Bab 4
Wahyu mengaduh dalam hati! Mamanya telah salah paham rupanya. "Ma, begini ..."
Maria mengacuhkan Wahyu dan langsung berfokus untuk menenangkan Dina yang tampak syok saat mendengar ucapannya.
"Saya menikah dengan siapa, Tante?" tanya Dina dengan hati-hati seraya menelan air ludahnya dengan susah payah.
"Aku," sahut Wahyu dengan wajah memerah. Dina pasti akan menolaknya! Dia pasti akan menolaknya! teriak Wahyu merasa tingkat percaya dirinya turun ke tingkat nol!
"Tentu saja dengan Wahyu, Sayangku. Lihat, saat itu dia mengenakan topeng yang sangat jelek. Inilah wajah aslinya dan dia pria yang sangat tampan untuk menjadi suamimu bukan?"
"Tunggu, tunggu, maaf semuanya. Apa bisa beri saya waktu untuk mencerna semua ini.Tante?" tanya Dina sambil mendehem. "Ini hanya salah paham!" ucapnya setengah mencicit.
Tubuh Wahyu menegang mendengar dan melihat ekspresi ngeri dari wajah Dina. Apa ini berarti Dina benar-benar telah menolakku? tanya Wahyu merasa sangat gugup menanti apa yang akan terjadi saat ini. Seharusnya dia lega karena dia tidak jadi menikah seperti yang diinginkannya. Dia sedang menanti kepulangan kekasihnya. Hubungan mereka tidak direstui karena itu Wahyu menyuruh Lira untuk menjauh dari keluarganya dulu sambil melanjutkan kuliahnya di luar negeri itulah alasannya ia selalu membuat perjodohannya batal.
Tapi anehnya kenapa saat ini ia justru malah kecewa saat membayangkan kalau mereka tidak jadi menikah? Ini aneh! keluh Wahyu merasa tidak nyaman dengan perasaannya sendiri saat ini.
"Salah paham? Salah paham bagaimana, maksudnya?" tanya Maria berpura-pura bingung sambil melirik putra tunggalnya yang terlihat syok mendengar penolakan Dina.
Wahyu segera mengerti dan berusaha menjelaskan kepada Dina. "Tenang saja, mengenai status dan anak itu ..."
"Bukan, bukan masalah itu tapi ..." sahut Dina dengan ekspresi gugup melihat semua orang yang tengah memandanginya saat ini.
"Tapi apa?" tanya Maria merasa bingung dengan ekspresi Dina saat ini. Dia merasa sangat bahagia mendengar pembelaan Dina terhadap putranya waktu di restoran. Dina adalah gadis yang bisa mengubah perasaan Wahyu kepada Lira. Gadis itu tidak layak untuk putranya!
Ia pernah memergoki Lira mengonsumsi obat terlarang dan mabuk-mabukan karena itulah dia bukanlah gadis yang sesuai untuk putranya!
Dina diam-diam mengamati Wahyu, meski usianya jauh lebih dewasa di banding dengannya tapi ketampanan yang dimiliki om Wahyu masih di atas rata-rata. Dengan hal ini kedua orang tuanya tidak akan curiga bukan?
Ia mengamati area kamar tempat sekarang dia berada, meski tidak begitu mewah tapi dia tidak keberatan dengan kondisi keuangan Wahyu dan keluarganya saat ini. Bagaimanapun dia memiliki warisan yang sangat besar dari almarhum nenek.
Wahyu menyadari pemikiran Dina! Seharusnya ia membawanya ke rumah utama! Tapi karena rumah nenek dan kakeknya lebih dekat mereka memutuskan untuk membawanya ke sana.
Menikah ..., benar-benar menikah, timbang Dina dalam hati. Apa hal ini memang harus dilakukannya? Dia bisa saja pergi kabur dari rumah tapi dia juga tidak mau membuat ibu dan ayahnya sedih!
Pernyataan ibu membuatnya berpikir serius untuk mencari seorang suami bayaran yang bisa mengijinkannya pergi belajar akting di New York. Waktunya sebentar lagi! keluh Dina dengan frustasi.
Saat ini dia telah menemukan seorang calon suami yang berpotensi bisa meloloskan permintaannya! Sekarang tinggal eksekusinya saja, bukan? Kalau dia mengijinkannya kalau tidak dia hanya perlu mencari pria lainnya, lalu apa masalahnya?! keluh Dina merasa pusing dengan pemikirannya sendiri.
Dina mendehem merasa sedikit bersalah tapi lebih bersemangat untuk mencari tahu hal ini. Ia berusaha menenangkan diri setelah menarik napas dalam-dalam. "Hmm, Tante, Om, Kakek, Nenek, apa saya bisa minta waktu bicara dengan Om Wahyu, berdua saja?"
Maria mengerti kegugupan calon menantunya ini. "Tentu, kami akan meninggalkan kalian berdua, bicaralah baik-baik dan segera beri kami kabar baik."
Semua orang saling menatap kemudian mengikuti saran Maria untuk meninggalkan mereka berdua dalam kamar.
"Katakan apa kau berubah pikiran? Kau tidak mau menikah denganku?" tanya Wahyu dengan ekspresi dingin.
Kenapa wajahnya begitu? Apa dia marah? tanya Dina dalam hati. "Om marah?"
"Nggak."
"Syukurlah kalau begitu." Dina menghela napas dalam-dalam.
"Om, saya harus jujur, waktu itu saya melakukan hal itu karena spontan saja karena saya tidak suka mendengar cacian yang tidak bermartabat seperti itu, ..."
Wahyu merasa kecewa tapi melihat ekspresi Dina saat ini hatinya merasa tersentuh karena Dina memikirkannya meski mereka belum saling mengenal. "Lanjutkan," ucapnya saat melihat Dina berhenti bicara dan menunggu tanggapannya.
"Saya merasa kesal dengan wanita itu ..."
"Apa kau mengenal Wati sebelumnya?"
"Tidak, tidak, saya tidak mengenalnya tapi ... itu hanya ..." kata Dina merasa belepotan menjelaskan.
"Jadi intinya semua hanya sandiwara saja dan kau tidak berniat untuk menikahiku, begitu 'kan?" sela Wahyu mengambil kesimpulan untuk Dina dengan ekspresi penuh rasa kecewa.
Dina langsung mengangguk-angguk dengan perasaan gundah. Apa om Wahyu akan marah padanya? "Saya hanya berakting untuk menyelamatkan harga diri, Om, itu saja," sahut Dina merasa lega saat Wahyu mengerti maksud ucapannya.
Wahyu menatap dan mengamati wajah Dina yang tampak polos dan di sisi lain dia sangat menggemaskan, keluh Wahyu dalam hati. Dia tidak mau melepas Dina dari tangannya! Dia sudah terlanjur menyukai gadis muda ini karena itu ia mulai memutar otak dan menganalisa keadaan yang tengah terjadi saat ini.
"Din, begini ..."
Dina menunggu dengan perasaan lega yang luar biasa karena telah mengurai benang kusut di antara mereka. Dia tidak mau kalau Wahyu dan keluarganya sampai salah paham karena ucapannya.
"Kurasa kau mengikuti perjodohan itu karena harus menikah, bukan?"
"Tidak harus."
"Kau dijodohkan, tentu keluargamu ingin kau segera menikah, bukan?" tanya Wahyu ulang dengan jantung berdebar kencang.
"Saya ingin belajar akting di luar negeri Om. Saya ingin menjadi artis. Mereka tidak setuju tapi kalau saya menikah dan suami saya nantinya mengijinkan maka saya boleh menekuni dunia keartisan," jawab Dina dengan jujur.
Wahyu terdiam sambil menelan air ludahnya dengan susah payah. Sanggupkah dia membagi Dina dengan pria lain? Dia akan berpelukan dan berciuman dengan aktor pasangannya seperti di film-film itu! Ia mendehem berusaha menenangkan hatinya. "Jadi kau ingin menikah karena hal ini?"
Dina mengangguk dengan wajah polos dan mata yang berseri-seri.
Wahyu menarik napasnya dalam-dalam. "Din, begini ..."
Bahu Dina lunglai. Nah 'kan?! Siapa juga suami yang mau ditinggal setelah menikah! Mana ada Dina! keluh Dina dengan bahu yang lunglai. "Kalau begitu saya permisi yah, Om ..."
Wahyu menahan Dina dengan ekspresi bingung. "Tunggu, kau mau kemana?"
"Pulang, ..."
Kening Wahyu mengerut bingung. "Apa kau tidak perlu menikah?"
"Jadi. Saya hanya akan mencari pria yang mau mengerti dan memahami keinginan saya."
Wahyu tersenyum perih saat mendengar ucapan Dina. "Kalau begitu kau tidak perlu repot mencari lagi."
"Apa maksud, Om?" tanya Dina dengan jantung berdebar kencang. Apa itu berarti om ganteng ini bersedia menikah denganku? tanya Dina dengan tidak sabaran dalam hati.
Wahyu tersenyum. "Ayo, kita menikah."
"Apa, OM!?" seru Dina langsung menatap ke arah Wahyu dengan ekspresi kaget.
Bab 5 "Apa maksud, Om?" tanya Dina dengan jantung berdebar kencang. Apa itu berarti om ganteng ini bersedia menikah denganku? tanya Dina dengan tidak sabaran dalam hati. Wahyu tersenyum. "Ayo, kita menikah." "Apa, OM!?" seru Dina langsung menatap ke arah Wahyu dengan ekspresi kaget. "Maksud Om, Om bersedia menikah dengan saya?" tanya Dina menegaskan. Wahyu mengangguk. "Iya, kalau kamu tidak keberatan. Ayo kita menikah." Dina tidak percaya dengan ucapan Wahyu. "Kenapa Om mau menikah dengan saya?" tanya Dina dengan perasaan bingung. Ini mimpi bukan yah? tanya Dina reflek mencubit pahanya sendiri diam-diam. Atittt! berarti ini bukan mimpi! Wahyu menatap Dina dengan bingung. "Kenapa kau mencubit dirimu sendiri?" Dina hanya bisa menggigit bibirnya dan fokus meneruskan ucapannya lagi. "Begini Om, setelah kita menikah, saya harus pergi ke luar negeri untuk belajar akting ..." "Kapan dan berapa lama?" Dina menatap Wahyu dengan perasaan ragu. "Tanggal 20 ini saya harus berangkat ke N
Bab 6 "Mas," ralat Dina dengan cepat. "Tapi pernikahan kita bukan dilandasi saling cinta jadi ..." Wahyu berpikir cepat. "Kita berdua sama-sama sudah dewasa, Din. Meski kau jauh lebih muda dibanding Mas tapi Mas tidak mau berzinah. Kalau kau keberatan apa sebaiknya perjanjian ini kita batalkan saja?" Dina tertegun lama seraya menatap ke arah Wahyu dengan hati yang gundah gulana. Aduh bagaimana ini!? "Loh, kok begitu Mas?!" sahut Dina dengan panik. "Kau tidak mau publikasi baiklah aku terima tapi syaratnya itu, kita harus menikah secara hukum dan juga secara agama." "Tapi Mas ..." "Kalau kau ragu, kita tidak perlu meneruskan hal ini. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya dan aku tidak mau hidup di dalam dosa. Aku ingin mengawali semua ini dengan benar!" sahut Wahyu dengan penuh percaya diri kalau Dina tidak akan menolak keinginannya setelah melihat ekspresi Dina saat ini. Dina menahan kertas yang ingin diambil darinya. "Baik, baiklah," balas Dina dengan wajah panik. "Ay
Bab 7 Dina mendehem. "Aku tidak tahu siapa papanya Miracle, Mas." Wahyu mencengkram buku tangannya erat-erat dan mencoba menahan emosinya. Masa lalu Dina ternyata begitu kelam hingga ia tidak tahu siapa ayah dari bayinya. Wahyu sangat kecewa saat Dina membawanya untuk bertemu dengan Miracle di sebuah panti asuhan! Wahyu benar-benar tidak habis pikir. Katanya Dina sangat menyayangi Miracle tapi kenapa dia tega membiarkan Miracle tinggal di sebuah panti asuhan! Walau bagaimana Miracle adalah putrinya! Seharusnya ia membawanya pulang dan merawatnya dengan penuh kasih sayang tapi sampai detik ini setiap kali ia menyarankan hal itu Dina selalu menolaknya dan tidak pernah meminta hal itu. Mungkin karena fokus Dina saat ini untuk meraih cita-citanya hingga ia rela menitipkan anaknya di panti asuhan, pikir Wahyu merasa sangat kecewa dengan kenyataan yang ada. "Mas?" tegur Dina karena melihat mas Wahyu melamun. "Kadang aku kasihan memikirkan masa depan Miracle, Mas tapi jangan khawatir a
Bab 8"Hah! Be-belum, Mas.""Kalau begitu biar Mas yang mengajarimu," kata Wahyu dengan wajah serius."Hah! itu ...""Apa kau tidak mau, Din?"Dina menelan air ludahnya dengan susah payah. Dia merasa penasaran juga ingin merasakan bagaimana yang namanya ciuman itu. Selama ini dia hanya melihat di televisi dan berusaha mencari tahu kenapa semua pasangan itu suka berciuman!"Din, bagaimana? Apa kau mau?" tanya Wahyu dengan suara parau.Dina teringat Lira dan kemudian menggeleng. "Sebaiknya jangan Mas, nanti kalau aku memerlukan latihan aku akan mencobanya dengan suamiku.""Din ..., apa kau lupa kalau Mas adalah suamimu?""Suami yang sesungguhnya, Mas.""Din, kita ...""Mas, kau tahu akhir dari pernikahan ini, bukan?""Tapi Din, kita bisa ..."Dina menggeleng. "Tidak Mas, kita tidak bisa." Dina menegaskan.Wahyu menahan Dina dan mencoba untuk memberitahu Dina isi hatinya namun Dina menarik tangannya dari genggamannya."Dina mandi dulu yah Mas, Dina pilih kamar yang ini saja. Nanti kita b
Bab 9Dina berteriak histeris saat tubuh mas Wahyu terpental beberapa meter dari jalan raya. Ia langsung bangun dan menghampiri mas Wahyu dengan wajah cemas!“Mas, bangun Mas, bangun!” teriak Dina sambil menangis penuh ketakutan.Saat ini wajah mas Wahyu berlumuran darah! Dina merasa takut kalau sampai mas Wahyu meninggal!Wahyu mengerti kesedihan Dina karena itu ia berusaha untuk bisa tersenyum dengan susah payah. Ia mencoba menenangkan Dina tapi yang keluar dari mulutnya justru muntahan darah segar. Dina berteriak memanggil mas Wahyu dengan tubuh gemetaran. Seharusnya aku yang terluka dan bukannya mas Wahyu! kata Dina merasa bersalah dalam hati seraya menangis pilu.Di sisa tenaganya Wahyu mengelus wajah Dina dan berucap, “Mas mencintaimu …” Ia merasa tenaganya menghilang dan pandangannya langsung gelap seketika.“Mas!”Wahyu tidak sadarkan diri dalam pelukan Dina.Dina memeluk tubuh mas Wahyu dengan berderai air mata hingga ambulance datang dan memberikan pertolongan kepada mas Wa
Bab 10Bab 10“Wahyu, apa kau tidak mengenali Dina? Dia ini istrimu, Nak.”Kepala Wahyu langsung merasa sakit saat mencoba mencerna kata-kata mamanya. “Ma, kepala Wahyu sakit!”Pratama langsung memanggil suster jaga.Dina merasa bingung melihat dan mendengar ucapan mas Wahyu. “Apa kau melupakan aku, Mas?”Wahyu menatap Dina dan tertegun lama. Ia merasa baru pertama kali ini mereka bertemu! “Maaf, aku tidak mengenalmu dan tolong jangan panggil saya dengan panggilan Mas. Panggilan itu kurang cocok …”“Wahyu! Dia itu Dina istrimu! Sudah seharusnya dia memanggilmu dengan panggilan Mas! Apa kau berharap istrimu memanggilmu dengan panggilan Om!” seru Maria memarahi Wahyu. Ia merasa kasihan melihat besan dan juga Dina yang tampak terpukul dengan hal ini.Setelah dilakukan pemeriksaan, Wahyu memang mengalami amnesia.Beberapa hari kemudian, mereka pulang dan menginap di kondo.“Aku mencintai Lira!”“Aku tahu!”“Kau tidak bisa memisahkan aku dari Lira!”“Sudah kukatakan aku tahu!” seru Dina de
Bab 11Dina berpikir cepat dan berucap. “Tentu karena Om yang mengejar cintaku!"Wahyu menatap Dina dengan penuh curiga."Kenapa? Apa nggak percaya?!” tantang Dina dengan berani. Aduh! keluh Dina dalam hati. Mulutmu itu Din! Kenapa tidak berpikir panjang sebelum menjawabnya, tambahnya lagi dalam hati.Kening Wahyu mengerut mendengar nama panggilannya berubah menjadi Om!? Dina pasti sedang marah besar padanya saat ini. Wahyu tidak tahu kebenarannya tapi itu mungkin saja itu yang terjadi karena secara logika tidak ada satu pun orang yang bisa memaksanya untuk menikah meski demi ibunya sendiri dan tega menghianati Lira.Dina terdiam saat melihat mas Wahyu tampak meragukan dirinya sendiri tapi di satu sisi, ia merasa lega karena mas Wahyu mempercayai omong kosongnya tapi di sisi lain merasa mual mendengar ucapannya sendiri. Jelas-jelas mas Wahyu hanya mencintai Liranya itu! Dina menggeleng mencoba untuk menenangkan dirinya lagi. Yang penting saat ini mereka bisa mempertahankan pernikah
Bab 12“Kita belum melakukannya.”“Kenapa?”Dina berpikir cepat merasa perlu memutar otak dan memberi jawaban yang bisa memuaskan mas Wahyu.“Aku masih trauma dan Mas Wahyu sudah berjanji tidak akan memaksaku!”“Trauma? Trauma tentang apa?”Dina cepat-cepat mengambil dompetnya dan menunjukkan foto Miracle kemudian memperlihatkannya kepada mas Wahyu. Semoga mas Wahyu percaya, semoga dia percaya! harap Dina dalam hati sambil komat kamit dalam hati. Toh dia hanya harus menahan diri selama beberapa hari saja, setelah itu mereka semua termasuk mas Wahyu akan pulang ke Indonesia, bukan? Dina, kau harus bertahan selama beberapa hari lagi! pekiknya mencoba untuk menampilkan wajah setenang mungkin. “Ini bayi siapa?” tanya Wahyu dengan kalut. “Dia adikmu?” Tidak mungkin bayinya, bukan? tapi tadi dia katakan …Dina menarik napas dalam-dalam kemudian menggeleng. “Dia bayiku, Mas,” jawab Dina dengan perasaan ketar ketir.“Ba-bayimu …!” seru Wahyu merasa gugup dan mulai mengecilkan suaranya. “Tap
Bab 46Sebuah panggilan telepon menghentikan percintaan mereka.“Mas harus mengangkatnya,” kata Dina dengan wajah memerah karena mas Wahyu tidak berhenti memanjakan tubuhnya.“Apakah harus?” erang Wahyu dengan wajah penuh keberatan. "Biarkan saja. Nanti juga berhenti sendiri. Ini sudah larut."“Mungkin saja panggilan itu penting,” sahut Dina mengingatkan sambil menjilati bibirnya yang kering karena menahan perasaan nikmat saat mas Wahyu menyentuhnya di bawah sana.“Kita berada dalam situasi yang lebih penting. Biarkan saja. Mas mohon berkonsentrasilah dan nikmati semua bonusmu ini.”Dina terkekeh dan membiarkan ma
Bab 45Dina menelan air ludahnya dengan susah payah saat wajah mas Wahyu semakin mendekat ke arahnya.“Din, sekarang tolong jawablah, apa Mas boleh bercinta denganmu?”Dina menatap mas Wahyu kemudian setelah berpikir lama, ia mengangguk secara perlahan. Tapi setelah semua ini terjadi hubungan kita akan bagaimana, Mas …? tanya Dina dalam hati saat mas Wahyu mencium bibirnya dengan lembut.Semua keraguan dan berbagai pertanyaan langsung menghilang dari benak Dina saat bibir Mas Wahyu menciumnya. Ia membiarkan dirinya terhanyut dan tanpa sadar mengerang. Dina menyadari hal itu dan langsung menutupi bibirnya. “Maaf!”Wahyu terkekeh dan menenangkan Dina. “Itu adalah reaksi n
Bab 44Dina menelan air ludahnya dengan susah payah saat wajah mas Wahyu semakin mendekat ke arahnya.“Din, sekarang tolong jawablah, apa Mas boleh bercinta denganmu?”Dina menatap mas Wahyu kemudian setelah berpikir lama, ia mengangguk secara perlahan. Setelah semua ini terjadi hubungan kita akan bagaimana, Mas …? tanya Dina dalam hati saat mas Wahyu mencium bibirnya dengan lembut.Semua keraguan dan berbagai pertanyaan langsung menghilang dari benak Dina saat bibir Mas Wahyu menciumnya. Tanpa sadar ia mengerang.“Apa kau menyukainya Din?”Dina mengangguk seraya memejamkan mata. Ia tidak mau berhenti membalas ciuman mas Wahyu.
Bab 43 Dina bingung karena saat ini mas Wahyu tidak memanggilnya lagi. Secara perlahan ia berbalik dan kaget saat mendapati mas Wahyu yang tengah menatapnya dengan lekat. “Mas …” ucapnya lirih sambil menelan air liurnya dengan susah payah. Wahyu bergerak cepat dan tidak menahan diri lagi. Ia mencium bibir Dina dan menarik tubuhnya dengan cepat ke arahnya. Dina kaget dan langsung menahan mas Wahyu lalu mencoba mengelak. Wahyu tahu meski Dina menolaknya tapi Dina juga menginginkannya karena itu ia tidak membiarkan Dina untuk mundur kali ini. Ia menarik tubuh Dina mendekat padanya dan menciumnya lagi tapi kali ini secara perlahan dan membujuk Dina dengan lembut. “Tolong buang keraguan dalam diri Mas, Din. Mas takut kehilanganmu. Sangat takut,” ucap Wahyu dengan jujur. Dina terdiam seraya mengamati ekspresi mas Wahyu yang telah meluluhkan hatinya. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia juga sangat menginginkan mas Wahyu tapi ia takut mas Wahyu hanya menjadikan dirinya seb
Bab 42Dina berpikir keras. “Aku tidak bisa menjawabnya sekarang Mas.”Wahyu merasa kecewa mendengar jawaban Dina. Ia merasa kalau Dina telah jatuh cinta dengan pria lain. “Apa kau jatuh cinta pada pria lain, Din?”“Mas, apa yang kau katakan?!”“Jawab Mas, Din!”Dina terdiam saat mas Wahyu mengiba padanya. Ia menggeleng. “Tidak. Selama ini aku hanya fokus dengan karirku …”“Bagaimana dengan Steven Stenly!?” tanyanya dengan perasaan gugup. Ia yakin kalau Dina memiliki perasaan lain terhadap Steven.“Kalau dia …”“Tuh ‘kan!”“Apa?”Wahyu berbalik berniat meninggalkan Dina.“Mas, jawab aku.”“Apa kau menyukainya lebih dari Mas?”Wajah Dina memerah mendengar pertanyaan mas Wahyu. “Apa sih Mas?!”“Jawab saja, Din. Kalau kau memang menyukainya, Mas rela mundur.”Lah, lah, lah kok malah begini?! seru Dina merasa kaget melihat mas Wahyu yang meninggalkannya. Ia menyusul mas Wahyu dengan cepat. “Mas bukan begitu …”“Tapi apa?” tanya Wahyu dengan cepat.Dina tidak menyangka mas Wahyu berbalik d
Bab 41“Pembohong!”“Mas tidak berbohong! Dari awal Mas melihatmu, Mas merasakan hal yang berbeda karena itulah Mas ingin menikah denganmu!”“Hah!”Wahyu menahan Dina dan membujuk Dina untuk menatapnya. “Beri Mas waktu untuk membuktikan segalanya, Din.”Setelah melihat ekspresi wajah mas Wahyu, Dina pun luluh. “Baik, silahkan buktikan.”“Kau berjanji akan menunggu Mas ‘kan?”“Tapi kalau hal itu benar, bagaimana?”“Kalau benar dan kau tidak keberatan, kita akan mengadopsi bayi itu.”
Bab 40 “Galaxy milik paman. Mas sekarang bekerja untuknya.” Dina mendesah sedih. “Hei, kenapa begitu?” “Karena aku Mas harus mencari pekerjaan lain.” Wahyu merasa bersalah dan berniat untuk berterus terang kepada Dina kalau Galaxy adalah perusahaan miliknya tapi ia takut Dina akan marah padanya nanti. “Galaxy bisa dibilang juga milik kita, Din …” “Milik Om berarti milik orang lain dan bukan milik kita.” Wahyu terdiam kemudian mengulas senyum di wajahnya. “Kau benar, Mas akan berjuang keras untuk menghidupimu.” “Tidak perlu sekeras itu Mas bagaimanapun aku juga memiliki penghasilan meski saat ini perhitungan agency lebih besar dari seharusnya.” “Kenapa begitu?” “Aku masih aktris magang, mereka memberi kesempatan. Beda hal setelah tiga tahun mendatang. perhitungan akan lebih menguntungkan kami.” Wahyu mengangguk-angguk seraya mengelus wajah Dina dan menciumnya. “Mas!” “Kenapa apa kau tidak suka kalau Mas menciummu?” “Bukan begitu tapi kita tidak perlu mengulangi alasannya
Bab 39 Dina merasa terkejut saat melihat seorang wanita mendorongnya hingga terjatuh. “Dasar pelakor! Aku akan menghajarmu hingga kau kapok!” seru seorang wanita sambil memukuli Dina bertubi-tubi. Manajer dan tim keamanan segera melerai dan menyelamatkan Dina dari wanita gila itu! Semua orang berkumpul untuk melihat apa yang telah terjadi. Lira bersama teman-temannya berusaha untuk mengumpat dan menjelek-jelekan Dina di depan umum. “Siapa kau!?” seru Dina merasa kesal dan emosi melihat perlakuan kasar yang dialami saat ini. “Aku, Lira tunangan kak Wahyu!” Dina terkejut dan mengerti kenapa Lira menyakitinya seperti ini. Ia merasa linglung seketika. Ia hanya bisa melihat Lira terus berusaha mendekatinya. Kini bukan hanya Lira dan teman-temannya yang berteriak menghujatnya tapi semua orang yang berkumpul kini ikut mencacinya. Tubuh Dina limbung dan tidak tahu apa yang mesti dilakukan! Di sana di kejauhan ia melihat mas Wahyu berlari ke arahnya dengan tatapan penuh kecemasan. “M
Bab 38“Mas, …” erang Dina membiarkan dirinya terhanyut dengan manisnya sentuhan dan belaian bibir mas Wahyu di bibir dan lehernya.“Yah, Din,” erang Wahyu tanpa menghentikan aksinya. Bibirnya terus menjelajah dan tidak membiarkan Dina mundur lagi. Ia tahu kalau Dina juga sama-sama menginginkan dirinya saat ini.“Ini …”“Nikmatilah, Din. Nikmatilah.”Dina tidak berdaya dan membiarkan mas Wahyu membaringkannya di karpet tebal di bagian depan perapian.Saat mas Wahyu menciumi kedua payudaranya, Dina menggeleng dengan api gairah yang menyala. “Jangan teruskan atau kita berdua akan menyesalinya, Mas.&rdq