Regina mendorong Henry. "Apa yang kau lakukan? Kenapa menggunakan trick seperti ini di depan publik." Regina menatapnya penuh amarah. "Ini adalah bagian dari yang aku bicarakan padamu." Otak Regina masih belum berfungsi dengan benar setelah menerima trik ciuman dari Henry. Dia bahkan masih merasakan sesuatu yang hangat di bibirnya. "Mama!" Kevin mendekati mereka bersama dengan seorang pria yang tidak lain adalah Evan. Evan menyapa Regina dengan ramah dan dibalas dengan sopan. Tatapan Evan berubah tajam saat melihat Henry. "Aku tahu ini tidak sopan, tapi bisakah untuk mengendalikan diri? Tidak baik bagi anak-anak untuk melihat adegan mesra orang dewasa. Aku bisa menutup mata Kevin, tapi ada banyak anak di sini." Regina merasa tidak nyaman . Henry justru menanggapinya dengan begitu santai. "Maafkan aku karena tidak bisa mengendalikan diri, tapi kau pasti mengerti perasaan sebagai sesama pria, kau ingin menunjukkan cinta setiap kali melihat istri yang begitu cantik." Evan mengangguk
"Papa?" Regina terkejut melihat Tuan Tan berada di ruangannya. Dia melangkah dan mengambil dokumen yang ada di tangannya. "Bukankah tidak sopan masuk ke ruangan orang lain dan membaca dokumen penting." "Apa kau berani melawanku sekarang?" Tuan Tan menatapnya dengan tatapan penuh mengintimidasi. "Karena Henry berada di belakangmu, jadi kau merasa lebih baik daripadaku?""Tidak. Aku hanya--" "Lupakan saja proyek itu. Mereka tidak akan memberimu kesempatan hanya karena Henry mendukungmu. Tapi, aku terkesan dengan apa yang kau lakukan, sampai mencuri data perusahaan untuk membuat proposal yang tidak berguna ini." Tuan Tan mengkritiknya. "Itu bukannya tidak berguna. Aku yakin akan mendapatkan proyek besar ini!" Reguna menegaskan dengan penuh keyakinan. "Regina, aku terkesan. Aku akan memberimu kesempatan. Kau tahu proyek yang sedang berjalan, aku ingin kau bertanggung jawab. Aku sudah menyiapkan tim yang akan pergi denganmu besok dan tentang penginapan, aku juga sudah menyiapkannya.""
"Papa, kenapa papa tidak memberitahuku ternyata proyek ini memiliki banyak masalah. Bagaimana pembangunan bisa dilakukan jika seperti ini?" Regina menelepon Tuan Tan untuk meminta penjelasan. "Itu masalah yang harus kau hadapi. Aku ingin kau menyesalkan semuanya. Bukankah aku sudah membekalimu tim ahli?"Tuan Tan menanggapi dengan santai. "Tapi diantara mereka ada yang tertunda datang. Apa Papa sengaja mengirimkan proyek tang bermasalah ini padaku?""Regina, setiap proyek kau akan menemui masalah. Kau selesaikan dengan caramu. Reguna, kau ingin aku tetap mempertahankanmu sebagai CEO, kan? Jika masalah semuda ini saja kau tidak bisa menanganinya, bagaimana kau pantas?" Tuan Tan langsung mengakhiri panggilan setelah merendahkannya. Regina menyimpan ponselnya. Dia termenung memikirkan apa yang harus dia lakukan. "Apa kau sudah selesai mengeluh pada Tuan Tan?" Sekertarisnya datang mendekatinya. "Kau terlihat tertekan, apa kau ingin mundur?" "Tidak. Kita akan memulai diskusi. Kumpulkan
"Aku merindukanmu." Suara yang lembut terdengar dari bibirnya. Regina tersentuh dan memeluknya erat. "Aku juga merindukanmu."Kevin melepaskan pelukannya. "Mama, papa juga merindukanmu. Sekarang giliran Papa untuk memeluk Mama. Aku tahu kalian lebih saling merindukan daripada aku." Kevin memundurkan tubuhnya untuk memberi ruang pada Henry. Regina dan Henry hanya saling berhadapan dengan canggung. Kevin tidak tahan melihat, tidak bisa untuk tidak mendorong Henry. "Papa, kenapa hanya diam saja? Tidak perlu malu. Hanya aku yang akan melihat." Henry melangkah maju dan memeluk Regina. Belum sempat Henry mengatakan apapun, Regina langsung mendorong suaminya. Regina merasa canggung melihat Henry. "Papa, kenapa hanya diam saja?" Henry melangkah maju dan memeluk Regina. Belum sempat Henry mengatakan apapun, Regina langsung mendorong suaminya, "Aku lelah, hari ini, aku tidak memiliki mood yang bagus untuk berakting," bisik Regina. "Eh? Kenapa hanya sebenar, apa kalian merasa malu? Aku akan
Regina langsung bangun. Dia mengenggam selimut dengan erat. Dia tidak melakukan kontak mata dengan Henry, "Apa kau tidak tahu malu mengatakan hal yang tidak pantas seperti itu?" Henry tertawa kecil, bangun dan duduk di samping istrinya, "Hal yang tidak pantas? Apa kau memikirkan bahwa kita akan.....yang aku maksudkan bukan itu, tapi jika kau mau maka--Regina menoleh ke arah Henry. "Tidak aku tidak menginginkannya. Berhentilah menggodaku, aku sangat lelah hari ini." Henry turun dari tempat tidur. "Aku sudah memesankan minuman khusus untukmu. Aku akan meminta mereka mengantarnya." "Kau tidak memesan wine atau alkohol lainnya kan? Aku sedang tidak ingin minum," ucap Regina. "Tidak. Ini bukan alkohol." Henry mengobrol dengan seseorang menggunakan telepon untuk memesan layanan room service. Dia dapat mendengar apa yang dikatakan Henry dengan jelas. "Kenapa kau meminta mengantar ke sana?""Kita tidak mungkinkan mengobrol di suasana gelap seperti ini. Sesuatu yang lain akan terjadi ji
"Maaf, aku harus pergi." Regina merasa tidak nyaman dengan suasana yang menjadi penuh ketegangan. Langkahnya tergesa-gesa meninggalkan ruangan, menarik tangan Henry yang mengikuti langkahnya, memaksanya untuk keluar. "Kenapa kau datang ke sini? Apa kau sengaja menguping pembicaraan dan mempermalukanku?" Reguna menadang dengan kesal. "Aku tidak percaya restoran ini punya kedap suara yang buruk." Regina membuka pintu mobil. Henry mengikutinya masuk. "Mempermalukanmu? Aku justru membantumu keluar dari situasi yang tidak menguntungkan." Henry tidak kalah marah. "Aku bisa mengatasinya sendiri tanpa perlu kau ikut campur!" Regina menegaskan. Henry mencibirnya, "Benarkah? Tapi, yang aku lihat kau justru berasa di posisi terdesak. Hei, tawaranku masih berlaku. Dibandingkan dengan mereka, aku akan mendapatkan tim ahli yang lebih kompeten." "Kau pasti akan menggunakan orang yang kau bawa untuk menjadi mata-matamu? Lalu kau akhirnya menghancurkan apa yang telah berhasil aku raih," cibir Reg
Regina dan Henry tiba di hotel. Kevin begitu bahagia mendengar apa yang dikatakan Henry. "Jadi, apa Mama sungguh akan ikut kita pergi bersama? Apa Mama tidak lelah setelah bekerja?" Kevin merasa senang dan juga khawatir. Regina tersenyum, "Tidak apa-apa. Pergi bersamamu sama saja dengan beristirahat untukku." Henry mengambilkan mantel tambahan, memakaikan pada Kevin. "Papa, ini terkait berlebihan, aku merasa tidak nyaman." "Kau harus menggunakannya, udara sangat dingin. Jika kau sakit saat kembali ke rumah bagaimana? Kau tidak bisa ke sekolah dan hanya akan tidur sendirian di rumah. Kau tidak mau kan?"Kevin cemberut, tapi dia tidak menolaknya lagi, membiarkan Henry membantunya menggunakan mantelnya. Henry beralih ke arah Regina. "Kau juga, gunakan tambahan pakaian yang hangat. Tubuhmu lemah bukan?" "Aku tahu, aku akan mengambilnya di kamarku dan bersiap. Kita bertemu di lobi saja 20 menit dari sekarang.""20 menit terlalu lama. 10 menit!" Henry memberikan penawaran lainnya. "Bai
Regina panik, dia bergerak ke arah Kevin yang jatuh ditangkap oleh seseorang. "Terima kasih, kau telah menyelamatkan putraku."Pria yang awalnya menunduk itu, mengangkat wajahnya. Regina menatapnya dengan ekspresi terkejut. "Evan?""Guru?" Kevin juga merasa terkejut. Evan tersenyum, "Kebetulan sekali kita bertemu. Kevin, kau harus berhati-hati lain kali, apa kau terluka?""Tidak. Berkat guru, aku tidak terluka." "Evan, aku benar-benar berterima kasih padamu. Apa kau datang bersama anak dan istrimu?" tanya Regina. "Tidak. Aku datang untuk pekerjaan." "Pekerjaan apa di tempat seperti ini? Apa kau pelatih Ski?" tanya Regina. "Tidak. Aku memang guru, tapi aku memilki pekerjaan lain." Henry datang mendekat. Dia menatap tajam ke arah Evan. "Apa yang kau lakukan? Meninggalkanku untuk pria lain?" "Henry, kenapa kau bersikap kasar?. Evan telah menyelamatkan Kevin. Seharusnya kau memperlakukannya dengan baik," tegur Regina pada suaminya. "Regina, tidakkah kau merasa aneh melihatnya ad