"Ah!" Rose merintih kesakitan saat Henry mendorongnya. Henry langsung mendekati Kevin. "Ada apa? Kenapa kau menangis? Apa ada orang jahat yang menganggumu?" "Aku ingin pulang! Papa, silahkan saja lakukan apa yang papa sukai dengan Kepala Sekolah. Aku akan melaporkan ini pada Mama." Kevin menatap Henry dengan penuh kemarahan. Dia berbalik pergi. "Tunggu!" "Tuan Jian, apa kau akan meninggalkan aku sendirian? Kakiku jadi semakin sakit." Rose mengeluh dengan manja. "Maafkan aku, Nyonya Rose. Kau bisa menghubungi Asistenku untuk menjemputmu. " Henry masih mencoba berduka sopan. Namun, Rose justru masih saja menahannya. "Tapi, aku ingin kau yang mengantarku. Apa kau tidak mau bertanggung jawab setelah--" "Kepala Sekolah, apa kau ingin menguji kesabaranku? Jangan gunakan perkataan yang akan disalah pahami. Aku tidak ingin terlibat masalah." Henry menepis tangan Rose begitu saja dan pergi meninggalkannya. "Sial! Ini semua gara-gara anak itu! Hampir saja aku memiliki Henry Jian." ***
Regina keluar bersama dengan pria yang dia temui. "Terimakasih, kau sudah membantuku." "Tidak masalah. Aku harap anakmu akan menyukainya. Ini kau bisa menghubungiku." Pria itu memberikan kartu namanya. Regina dengan sopan menerimanya. Mereka saling mengucapkan selamat tinggal. Regina kembali ke mobil, di mana Henry menunggunya. Tatapan Henry begitu tajam, "Siapa itu? Kau terlihat begitu akrab?""Teman lama yang tidak sengaja bertemu," jawab Regina dengan singkat. Henry hendak mengatakan sesuatu, tetapi Regina memberikan penegasan. "Dia sudah menikah! Tatapan matamu menunjukkan tuduhan bahwa aku berselingkuh, aku akan tegaskan, itu tidak terjadi."Henry hanya mengangguk, "Oh. Baguslah jika begitu. Aku percaya pada istriku." Perkataan Henry begitu lembut, tetapi tidak pada sorot matanya. "Jika kau marah dan ingin mengkritikku seperti biasanya, katakan saja. Apa gunanya menahan diri." Regia mencibir. "Tidak, aku tidak akan marah pada istriku hanya karena hal kecil seperti ini." Henr
Sekertaris itu mengambil kembali ponselnya. "Sudah cukup melihat? Sekarang aku paham kenapa kau begitu bersikeras untuk bertahan. Sebelumnya, aku iri padamu, tapi wanita yang tidak beruntung akan selalu tidak beruntung.""Apa kau sudah cukup mengatakannya? Kembalilah ke pekerjaanmu dan jangan ikut urusan orang lain." Regina menghela nafas, berusaha meredakan emosinya. Sekertaris itu tersenyum sinis, "Regina, kau masih saja bersikap angkuh. Kau akan kehilangan segalanya, entah itu karir, keluarga atau suami."Regina menggebrak meja dengan kesal. "Aku sudah tidak tahan lagi. Apa kau pikir bahwa dirimu hebat? Jika Papaku sampai membuangmu, kau akan bernasib lebih buruk dariku! lebIh baik kau fokus saja menjilat Papaku agar tetap mempertahankanmu." "Kau!" Sekertaris itu hendak memukul Regina, tetap tangannya ditarik kembali. Dia hanya melangkah pergi meninggalkan Regina. Regina menghela nafas. "Henry, sebenarnya apa yang kau inginkan?" gumah Regina. Dia mengambil ponselnya, menghubung
Regina mendorong Henry. "Apa yang kau lakukan? Kenapa menggunakan trick seperti ini di depan publik." Regina menatapnya penuh amarah. "Ini adalah bagian dari yang aku bicarakan padamu." Otak Regina masih belum berfungsi dengan benar setelah menerima trik ciuman dari Henry. Dia bahkan masih merasakan sesuatu yang hangat di bibirnya. "Mama!" Kevin mendekati mereka bersama dengan seorang pria yang tidak lain adalah Evan. Evan menyapa Regina dengan ramah dan dibalas dengan sopan. Tatapan Evan berubah tajam saat melihat Henry. "Aku tahu ini tidak sopan, tapi bisakah untuk mengendalikan diri? Tidak baik bagi anak-anak untuk melihat adegan mesra orang dewasa. Aku bisa menutup mata Kevin, tapi ada banyak anak di sini." Regina merasa tidak nyaman . Henry justru menanggapinya dengan begitu santai. "Maafkan aku karena tidak bisa mengendalikan diri, tapi kau pasti mengerti perasaan sebagai sesama pria, kau ingin menunjukkan cinta setiap kali melihat istri yang begitu cantik." Evan mengangguk
"Papa?" Regina terkejut melihat Tuan Tan berada di ruangannya. Dia melangkah dan mengambil dokumen yang ada di tangannya. "Bukankah tidak sopan masuk ke ruangan orang lain dan membaca dokumen penting." "Apa kau berani melawanku sekarang?" Tuan Tan menatapnya dengan tatapan penuh mengintimidasi. "Karena Henry berada di belakangmu, jadi kau merasa lebih baik daripadaku?""Tidak. Aku hanya--" "Lupakan saja proyek itu. Mereka tidak akan memberimu kesempatan hanya karena Henry mendukungmu. Tapi, aku terkesan dengan apa yang kau lakukan, sampai mencuri data perusahaan untuk membuat proposal yang tidak berguna ini." Tuan Tan mengkritiknya. "Itu bukannya tidak berguna. Aku yakin akan mendapatkan proyek besar ini!" Reguna menegaskan dengan penuh keyakinan. "Regina, aku terkesan. Aku akan memberimu kesempatan. Kau tahu proyek yang sedang berjalan, aku ingin kau bertanggung jawab. Aku sudah menyiapkan tim yang akan pergi denganmu besok dan tentang penginapan, aku juga sudah menyiapkannya.""
"Papa, kenapa papa tidak memberitahuku ternyata proyek ini memiliki banyak masalah. Bagaimana pembangunan bisa dilakukan jika seperti ini?" Regina menelepon Tuan Tan untuk meminta penjelasan. "Itu masalah yang harus kau hadapi. Aku ingin kau menyesalkan semuanya. Bukankah aku sudah membekalimu tim ahli?"Tuan Tan menanggapi dengan santai. "Tapi diantara mereka ada yang tertunda datang. Apa Papa sengaja mengirimkan proyek tang bermasalah ini padaku?""Regina, setiap proyek kau akan menemui masalah. Kau selesaikan dengan caramu. Reguna, kau ingin aku tetap mempertahankanmu sebagai CEO, kan? Jika masalah semuda ini saja kau tidak bisa menanganinya, bagaimana kau pantas?" Tuan Tan langsung mengakhiri panggilan setelah merendahkannya. Regina menyimpan ponselnya. Dia termenung memikirkan apa yang harus dia lakukan. "Apa kau sudah selesai mengeluh pada Tuan Tan?" Sekertarisnya datang mendekatinya. "Kau terlihat tertekan, apa kau ingin mundur?" "Tidak. Kita akan memulai diskusi. Kumpulkan
"Aku merindukanmu." Suara yang lembut terdengar dari bibirnya. Regina tersentuh dan memeluknya erat. "Aku juga merindukanmu."Kevin melepaskan pelukannya. "Mama, papa juga merindukanmu. Sekarang giliran Papa untuk memeluk Mama. Aku tahu kalian lebih saling merindukan daripada aku." Kevin memundurkan tubuhnya untuk memberi ruang pada Henry. Regina dan Henry hanya saling berhadapan dengan canggung. Kevin tidak tahan melihat, tidak bisa untuk tidak mendorong Henry. "Papa, kenapa hanya diam saja? Tidak perlu malu. Hanya aku yang akan melihat." Henry melangkah maju dan memeluk Regina. Belum sempat Henry mengatakan apapun, Regina langsung mendorong suaminya. Regina merasa canggung melihat Henry. "Papa, kenapa hanya diam saja?" Henry melangkah maju dan memeluk Regina. Belum sempat Henry mengatakan apapun, Regina langsung mendorong suaminya, "Aku lelah, hari ini, aku tidak memiliki mood yang bagus untuk berakting," bisik Regina. "Eh? Kenapa hanya sebenar, apa kalian merasa malu? Aku akan
Regina langsung bangun. Dia mengenggam selimut dengan erat. Dia tidak melakukan kontak mata dengan Henry, "Apa kau tidak tahu malu mengatakan hal yang tidak pantas seperti itu?" Henry tertawa kecil, bangun dan duduk di samping istrinya, "Hal yang tidak pantas? Apa kau memikirkan bahwa kita akan.....yang aku maksudkan bukan itu, tapi jika kau mau maka--Regina menoleh ke arah Henry. "Tidak aku tidak menginginkannya. Berhentilah menggodaku, aku sangat lelah hari ini." Henry turun dari tempat tidur. "Aku sudah memesankan minuman khusus untukmu. Aku akan meminta mereka mengantarnya." "Kau tidak memesan wine atau alkohol lainnya kan? Aku sedang tidak ingin minum," ucap Regina. "Tidak. Ini bukan alkohol." Henry mengobrol dengan seseorang menggunakan telepon untuk memesan layanan room service. Dia dapat mendengar apa yang dikatakan Henry dengan jelas. "Kenapa kau meminta mengantar ke sana?""Kita tidak mungkinkan mengobrol di suasana gelap seperti ini. Sesuatu yang lain akan terjadi ji
"Henry, kau benar-benar memecatku? Apa kau tidak bisa membedakan masalah pribadi dan pekerjaan?" Reina memberikan protes keras. Henry menatap Reina dengan tatapan dingin. "Ini bukan masalah pribadi, Reina. Kau sudah melanggar keprofesionalis dengan mengabaikan tugasmu kemarin. Dan juga, aku ingin kita mengakhiri hubungan ini. Aku berharap kau segera bereskan barangmu dari apartemenku juga." Reina tersenyum pahit. "Kau ingin membuangku begitu saja setelah bosan padaku? Henry, aku akan membongkar kelakuanmu ini ke media." Henry tidak mengubah ekspresi dinginnya. "Lakukan saja!" "Baiklah. Kau pasti akan menyesalinya. " Reina pergi dengan membanting pintu dengan kesal. Henry tidak memedulikannya. Dia masih memiliki banyak hal yang harus dia lakukan. *** Regina merasa kesal melihat pesan yang tidak berhenti datang padanya. Tidak peduli berapa banyak dia memblokirnya. Pria itu tetap saja mengganggunya. "Regina, apa kau sudah menunggu lama? Maafkan aku." Regina mematikan ponse
"Kau tidak perlu mengantarku sampai ke dalam," ucap Regina dengan sopan. "Tidak. Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian dan juga aku ingin bertemu dengan anakmu. Kau mungkin menolakku saat ini karena anakmu, kan? Jika aku bisa membuatnya menyukaiku, kau juga akan menerimaku, kan?" ucap Harlan dengan percaya diri. Regina menatap dengan serius. "Harlan, jangan membuang waktu untukku. Kau pantas mendapatkan wanita yang lebih baik. Saat ini kehidupanku begitu rumit, kau mungkin akan menyesalinya."Harlan tersenyum lembut. "Tidak masalah. Aku siap menghadapi semuanya. Aku justru akan menyesal jika melepaskanmu."Regina menatap matanya. Dia dapat melihat ketulusan pria ini. "Baiklah. Jika Kau dapat menyayangi putraku, aku akan memperingatkannya, tetapi kau harus benar-benar tulus padanya." Harlan mengangguk. *** "Kevin, kenapa kau berada di luar?" Regina yang tiba di depan pintu apartemen dengan Harlan, menatap Kevin dengan cemas. "Paman Harlan, bawa Mamaku ke tempat lain. Saat ini Pap
Regina terdiam sejenak, terkejut dengan permintaan Kevin yang tak terduga. "Kevin, ini... bukankah kau tidak menginginkan perpisahan antara aku dan Henry. Kenapa kau menyarankan ini?" "Karena papa tidak peduli dengan perasaan Mama lagi. Aku tidak ingin Mama harus menerima pengkhianatan ini. Jika memang Papa memilih wanita lain, kenapa Mama tidak bisa bersama pria lain yang dapat membahagiakan Mama. Aku hanya ingin melihat Mama bahagia." Regina langsung memeluk Kevin erat. "Kevin, terima kasih telah memikirkanku. Aku akan mencoba bertemu dengan pria lain dan aku janji pria itu juga akan memperlakukanmu dengan baik lebih daripada Henry." Tangan mungil Kevin membalas pelukan Regina. "Mama tidak perlu memikirkanku. Selama Mama menemukan pria yang Mama cintai, aku tidak masalah siapapun pria itu." Regina tersenyum. Dia mengusap lembut rambut Kevin. "Ayo, tidur." Kevin mengangguk. Dia dengan cepat naik ke tempat tidur. Regina tidur di sebelahnya. Meskipun mencoba untuk terlelap,
Regina mengepalkan tangannya melihat foto yang tersebar di Internet. Regina dapat mengenali wajah wanita itu, meskipun harus kembali. "Jadi mereka bersama lagi?" Ponselnya langsung direbut oleh Rey. "Tidak perlu melihat gosip yang menganggu pekerjaanmu. Jika kau tidak bisa berkonsentrasi, lebih baik tidak perlu bekerja. Masih baik aku masih memberimu kesempatan bekerja dengan posisi pimpinan." "Aku tahu. Aku hanya kebetulan melihat foto itu." Regina kembali mengetik sesuatu. Rey meletakkan ponsel Regina. "Haruskan aku menyingkirkan wanita itu? Henry terlihat lebih bahagia dengan wanita itu daripada denganmu." Regina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya dari gelombang emosi yang melanda. "Tidak perlu, Kak. Aku tidak ingin ikut campur masalah pribadinya.".Rey mencibirnya, "Bukankah kau sampai menentang Papa untuk menikah dengannya dan kau juga begitu keras kepala menolak kerja sama denganku dan Papa hanya karena pria itu. Apa cintamu sekarang sudah luntur?""Aku
"Regina akan menjadi CEO perusahaan menggantikanku!" Tuan Tan menegaskan. "Regina, bisakah kau mengatakan sesuatu kepada para kolega kita?"Regina mengalihkan pandangan. Dia mencoba untuk menenangkan perasaan dan pikirannya. Namun, suara keras tiba-tiba terdengar. "Aku tidak memberimu izin!" Pria yang tidak lain adalah Henry langsung naik ke panggung dan menarik tangan Regina. "Ikut denganku!" Rey dengan cepat menahan tangan Regina. "Hanya karena kau suaminya, kau bisa seenaknya saja membatasi apa yang Regina lakukan?" Henry menatap pria itu dengan tajam. "Kau hanya orang luar, lebih baik tidak ikut campur!""Orang luar?" Rey tersenyum pahit. "Aku adalah kakaknya. Aku berhak untuk membela adikku.""Cukup!" Tuan Tan menghentikan perdebatan kedua pria itu. "Henry Jian, lepaskan tanganmu dari putriku." Henry justru tertawa. "Sekarang kau menganggapnya putrimu hanya karena dia menurut padamu? Kau lupa bagaimana kau memukulinya?""Jangan bicara sembarangan. Aku bisa meminta security unt
"Nyonya, Anda mau kemana?" agen properti itu menahan Regina."Aku tidak jadi menyewa tempat ini!" Regina dengan cepat melarikan diri. Agen properti itu mengambil ponselnya. "Tuan, Nyonya sudah melarikan diri. Saya sudah berhasil mengelabuinya. " Senyum licik terukir di bibir wanita itu. ***Regina berusaha untuk membuka pintu mobilnya, tetapi dengan tubuh gemetar membuatnya kesulitan. Bahunya merasakan sesuatu yang menyebutnya. Regina dengan gugup berbalik. "Kau? Apa yang kau lakukan di sini?" Regina terkejut melihat keberadaan Henry. Bukannya menjawab, Henry justru mengejeknya. "Apa kau begitu tidak punya uang sampai datang ke apartemen kecil ini? Kau tidak akan mendapatkan rumah yang layak."Regina mulai menyadari sesuatu. "Apa kau yang selama ini mengatur agak aku tidak bisa menemukan rumah. Jika kau ingin balas dendam bukan begitu caranya!" Regina merasa marah dan tertekan. "Berhentilah mencampuri urusanku!"Henry hanya tersenyum sinis. "Kau pikir bisa pergi begitu saja dariku
"Kau ingin pergi? Kemana kau bisa pergi? Tidak mudah mencari rumah dalam waktu singkat," cibir Regina. "Itu urusanku!" Regina langsung pergi begitu saja. Regina tidak perlu membereskan apapun karena semua adalah milik Henry. Saat kakinya melangkah melewati ruangannya, tanpa sengaja dia bertemu dengan Asistennya yang justru melewatinya, "Wanita bodoh, kau begitu mudah masuk ke perangkap."Regina membalikan tubuhnya. Asisten itu menoleh ke arahnya dengan senyuman meremehkan. "Kau! Apa kau bersekongkol dengan mereka? Jika sampai Henry tahu maka kau--""Nyonya Regina, lebih baik kau memikirkan dirimu sendiri sebelum memberiku peringatan, karena aku tidak sebodoh dirimu yang dengan mudah terjebak dalam permainan ini!" Asistennya itu langsung berbalik pergi. Regina hanya bisa mengepalkan tangannya. Ini salahnya karena tidak curiga pada wanita itu. *** Setelah tiba di rumah, Regina langsung meminta Kevin untuk mengemas pakaiannya. "Kevin, kemasi pakaianmu, kita berdua akan pergi dari rum
Henry mengepalkan tangannya melihat video yang dia lihat. "Sial, permainan macam apa ini? Apa ada orang dalam perusahaan yang terlibat?" "Saya pikir begitu. CEO Jian, sebenarnya Tuan Jian menghubungi saya dan memberitahu Anda, jika ingin mengetahui dalang dari masalah ini, Anda harus datang menemuinya. "Henry terdiam sejenak. "Baiklah, atur pertemuan dengan Papa sekarang juga!"Asistennya menghentikan mobil di tempat yang aman, lalu mulai mengirim pesan pada Tuan Jian.*** "Jadi, Henry. Bukankah aku sudah peringatkan tentang memasukkan wanita itu ke perusahaan hanya akan membawa kerugian?" Tuan Jian mencibir putranya yang baru datang. Henry menarik kursi dengan tenang. "Apa papa memintaku bertemu hanya untuk menyalahkan Regina? Belum tentu ini adalah kesalahan istriku, bisa saja Papa orang yang terlibat."Tuan Jian menatap tajam. "Kau berani menuduh Papamu sendiri? Setelah kau melihat rekaman ini, apa kau masih akan mempercayai istrimu?""Apa ini sebuah editan?" Henry masih menolak
"Ya, aku yakin!" jawab Regina dengan tegas. CEO Smith menatapnya sejenak, kemudian mengangguk singkat. "Baiklah, aku akan memberi waktu satu minggu. Tapi ingat, jika gagal, tepati janjimu itu!"Regina mengangguk, menguatkan keputusannya. "Terima kasih atas kesempatan yang diberikan. Kami tidak akan mengecewakan Anda."Setelah pertemuan selesai, Regina dan asistennya meninggalkan ruangan rapat. Saat itu CEO Smith mengambil ponselnya. "Hallo, CEO Jian....."***Regina mulai bekerja keras. Dia menemui orang dari perusahaan game yang bertanggung jawab. "Aku akan memberikan tambahan dana, tetapi aku berharap kalian menyelesaikan dalam wajah satu minggu!"."Apa? Bagaimana bisa secepat itu? Kami harus--"Regina dengan cepat memotong perkataannya. "Tidak perlu untuk sesempurna sebelumnya, paling penting kualitas mendekati dan layak untuk rilis.""Kami akan melakukan yang terbaik, Nyonya Regina," jawab perwakilan perusahaan game itu dengan bersemangat.Regina mengangguk, "Aku percaya pada k