"Suamiku, aku tidak bisa melakukan itu. Bukankah ini akan melukai harga diri keluarga kita?" ucap Nyonya Jian menentang keras."Tidak. Ini justru lebih baik daripada menutupinya dan membuat publik semakin berpikir buruk,""Aku mengerti. Kali ini, aku akan melakukan apa yang kau sarankan padaku," ucap Nyonya Jian akhirnya setuju dengan saran dari suaminya. "Ingatlah, kali ini jangan melenceng. Jika tidak mungkin tidak akan ada kesempatan lagi." Tuan Jian memberikan peringatan pada istrinya. Nyonya Jian dengan terpaksa mengangguk. Dia melangkahkan kaki menjauh lalu menghubungi seseorang. *** Regina mengerutkan keningnya melihat nomer yang tidak dia kenal. Dia mengabaikan pada awalnya, tapi akhirnya menjawabnya. "Siapa ini?" tanya Regina. "Jika kau hanya orang iseng aku akan menutup teleponnya.""Ini aku," suara yang dingin terdengar familier bagi Regina. Regina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. "Ada apa Nyonya Jian?" Regina tidak repot repot menanyakan darimana wa
Henry langsung datang menangkap tubuh Regina. Dia menatap pria itu dengan marah, "Apa yang kau lakukan pada istriku? Dia sudah baik padamu!"Pria itu menatap Henry sinis, "Baik kau bilang? Kalian pikir kami akan tersentuh dengan sikap kalian yang berpura-pura baik dan memberi kami makanan mahal demi keuntungan kalian? Wanita ini dari keluarga Tan, bukan? Sudah cukup bagi kalian menindas kami!"Henry melangkah, "Kau, beraninya!" Ekspresi marah Henry tidak bisa disembunyikan lagi. Regina menahan tangan suaminya. "Henry, tidak perlu melakukan kekerasan. Dia hanya akan semakin membenci kita. " Ragina mencoba menenangkan amarah dari suaminya. Regina kemudian menatap pria yang tadi mendorongnya. "Aku tidak tahu apa yang telah keluarga Tan lakukan padamu. Aku benar-benar minta maaf." Regina menunjukkan ketulusan. Henry langsung menarik Regina pergi, dan memaksa masuk ke dalam mobil. "Tapi, aku membawa mobil." "Berikan kuncinya. Biarkan asistenku yang membawanya pulang." Regina dengan terp
"Istriku, aku sudah mengatakan padamu untuk tidak membuat masalah, kan?" Nyonya Jian tanpa mengetahui apapun meletakkan cangkir teh dengan santai. "Suamiku, ada apa denganmu? Aku telah melakukan sesuatu yang baik dengan meningkatkan citraku, kenapa kau justru begitu marah?""Citra baik kau bilang? Lihatlah sendiri video yang beredar di internet!" Tuan Jian mengulurkan ponselnya. Nyonya Jian menonton video itu. Betapa terkejutnya dia. "Bagaimana bisa mendapatkan rekaman ini tanpa aku tahu?"Nyonya Jian telah memilih tempat khusus untuk bertemu dan paparazi yang ada di sana adalah orangnya. Namun, siapa yang mendapatkan rekaman tentang apa yang dia katakan pada Regina di restoran saat itu. Komentar-komentar tentang sikap Nyonya Jian telah memenuhi komentar dan postingan yang lebih banyak dibagikan ulang dibanding dengan postingannya. "Suami, bisakah kau menghapus semua ini?" "Menghapus video untuk sekarang ini tidak akan mengubah keadaan. Aku sudah katakan padamu untuk datang makan s
Regina menatap Henry. "Ya, aku pergi ke ruanganmu, tapi aku mengurungkannya sebelum sampai ke ruanganmu karna berpikir kau pasti sibuk. Kenapa kau justru menatapku tajam begitu? Apa ada yang kau sembunyikan sampai menatapku dengan tajam begitu?"Henry mengubah ekspresi dinginnya menjadi lebih lembut, "Tidak ada. Sayang, aku akan menghubungi Asistenku dan memintanya membawakannya." Henry mengirim pesan pada Asistennya. Henry melangkah menuju ke sofa-duduk dengan nyaman. "Duduklah, aku membawakan kotak makan. Kau pasti tidak sempat makan apapun karena terlambat, kan?" ucap Henry menepuk tempat di sebelahnya. Regina melangkah mendekat, meskipun dia tidak ingin melihat Henry setelah apa yang terjadi, tapi jika menolak, Henry akan semakin mencurigainya. Selama tujuannya-yang hampir terlupakan, belum tercapai dia masih membutuhkan berada di sisi pria ini."Henry menyerahkan kotak makan pada Regina. "Ayo, makanlah!" "Bisakah kau menyuapiku?" Regina kembali menundukkan sisi manjanya."Kau
Regina tersentak kaget melihat Henry berdiri di ambang pintu ruangan. "Henry, kenapa kau kembali?"Henry menatapnya dengan serius, "Ada apa? Kenapa kau terlihat gugup begitu? Langkah kaki Henry menjadi semakin dekat. Regina melangkah mendur sampai dia menyentuh kursi. Tubuhnya terjatuh di kursi itu. Henry mengulurkan tangan menyentuh dagu Regina. "Istriku, sayang. Apa yang sedang kau cari di saat aku tidak ada? Katakan saja, aku akan memberikan apapun yang kau mau."Regina menatap mata Henry yang begitu tajam berbeda dengan bibirnya yang tersenyum. "Aku hanya ingin tidur di kamar ruang kerjamu, tapi aku melihat dokumenmu berantakan jadi aku hanya merapikannya."Henry tersenyum pahit, "Regina, apa kau tidak lelah berpura-pura? Aku sudah memberikan apa yang kau inginkan, tapi kau menginginkan lebih dari itu? Katakan saja, apa kau kau inginkan? Apa kau mencari dokumen yang dapat melemahkan perusahaanku? Regina, kau akan mengkhianatiku?" Regina terdiam sejenak, merasakan tekanan yang be
Regina menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk mengendalikan perasaan gugup di dalam hati. Matanya memandang ke arah sosok di hadapannya. "Kak, aku akan mempertimbangkannya setelah kau menunjukkan padaku apa yang kau temukan."Pria itu menyeringai. "Apa kau pikir bisa menipuku?""Kak, aku tidak punya keberanian untuk membantumu menghancurkan perusahaan Jian ataupun memenangkan pertarungan dengan Papa. Aku sungguh tidak akan berguna untukmu, kau tahu itu, kan?" ucap Regina dengan rendah diri. "Regina, kau terlalu merendah. Jika kau tidak memiliki kemampuan, maka aku tidak akan mengajakmu menjadi partnerku. Aku punya kabar baik untukmu, aku akan diakui oleh Papa secara resmi. Aku mungkin bisa mengambil perusahaan secara bertahap. Namun, tidak ada gunanya jika Henry Jian melumpuhkan semua yang aku butuhkan. ""Apa maksud kakak?" tanya Regina. Pria itu memberikan sebuah dokumen. "Aku berhasil mengumpulkan semua informasi. Sebenarnya aku tidak ingin memberikan padamu sampai kau setuju,
Regina menelan ludah, merasa tertekan dengan tindakan Henry. Keheningan memenuhi ruangan itu, suara helaan nafas Henry terdengar begitu jelas. "Regina, aku hanya mengkhawatirkanmu, mungkin saja kau bertemu dengan orang jahat . Berikunya jika kau bertemu dengan siapapun termasuk client, aku akan ikut denganmu!" ucap Henry dengan tegas. "Bukankah kau sibuk? Aku dapat menjaga diriku sendiri, lagipula hal bahaya apa yang bisa terjadi? Kau sudah menangkap para pembunuh yang awalnya mengincar kita, kan? Tidak ada lagi yang perlu di khawatirkan." Revina mencoba mencari alasan untuk menghindari pengawasan Henry. Henry menatap Regina dengan ekspresi yang sulit ditentukan, campuran antara kekhawatiran dan ketegasan. "Regina, aku bisa berhenti mengkhawatirkanmu."Regina tahu maksud dari perkataan Henry yang sebenarnya. Jika dia terus bersikeras maka Henry akan semakin curiga. "Baiklah, aku akan menuruti apa yang suamiku inginkan. Aku tahu kau hanya ingin menjagaku tetap aman.""Permisi, Nyony
"Kenapa kau datang ke sini?" Kevin berbicara dengan kasar pada pria itu. "Regina, apa seperti ini caramu mendidik anak? Dia bahkan tidak bisa bersikap sopan pada kakeknya. " Tuan Jian menegur putrinya. "Jangan salahkan mamaku!" Kevin memprotesnya. "Kevin kau tidak boleh seperti itu pada kakekmu." Kevin menatap Tuan Tan dengan tatapan dingin, "Tapi, apa pria seperti dia pantas aku panggil kakek? Dia telah menyakiti Mama berulang kali. Aku tidak bisa menerima dia!"Tuan Tan merasa terkejut dengan sikap Kevin. "Regina, anakmu terlalu kasar, itulah yang kau dapatkan karena memiliki darah dari Jian. Aku akan melupakan masalah ini. Kevin, aku sengaja datang untuk menemuimu sebagai kakekmu. Lupakan masa lalu dan lebih baik kita saling berbaikan."Tuan Tan mengulurkan tangan, tapi Kevin justru menepisnya. "Aku tidak mau berdamai dengan orang jahat.""Kau!" Tuan Tan menatapnya dengan amarah. Regina menarik tangan Kevin, menyembunyikan di b