"Apa kau yakin tentang hasil tes ini?"Regina masih sulit mempercayainya. Dia tidak mempermasalahkan jika hasil itu menunjukkan anak ini adalah anak Henry, tapi hasil tes anak ini dengan Regina, membuatnya ragu untuk percaya. "Aku tahu kau tidak mempercayainya. Aku sudah melakukan tes seorang teman yang memang sudah jelas memiliki hubungan darah, hasilnya sesuai. Tidak ada lagi keraguan." Pikiran Regina saat ini kacau. Bagaimana bisa dia punya anak. Dia memandangi anak yang tertidur itu dengan ekspresi linglung. "Hei, apa kau sungguh tidak diam-diam mengambil keuntungan dariku dan hamil anakku? Bahkankah saat di sekolah menengah, kau pernah tidak masuk begitu lama? Apa kau melahirkan saat itu?" Henry menatap dengan tatapan yang begitu dalam. "Kau gila! Aku tidak pernah hamil atau melahirkan! Sampai berapa kali lagi aku harus mengatakannya? Aku saja sampai bosan." "Bisakah, aku memeriksanya langsung?" Henry tidak menerimanya. "Apa? Apa maksudmu?" Regina menjadi waspada. "Bukankah
"Hm" "Papa, jawaban macam apa itu? Kau seharusnya tegaskan. Jangan hanya jawaban tidak pasti seperti itu!" ucap Kevin menunjukkan ketidakpuasan. "Regina bahkan tidak memberitahu tanggal ulang tahunnya, bagaimana aku bisa memutuskannya?" ucap Henry. "Sudahlah, kita akhiri saja pembicaraan ini. Aku juga tidak memaksa ada perayaan seperti itu," ucap Regina. Kevin menatap Regina, lalu beralih ke arah Henry. "Papa, menunduklah sedikit!" "Kenapa?" Henry menatap penuh tanda tanya, tapi dia tetap melakukan apa yang diinginkan oleh anak ini. Regina menatap dua orang yang membicarakan sesuatu dengan saling berbisik satu sama lain. Dia mencoba untuk mencari tahu dari ekspresi wajah Henry, tapi wajah itu tidak menujukkan reaksi apapun dan hanya menatap Kevin. Kevin menjauhkan tubuhnya. "Aku akan kembali ke kamarku." Kaki kecilnya berlari menuju pintu, lalu menutup dengan perlahan dan rapat. "Apa yang anak itu bicarakan?" tanya Regina. "Ini bukan urusanmu!" Henry menganggap dengan singkat
Henry menatap ayahnya. "Papa, Regina adalah istriku. Bagaimana bisa aku membiarkannya pergi!""Ini adalah rumahku, aku yang berhak menentukan siapa yang bisa tinggal di sini. Seperti yang Mamamu katakan kami tidak sepenuhnya merestui hubungan kalian berdua," ucap Tuan Jian dengan dingin. "Apa alasannya? Papa, Regina memiliki anakku yang akan menjadi penerusku. Tidak seharusnya Papa menentang hubungan ini, bukankah itu yang terpenting?" "Henry, apa itu benar-benar anakmu? Kami tahu bahwa kau membenci putri dari keluarga Tan, bisa saja dia hanya mengaku-ngaku saja. Jangan tertipu dengan trik murahan itu." Nyonya Jian menunjukkan pertentangan. "Mama bisa melihatnya sendiri, hasil tes DNA antara aku dan anak itu." Henry memberikan pada Nyonya Jian. Tuan dan Nyonya Jian melihat hasil tes itu. Nyonya Jian masih tidak mau menerima ini, "Bisa saja wanita itu memalsukannya, kau tahu betapa liciknya keluarga Tan?"Regina sudah tidak tahan lag, "Nyonya Jian, aku tidak tahu kenapa Anda berpiki
Henry menutup bibir Regina dengan tangannya. "Bagaimana jika orang mendengarnya? Kau ingin menggagalkan rencana kita?"Regina melepaskan tangan Henry dengan kasar. "Lagipula apa gunanya rencana ini? Sekarang semua telah menjadi berantakan. Perceraian adalah jalan yang bisa diambil.""Apa kau tidak malu jika berita menyebar dan kita dianggap sebagai pasangan dengan usia paling pendek di kota ini? Aku tidak mau hal memalukan itu terjadi!" Regina menujunya ekspresi kesal, "Apa menurutmu menjadi gelandang tidak lebih memalukan daripada perceraian?" "Kau tenang saja, apa aku begitu miliki sampai kita harus menjadi gelandangan? Aku sudah memikirkan semua itu. Kita bisa tinggal di apartemen," ucap Henry dengan santai. "Tidak mungkin bisa memilki apartemen bagus dalam waktu sehari. Ada banyak hal yang harus diurus, kan? Aku tahu kau adalah pasangan yang tidak bisa diandalkan!" Regina mengucap dengan sinis. "Regina, Apa kau tidak mendengar? aku sudah bilang padamu, kita akan tinggal di Apar
Regina membatu sejenak melihat pecahan yang jatuh dibelakangnya. Dia hanya menatap Nyonya Jian, lalu menutup pintu begitu saja. "Sialan! Pelayan! Cepat bereskan!" Nyonya Jian berteriak dengan keras. "Istri, kenapa kau marah-marah?" Tuan Jian mendekat ke arah istrinya. "Boneka keluarga Tan itu membuatku kesal. Dia benar-benar tidak layak jadi menantu. Jika aku tahu, aku akan memilih wanita yang dibawa Henry saat itu daripada Henry bersama dengan seorang bidak catur." Nyonya Jian melupakan emosinya. "Tenangkan dirimu. Henry juga pasti akan menyesali menikah dengan wanita itu. Sebentar lagi, Henry pasti akan meninggalkan wanita itu. Kita hanya menunggu waktu itu datang." Tuan Jian dengan lembut menghibur istrinya. "Apa Henry benar-benar akan meninggalkan istrinya itu? Wanita itu bahkan berencana untuk mempengaruhi Henry agar tetap bersamanya." "Istriku, percayalah padaku! Aku yakin pengaruh wanita itu tidak akan lama." *** Regina menemui seorang teman yang kemungkinan dapat memba
"Aku tidak menyangka kau adalah seorang wanita murahan! Berapa pria yang telah mendapatkan tawaran ini untuk membantumu mendapatkan project?" bisik Henry dengan penuh ejekan. Regina mendirikan pria itu. "Aku sudah bilang, aku tidak serius dengan itu. Satu hal lagi, aku bukan wanita seperti yang kau pikirkan." Henry menatap Regina cukup lama. Tubuhnya kembali tegak. "Tapi, jika kau serius menawarkannya, aku tidak akan menolak. Kau tidak akan menyesali telah menjual dirimu padaku. Aku akan memberikan semua yg kau inginkan, bahkan jika itu mempengaruhi bisnisku." "Persetan! Aku tidak butuh!" "Kau yakin? Bukankah ini tentang masalah proyek besarmu yang gagal dan client pindah untuk bekerja sama dengan perusahaanku?" "Aku sudah bilang tidak ingin--"Henry memotong perkataannya, "Aku belum menandatangani kontrak dengannya." "Kenapa? Tadi pagi kau menyombongkan diri." Regina menatap Henry yang mulai menyetir mobil. "Aku tidak ingin ada rumor menyebar, aku telah merebut client dari peru
"Hei, Regina dengarkan aku. Bahkan jika aku membuang mereka setelah memberikan banyak hal, tapi aku tidak akan melakukannya padamu!" Henry menatap Regina begitu dalam Jantung Regina berdebar. Dia tidak sanggup menatap mata tajam Henry, yang seolah mencoba menembus jiwanya. . "Ya, tentu saja kau tidak bisa membuangku begitu saja karena kita memiliki perjanjian dan kau tidak mau citramu buruk. Aku tahu itu. Tidak perlu lagi membicarakan hal yang tidak penting."Regina berjalan duluan, mencoba menyingkir dari pandangan intens Henry. Emosi yang tidak dia inginkan telah menyelimutinya. Dia bisa merasakan kehadiran Henry yang mengikuti rapat di belakang. "Hei, kau bahkan tidak tahu lokasinya kan? Jangan melangkah sendirian." Henry mengenggam tangannya dengan erat. "Tidak perlu bergandengan tangan! Aku bukan anak kecil yang akan hilang tanpa tahu jalan pulang." Regina mencoba melepaskan genggaman itu. Henry justru merapatkan jari-jarinya membuat ikatan yang sulit untuk dilepaskan."Ikuti
Nyonya Jian memandang pasangan ibu dan anak dengan sorot mata dipenuhi dengan kebencian. Bibirnya mengeluarkan perkataan sinis sebagai jawaban, "Kalian ibu dan anak hanya bisa membuatku kesal!" Kebencian terlihat begitu jelas saat wanita paruh baya itu melangkahkan kaki menjauh. “Nyonya Jian, apa anda akan melarikan diri begitu saja?” Suara Regina begitu keras, tetapi Nyonya Jian tidak menunjukkan tanda menghentikan langkah kakinya dan memecahkan masalah ini. “Mama.”Suara panggilan Kevin menarik pandangan Regina. Menatap anak laki-laki dengan keadaan menyedihkan ini membuat perasaan yang tidak dikenalinya tumbuh. Rasa sakit yang menghancurkan hatinya. "Ada apa sebenarnya? Apa kau dipukul?" Dengan hati-hati Regina mengusap pipi Kevin yang memerah. Anak itu menenggelamkan diri dalam pelukan, tubuhnya masih gemetar. Kevin menjawab dengan suara serak, "Aku hanya tidak suka mama dihina, jadi aku membalas apa yang dia katakan. Orang itu marah dan memukulku.""Apa ada hal lain selain itu?"