Arunika membawa cahaya lagi, menyebarkan kehangatan dihari yang telah berganti. Tetesan embun masih bersemayam didedaunan, terdengar kicauan burung yang berterbangan di dahan-dahan pohon menyambut musim panas yang telah datang. Audrey duduk di sudut lemari tengah bersenyumbunyi, matanya tidak berhenti memandangi layar handpone dengan harap-harap cemas.Sudah dua kali dia mencoba menghubungi Jasmin, namun terlewatkan. Genggaman Audrey menguat pada handponenya begitu teleponnya yang ketiga akhinya mendapatkan jawaban.“Hallo,” sapa Jasmine terdengar dari sebrang. “Suster, saya Audrey.”“Audrey!” sambut Jasmine terdengar begitu senang. “ayah Anda sudah menantikan telepon ini sejak lama,” ceritanya memberitahu apa yang terjadi.Audrey meremas permukaan pakaiannya menyalurkan kegugupan, “Suster, bagaimana kondisi kesehatan ayah saya saat ini?”“Kanker ayah Anda telah memasuki stadium tiga, kondisinya semakin sulit untuk ditangani. Efek dari obat-obatan, beberapa hari terakhir, tuan Arman
Lima bulan kemudian..Musim panas telah berlalu, berganti menjadi musim gugur.Sejak hari itu, Dante tidak pernah kembali ke rumah, tidak ada kabar apapun tentangnya, pria itu menghilang bak ditelan bumi. Bodyguard yang berjaga telah bertambah lima, mereka semua tersebar disemua titik membuat Audrey tidak lagi bisa pergi kemanapun, mendekati pagarpun dia tidak bisa.Beberapa kali Salma sempat datang hanya sampai gerbang, memohon untuk bisa bertemu dengan Audrey, namun Salma tidak pernah bisa menembus masuk kedalam rumah.Saat Dante pergi lama, Audrey sempat berpikir bahwa kepergian Dante adalah sebuah keberkahan karena akhirnya dia bisa terbebas dari luka, ternyata dugaan Audrey salah.Semenjak Dante pergi, pelayan di rumah semakin semena-mena terhadapnya, apalagi ketika Dorothy pergi mengundurkan diri.Irina dan Megan mengabaikan Audrey selayaknya musuh.Setiap hari, Irina selalu memasak makanan yang sama, tidak peduli dengan nutrisi yang dibutuhkan Audrey, tidak peduli meski Audrey
Lalu lalang kendaraan memadati jalanan. Dante melanjutkan perjalanannya setelah melakukan penerbangan beberapa jam, pergi dengan kebohongan.Berbohong pada Serena bahwa dia melakukan perjalanan bisnis, pada kenyataannya Dante pergi ke ibukota untuk mengunjungi Aurelie Harper.Lima bulan sudah Dante pergi. Lima bulan juga, dia telah menghabiskan seluruh waktunya untuk berada disisi Serena dan merawatnya hingga isterinya kembali sembuh.Berbagai cara telah Dante lakukan, berusaha memupuk kembali rumah tangganya yang telah terporak-poranda oleh suatu peristiwa, mengembalikan hatinya yang telah terbagi.Lima bulan bukanlah waktu yang sebentar, Dante begitu yakin bahwa hatinya yang sempat goyah telah kembali ke jalannya, telah kembali menjadi milik isterinya seorang, Serena.Memalukannya, semua yang Dante lakukan ternyata tidak membuahkan hasil. Hubungan yang dia bangun dengan Aurelie Harper untuk balas dendam ternyata telah berubah haluan dan memiliki arti lain yang jauh lebih kuat dari a
“Tuan!” Megan berteriak melihat ibunya terjatuh ke lantai, "jangan sakiti Ibu saya!"Baru selesai Megan bicara, wanita itu justru berakhir sama seperti Irina. Tampa ragu Dante menamparnya sampai Megan jatuh duduk dilantai.Suasana diruangan itu berubah dingin diselimuti ketegangan. Audrey yang menyaksikan hanya bisa mundur dan berpegangan pada sisi meja agar tidak jatuh.Audrey sama sekali tidak mengerti dengan apa yang saat ini sedang terjadi sampai membuat Dante Arnaud begitu marah pada pelayan kepercayaannya.“Berani-beraninya kau mempermainkan kepercayaan yang telah aku berikan padamu,” geram Dante dengan tangan terkepal berusaha untuk tidak mengahajar kembali pelayan yang telah kurang ajar padanya.Irina tertunduk gemetar ketakutan, sambil menangis sesegukan dia berbicara, “Tuan, saya minta maaf, saya m”“Tutup mulutmu!” bentak Dante tidak sudi mendengarkan apapun alasan Irina.Dante sudah pernah berbaik hati memberikan Irina kesempatan kedua, dan kali ini tidak ada kesempatan ke
“Aku bisa membantumu kembali pulang ke negaramu jika kau ingin. Bukankah kau perlu balas dendam pada beberapa beberapa orang?” tawar perempuan itu terdengar misterius.Kepala Aurelie memiring seketika, sepasang mata zambrudnya bergerak tajam menatap lekat perempuan asing dihadapannya. Akal sehat Aurelie boleh saja terganggu, namun setiap perkara besar yang pernah terjadi dalam hidupnya tidak pernah lepas dalam ingatan.Aurelie masih ingat setiap daftar orang-orang yang begitu ingin dia adili, wajah mereka, dosa mereka dan kapan mereka melakukannya. Aurelie tidak akan pernah melupakannya.Tapi siapa perempuan dihadapannya ini? Mengapa dia tahu jika Aurelie sangat ingin balas dendam?Dalam satu langkah kecil Aurelie mendekat, mengikis sisa jarak yang ada. Aurelie mengusap bahu perempuan asing itu denga cengkraman. “Siapa yang mengirimmu kesini?” tanya Aurelie diantara suara keran air yang masih bercucuran.Perempuan itu tersenyum tenang, sedikitpun tidak terintimidasi oleh tatapan liar
Kepulan asap bergerak diudara, hujan yang turun deras terlihat dibalik jendela besar sebuah café.Jari-jari kurus pucat Arman gemetaran mengusap permukaan cangkir, mencari-cari kehangatan untuk kulitnya yang kebas.Arman tidak berhenti memandangi Jach yang kini tengah duduk dihadapannya. Pemuda itu terlihat begitu tenang tidak terbaca, dan Arman masih belum tahu, apa tujuan pemuda itu datang menemuinya seorang diri.Arman was-was, takut terjadi suatu hal buruk pada Audrey di ibukota sana.“Apa yang membawa Anda datang sampai sejauh ini? Apa ada sesuatu yang terjadi pada putri saya?” tanya Arman tidak kuasa menahan rasa penasarannya.Jach menyesap kopinya perlahan, pikirannya sedikit berkelana merancang kata-kata yang pantas untuk dia sampaikan agar Arman yang tengah sakit itu, tidak banyak membatin.Jach datang menemui Arman untuk memastikan keadaannya, namun apa yang Jach temukan ternyata jauh lebih buruk dari apa yang terdengar.Kondisi Arman sangat mengkhawatirkan, tubuhnya tinggal
Dante membuka pintu kamar dengan hati-hati, pandangannya langsung tertuju pada Audrey yang tengah berdiri di depan jendela, menyaksikan hujan deras yang sedang turun.Angin kencang masuk melalui celah kusen yang dibiarkan terbuka, mengibarkan gaun selutut yang Audrey pakai.Audrey tahu, Dante datang mendekat, namun Audrey enggan untuk melihat ataupun sekadar berbicara dengannya.Tidak ada yang perlu mereka bicarakan sekarang. Audrey sudah sangat lelah dengannya. Dante Arnaud telah berhasil memberikan penderitaan yang begitu sempurna untuknya, bahkan saat dia tidak ada disisi Audrey, pria itu masih bisa menyakitinya melalui pengabaian pada kandungannya.Seiring dengan janinnya yang tumbuh, setiap kali terbayang wajah Dante, selalu ada kesedihan yang menelusup kedalam dada seakan janinnya tahu, bahwa dia tidak mendapatkan sedikitpun kasih sayang dari ayahnya.Tidak dapat Audrey bayangkan, anaknya akan bernasib sama dengannya. Hidup dalam pengabaian.Beruntung saja, selama ini Audrey ma
“Bayi Anda berjenis kelamin laki-laki.”Jantung Dante berdebar kencang menyaksikan layar monitor yang kini menampilkan bayi dalam kandungan Audrey, menunjukan wajah mungilnya yang meringkuk, begitu mirip dengan kebiasaan Audrey setiap kali tertidur di sofa.Wajahnya yang mungil terlihat sempurna, kelopak matanya yang melengkung, ekspresi wajahnya yang tenang.Sudut bibir Dante tertahan, ingin dia tersenyum bahagia untuk merayakan, dilain sisi dia tahu keadaan bayi yang sedang Audrey kandung dalam keadaan lemah, begitupun dengan Audrey yang tidak sehat hingga membuat dokter meringis saat memeriksa kondisinya.“Janin yang sudah memasuki enam bulan harusnya sudah bisa merespon suara dan gerakan. Sering-seringlah menyentuh perut dan mendengarkan musik ataupun membaca buku, ini sangat baik untuk janin,” ucap dokter menasihati. “Lalu bagaimana dengan keadaan Aurelie?” tanya Dante.Dokter itu menatap Audrey dengan serius, sejak awal gadis itu masuk ke dalam ruangan, dokter itu menyadari bet
Malam begitu gelap dan pekat, hujan turun begitu deras, butirannya yang berjatuhan terlihat seperti ribuan cahaya kala tersorot lampu jalanan.Dante duduk sendirian didalam mobilnya sendirian, berkali-kali memukuli kemudi kesulitan untuk menggambarkan hatinya yang saat ini sedang hancur berkeping-keping.Ingin Dante berteriak sekencang mungkin, ingin dia menangis, dan ingin tertawa menertawakan segala kebodohan yang telah dilakukannya selama ini.Sakit yang begitu keras dia terima membuatnya linglung kehilangan akal.Dante sudah tidak mengerti lagi, apa yang kini harus dia lakukan, apa yang dia mau dan kemana arah tujuannya setelah dunianya hancur luluh lantah oleh pengkhianatan.Gemuruh suara petir terdengar menyambar dikegelapan. Dante keluar dari mobilnya dan membiarkan seluruh tubuhnya terbasahi oleh air hujan. Dante berjalan sendirian tanpa arah, membawa semua kebenaran yang masih sulit untuk dia terima bahwa ini semua memang nyata adanya.Tidak ada tempat untuknya pulang, tidak
“Dante!” teriak Serena menangis histeris memanggil Dante yang lebih memilih pergi membawa Raiden dibandingkan disampingnya, menjaganya dari Aurelie yang masih berada disisi ranjang dengan gerak-gerik yang menakutkan.Serena menutup lehernya yang kini mulai mengelurkan darah hingga bercucuran menodai pakaian, wanita itu tersedu-sedu menangis kesakitan menatap tajam Aurelie yang sedang mencari-cari sebotol minuman didalam tasnya.“Ini caramu balas dendam padaku Aurelie! Apa sekarang kau puas?” tangis Serena meratap, masih bisa bersikap seperti seorang korban yang telah terdzolimi. Tangan Aurelie berhenti bergerak, gadis perlahan mengangkat wajahnya dan membalas tatapan Serena.“Aku tidak akan pernah memaafkanmu Aurelie, jika Dante meninggalkanku gara-gara ulahmu! Akan aku buat kau membusuk dipenjara karena telah membunuh ibuku dan menyakitiku!”Pupil mata Aurelie melebar bersama senyuman cerahnya seakan menikmati ancaman Serena. Aurelie menjatuhkan tasnya segera di lantai, menyisakan
Telinga Dante berdenging, bersahutan dengan suara jantung yang bergemuruh kencang. Seluruh tubuhnya membeku kaku, yang tersisa hanya rasa sakit yang teramat kuat disetiap denyut nadinya mendengar sebuah pengakuan yang jauh lebih mengerikan dari apa yang selama ini Dante takutkan.Pengakuan yang begitu gila sampai membuatnya berpikir ini tidak mungkin!Serena isterinya, orang yang telah Dante bela mati-matian dengan berbagai cara ternyata adalah puncak penyebab semua masalah yang ada.Serena telah berkhianat dengan adik kandung Dante sendiri! Jadi, inilah alasan mengapa Raiden berusaha untuk membuat Aurelie tidak dipenjara? Dia takut Aurelie buka suara saat ingatannya kembali?Jadi, inilah alasan dulu Raiden sempat mereservasi restaurant untuk melamar Aurelie, namun semuanya gagal karena Serena tidak suka, lalu terjadilah pertengkaran antara Serena dan Aurelie.Jadi, inilah alasan Serena tidak pernah ngotot meminta Aurelie Harper dipenjarakan dan lebih memilih untuk memaafkannya seper
“Bagaimana keadaan isteri saya Dokter?” tanya Dante.“Beruntung bantuan datang dengan cepat dan segera menanganinya sehingga sampai merusak organ tubuhnya akibat overdosis. Meski begitu, saya sarankan Anda untuk lebih banyak memberi perhatian pada isteri Anda. Nyonya Serena memiliki riwayat korban kejahatan dan pernah keguguran hingga pengangkatan rahim, ini pasti situasi yang sangat berat untuknya, kemungkinan ada faktor psikologis yang membuat isteri Anda nekat meminum obat sebanyak itu,” jawab sang dokter dengan serangkaian penjelasannya.“Saya mengerti Dokter, terima kasih.”Dokter itu mengangguk dengan senyuman. “Kalau begitu saya permisi.”Pandangan Dante mengedar melihat penjuru arah. Sejak dia datang ke rumah sakit, Dante tidak melihat keberadaan keluarganya, terutama ibunya yang selama ini selalu begitu perhatian kepada Serena, kini hanya ada seorang pelayan yang duduk menunggu.Saat Serena masih koma, ibunya selalu datang setiap hari ke rumah sakit dan merawatnya, karena i
Kesibukan memadati ibukota, orang-orang berjalan kaki dengan cepat melintasi jalanan selagi lampu lalu lintas belum berganti. Diantara banyaknya orang yang sedang beraktivitas, terlihat Jach melewati lalu lalang keramaian, meninggalkan mobilnya yang terparkir di depan sebuah pertokoan.Jach pergi menghampiri Frederick yang tengah berdiri di dekat lampu jalanan, tidak jauh dari gedung kejaksaan tempatnya bekerja.Begitu dekat dalam jangkauan, Frederick langsung berjalan disamping Jach tanpa saling melihat. “Dokument yang kau berikan sudah naik, setelah terbukti melalui penyelidikan, kemungkinan nanti malam atau besok Daud akan segera ditangkap.”“Aku senang mendengarnya.” Jach menjawab tanpa ekspresi “Kau bisa menjamin jika semuanya akan berjalan bersih?”“Tentu saja. Kejahatan besar orang-orang kelas atas pasti akan berusaha ditutupi oleh pihak keluaga dan pihak berkepentingan lainnya demi mempertahankan citra dan kelangsungan bisnis mereka,” jawab Frederick dengan serius.“Kerja bagu
“Victor, hari ini Aurelie akan pergi ke kota Lapolez. Akan ada dokter yang datang memeriksa kesehatan dan kelayakannya melakukan penerbangan, selain itu akan ada seseorang yang datang untuk mengirimkan identitasnya Aurelie. Kabari aku setelah mereka datang, aku akan menyiapkan tiket dan hotel untuk kalian semua.”Victor yang telah mendengarkan baik-baik langsung mengangguk memahami tugas barunya. “Bagaimana dengan Anda Pak?”“Aku akan datang menyusul dari kota lain,” jawab Dante menggantung, tidak berapa lama dia kembali berbicara, “pastikan Aurelie dalam keadaan sehat, jangan lupa langsung memberiku kabar.”“Dimengerti Pak,” jawab Victor dengan satu anggukan.Dante menghela napasnya dengan berat, perlahan dia memutar tubuhnya dan melihat keberadaan Audrey yang kini tengah melihatnya dibalik jendela dengan wajah merah penuh kekhawatiran.Dante sedang terjebak dalam situasi yang cukup membimbangkan, sejujurnya dia masih khawatir dengan kesehatan Audrey yang sakit-sakitan dan bayinya ya
-Audrey kau kemana saja? Angkatlah teleponnya, ini sangat penting dan darurat- -Audrey teleponlah saat kau membaca pesan ini. Ayahmu sangat membutuhkabmu-Sebuah pesan singkat yang dikirim dua hari lalu muncul saat Audrey kembali menghidupkan handponenya.Audrey yang sempat khawatir dengan keadaan Arman selama beberapa hari terakkhir ini kian dibuat kalut.Beberapa kali Audrey mengatur napasnya mengumpulkan keberanian untuk segera melakukan panggilan pada Arman.Disetiap deringan yang tersambung, jantungnya berdebar kencang terjebak dalam kecemasan yang meningkat, bertanya-tanya apa yang sebenarnya telah terjadi pada Arman.“Ayah,” panggil Audrey begitu teleponnya terangkat.“Audrey ini paman Dom, bukan ayahmu,” jawab Dom.“kau kemana saja? Ayahmu kritis sejak beberapa hari lalu!” tegur Dom begitu emosional akhirnya bisa menyampaikan kabar Arman kepada putri yang selama ini telah lama dinantikan kepulangannya.Hati Audrey mencelos, kakinya mendadak lemas perlahan mundur dan bersandar
“Apa kau sudah mendapatkan informasi baru?” tanya Dante menyambut kedatangan Naoki yang telah dia tugaskan mencari informasi dalam waktu mendesak karena Dante enggan menunggu lebih lama.Naoki mengangguk, dia menyerahkan sebuah tablet dari dalam tasnya dan menunjukannya kepada Dante. “Raiden dan Salma tidak saling berkomunikasi setelah pengiriman uang satu juta dollar itu. Saya mendapatkan informasi bahwa Raiden membatalkan layanan reservasi restaurant setelah satu hari kejadian penikaman nyonya Serena.”Dante melihat tablet yang telah Naoki berikan kepadanya, menunjukan sebuah website restaurant yang tidak jauh dari keberadaan villa keluarga Arnud. Tertera didalamnya jika Raiden sempat melakukan layanan reservasi sebuah restaurant.“Apa tujuannya?” tany Dante lagi.“Seorang manajer disana mengatakan bahwa Raiden ingin melamar tunangannya. Dia juga sudah menyerahkan cincin yang tadinya direncanakan akan disimpan di makanan.”***Semenjak Dante menyerahkan kamarnya kepada Audrey, pria
“Daud izinkan aku masuk! Kita perlu bicara, aku mohon padamu!” teriak Salma didepan gerbang rumah, berharap bisa mendapatkan izin masuk ke dalam rumahnya sendiri yang kini tertutup rapat tidak menerima kehadirannya.Salma mengguncang gerbang itu sekuat tenaga, menangis penuh permohonan. Para pekerja yang menyaksikan hanya bisa diam meski iba, mereka harus patuh mengikuti aturan Daud.“Daud, aku tidak mungkin menemukan Aurelie tanpa bantuanmu! Izinkan aku masuk Daud!” teriak Salma sekali lagi, berharap Daud bisa mendengarkan permintaannya.Dengan putus asa Salma mengambil handponenya dan berkali-kali mencoba menelpon Daud yang mengabaikan.Salma tidak tahan hidup dalam kesulitan lagi, tanpa uang dia tidak mampu membayar siapapun untuk menemukan Aurelie yang kini masih belum diketahui keberadaannya dimana. Tanpa uang, Salma tidak bisa melakukan apapun untuk dirinya sendiri yang sudah belasan tahun sudah terbiasa hidup dalam kemewahan tanpa perlu bekerja.Teriakan Salma terdengar sampa