah dalam waktu singkat," cibir Regina. "Itu urusanku!" Regina langsung pergi begitu saja. Regina tidak perlu membereskan apapun karena semua adalah milik Henry. Saat kakinya melangkah melewati ruangannya, tanpa sengaja dia bertemu dengan Asistennya yang justru melewatinya, "Wanita bodoh, kau begitu mudah masuk ke perangkap."Regina membalikan tubuhnya. Asisten itu menoleh ke arahnya dengan senyuman meremehkan. "Kau! Apa kau bersekongkol dengan mereka? Jika sampai Henry tahu maka kau--""Nyonya Regina, lebih baik kau memikirkan dirimu sendiri sebelum memberiku peringatan, karena aku tidak sebodoh dirimu yang dengan mudah terjebak dalam permainan ini!" Asistennya itu langsung berbalik pergi. Regina hanya bisa mengepalkan tangannya. Ini salahnya karena tidak curiga pada wanita itu. *** Setelah tiba di rumah, Regina langsung meminta Kevin untuk mengemas pakaiannya. "Kevin, kemasi pakaianmu, kita berdua akan pergi dari rum
Henry mengepalkan tangannya melihat video yang dia lihat. "Sial, permainan macam apa ini? Apa ada orang dalam perusahaan yang terlibat?" "Saya pikir begitu. CEO Jian, sebenarnya Tuan Jian menghubungi saya dan memberitahu Anda, jika ingin mengetahui dalang dari masalah ini, Anda harus datang menemuinya. "Henry terdiam sejenak. "Baiklah, atur pertemuan dengan Papa sekarang juga!"Asistennya menghentikan mobil di tempat yang aman, lalu mulai mengirim pesan pada Tuan Jian.*** "Jadi, Henry. Bukankah aku sudah peringatkan tentang memasukkan wanita itu ke perusahaan hanya akan membawa kerugian?" Tuan Jian mencibir putranya yang baru datang. Henry menarik kursi dengan tenang. "Apa papa memintaku bertemu hanya untuk menyalahkan Regina? Belum tentu ini adalah kesalahan istriku, bisa saja Papa orang yang terlibat."Tuan Jian menatap tajam. "Kau berani menuduh Papamu sendiri? Setelah kau melihat rekaman ini, apa kau masih akan mempercayai istrimu?""Apa ini sebuah editan?" Henry masih menolak
"Ya, aku yakin!" jawab Regina dengan tegas. CEO Smith menatapnya sejenak, kemudian mengangguk singkat. "Baiklah, aku akan memberi waktu satu minggu. Tapi ingat, jika gagal, tepati janjimu itu!"Regina mengangguk, menguatkan keputusannya. "Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Kami tidak akan mengecewakan Anda."Setelah pertemuan selesai, Regina dan asistennya meninggalkan ruangan rapat. Saat itu CEO Smith mengambil ponselnya. "Hallo, CEO Jian....."***Regina mulai bekerja keras. Dia menemui orang dari perusahaan game yang bertanggung jawab. "Aku akan memberikan tambahan dana, tetapi aku berharap kalian menyelesaikan dalam wajah satu minggu!"."Apa? Bagaimana bisa secepat itu? Kami harus--"Regina dengan cepat memotong perkataannya. "Tidak perlu untuk sesempurna sebelumnya, paling penting kualitas mendekati dan layak untuk rilis.""Kami akan melakukan yang terbaik, Nyonya Regina," jawab perwakilan perusahaan game itu dengan bersemangat.Regina mengangguk, "Aku percaya pada k