Matahari mulai bergerak turun menuju arah barat.Setelah naik turun bukit untuk membawa beberapa ember kacang dengan penuh perjuangan yang melelahkan, kini Audrey harus memecah satu persatu kacang.Dengan persiapan ala kadarnya, Audrey duduk di balai kayu sendirian. Memecah cangkang kacang macadamia yang keras dan memiliki dua lapisan itu dengan batu dari jalanan, sesekali Audrey terlihat berhenti dan meringis kesakitan kala jarinya tidak sengaja terpukul oleh batu.Audrey tidak mengeluh karena sadar dengan kondisinya. Audrey tahu, bahwa dia harus memiliki tekad yang lebih besar dari setiap rintangan yang dia lalui.Setiap kacang yang berhasil dipecahkan telah menghabiskan banyak waktu, bahkan ketika matahari mulai tenggelam, Audrey masih belum menyelesaikan pekerjaannya meski tubuhnya sudah sangat lelah, begitupun dengan otot tangannya yang keram kesakitan.***Suara tonggeret terdengar bersahutan dengan burung hantu yang bertengker didahan pohon. Arman menyusuri jalanan setapak dib
Dipagi buta, Audrey telah bangun lebih awal meski itu akhir pekan. Sementara Arman yang telah memecah kacang sampai larut malam tidak terlihat keberadaannya sekarang, meninggalkan sekantung besar kacang macadamia yang telah dikupas.Sudah terbiasa ditinggalkan, dengan mandirinya pergi menyalakan tungku dengan arang, mencuci beberapa kentang yang tersisa dan merebuskan seperti biasa untuk dijadikan sarapan.Saat mentari pagi mulai terlihat dibalik pepohonan, Audrey telah rapi dan bersih, bersiap pergi ke pasar untuk menjual kacang macadamia.Pintu rumah terbuka, Audrey yang tengah menikmati kentang rebusnya segera menengok, melihat Arman yang telah kembali entah darimana. Tangan Arman merongoh-rongoh saku jaketnya untuk mengambil dua lembar uang dan meletakannya di meja.“Belikan uang ini untuk pakaianmu pergi ke pesta. Hasil penjualan kacang harus kau tabungkan, nanti aku beri tambahan untuk biaya sekolahmu,” ucap Arman seraya melepas jaketnya dan pergi ke kursi rotan.Audrey menelan
Mendengar jawaban Roberto, senyuman cerah Audrey yang terpancar menghilang dalam sekejap.Diam-diam Audrey meremas pakaianya menyalurkan kegelisahan yang mengusik hati, menerima kenyataan yang tidak semudah dan tidak seindah apa yang dia pikirkan sejak kemarin.Ternyata sesulit ini menjalani kehidupan orang dewasa untuk bisa mendapatkan uang.Apa yang harus Audrey lakukan sekarang? Audrey tidak mungkin pulang membawa kembali kacangnya yang telah susah payah dia kumpulkan sejak kemarin hingga membuat Arman tidak tidur sampai larut malam.Audrey telah berjanji akan menjualnya, begitupun dengan ayahnya yang berharap Audrey untuk berhasil mendapatkan uang.Audrey tidak sanggup jika harus melihat wajah kecewa Arman, apalagi harus mendengar omelannya karena Audrey tidak becus menjual kacang.“Anu, Paman,” panggil Audre ragu-ragu. Roberto yang sempat melayani pelanggan melihatnya sekilas, menatap matanya yang bergetar dan tangan kecilnya yang ditempatkan didada. “Jika diizinkan, saya akan m
Audrey membuka matanya perlahan, pemandangan yang pertama dia saksikan setelah sadar adalah kehadiran seorang perawat yang tengah menanganinya keadaannya. Tubuh Audrey lemas dan tenggorokannya perih saat menelan saliva, padahal sebelumnya Audrey baik-baik saja.Apa yang telah terjadi?Pikiran Audrey mulai berkelana, mencoba mengingat apa yang sebenarnya telah terjadi hingga dia bisa terbaring di ranjang rumah sakit.Audrey ingat sekarang, dia mengalami reaksi alergi setelah makan malam bersama Dante lalu terjatuh pingsan.Karena Salma tidak memberitahu apapun tentang Aurelie Harper, Audrey sampai tidak tahu jika ternyata kembarannya sangat menyukai kacang macadamia.Jika dipikir-pikir, ternyata Audrey dan Aurelie tidak hanya memiliki nasib dan kepribadian yang berbeda, mereka juga memiliki makanan favorit yang saling bertolak belakang.Audrey sangat menyukai gandum, tapi Aurelie alergi pada gandum. Aurelie menyukai kacang macadamia, sementara Audrey alergi pada kacang itu.Mirisnya,
“Untuk pertama kalinya aku melihatmu bimbang untuk sesuatu yang sederhana. Kau tidak pernah mengalami hal seperti ini jika berurusan dengan pekerjaan, mungkin lain cerita jika ini tentang perempuan dan kau sedang jatuh cinta.”“Itu tidak mungkin," sangkal Jach."Kelemahan laki-laki adalah mudah berjanji, dan kelemahan perempuan mudah percaya."Jach terdiam seketika, tidak dapat menyangkal bahwa saat bersama Audrey dia menjadi sangat mudah berjanji hanya sekadar untuk melihatnya tersenyum. “Aku tidak akan ikut campur urusan pribadimu Jach, aku juga tidak akan pernah menghakimi setiap pilihanmu. Satu hal yang aku pinta, jangan lupakan kewajibanmu sebagai adikku, kau tetap harus segera kembali dan berhenti berkeliaran seperti ini, pekerjaan seperti ini bukan tempatmu.”Kata-kata yang terucap dari Mante terus terngiang dalam ingatan. Membuat Jach bertanya-tanya apa memang benar dia memiliki perasaan pada Audrey?Rasa simpati Jach semakin membesar ketika dia tahu kebenaran bahwa perempuan
Di sudut kota Melbourne, seorang pria muda terlihat duduk dengan wajah gelisah, tidak bosan dia terus melihat layar handpone, menantikan seseorang untuk datang menemuinya.Pria itu adalah Raiden Arnaud, adik kandung Dante sekaligus tunangan Aurelie Harper.Sudah satu bulan dia terkurung di Australia dengan berbagai pengawasan yang mengekang seluruh kebebasannya. Kemanapun dia pergi dan apapun yang dia lakukan, selalu ada orang yang mengikutinya, memastikan bahwa dia tidak akan bisa pulang tanpa izin kakaknya, Dante Arnaud.Raiden rela kehilangan kebebasan hidupnya, menentang keluarganya, menyakiti kakaknya demi membela seorang penjahat yang bernama Aurelie Harper.Bahkan ketika dia tahu jika saat ini Aurelie harus melahirkan anak untuk Dante. Raiden dengan tegasnya menganggap Aurelie sebagai pasangannya, menolak untuk membatalkan pertunagangan mereka yang telah berlangsung selama satu tahun.Raiden tetap mencintai Aurelie Harper tanpa peduli meski semua orang memakinya, mengatakan bah
Audrey menutup potret photo keluarga Aurelie Harper yang telah lama dia pandangi. Meski didalam potret photo terlihat seperti keluarga harmonis, Audrey tetap tidak dapat menghindar dari perasaan tidak nyaman menelusup masuk ke dalam dada. Andai bisa, Audrey ingin menolak bertemu dengan ayah tiri Aurelie Harper itu.Lagipula siapa yang mau bertemu dengannya?Kebijaksanaan yang telah dibuat Dante sama sekali tidak berguna!Jika harus berkata jujur, Audrey tidak mengenal Daud, mereka berdua tidak memiliki urusan apapun yang perlu dibicarakan. Audrey juga tidak sudi bila harus melihat wajah lelaki yang telah menghancurkan keluarganya.Sampai kapanpun, tidak akan pernah Audrey lupakan setiap dosa orang yang telah membuat hidup Audrey menderita.Beberapa kali Audrey mengatur napasnya untuk mendapatkan ketenangan. Saat ini Daud tidak tahu jika orang yang ditawan Dante Arnaud adalah Audrey, maka Audrey harus berpura-pura menjadi Aurelie Harper, putri tiri yang selama ini berada dalam pengasuh
“Argghht” Daud mengerang kesakitan, memegangi sisi kepalanya yang telah terpukul. “Kau.. apa yang sudah kau lakukan? Berani-beraninya kau memukulku!” geramnya dengan gigi saling mengetat, menatap tajam Audrey dengan penuh amarah.Dada Audrey bergerak naik turun bernapas tidak beraturan, tangannya gemetar hebat menggenggam erat sisa-sisa pecahan gelas yang membuat tangannya berdarah terluka.Sakit yang ada ditangan tidak ada bandingnyannya dengan hatinya yang kini telah terhunus begitu dalam. Amarah, terhina dan takut menjadi satu. Tidak pernah sedetikpun Audrey berpikir bahwa sesuatu yang tercela ini akan terjadi.Audrey tidak menyangka jika pria yang terbalut dalam pakaian mewah seperti orang terhormat itu memiliki prilaku yang sangat tercela.Jadi, apa ini yang terjadi selama ini pada Aurelie Harper? Aurelie dilecehkan oleh ayah tirinya sendiri!Daud, pria bajingan itu tidak hanya telah merusak rumah tangga Arman dan Salma, dia juga telah merusak Aurelie.Jika saja pertemua ini tid
Salma menepikan mobilnya dengan putus asa. Berhari-hari setelah melepaskan Aurelie pada orang asing, kini Salma telah kehilangan jejaknya.Kesana-kemari mencari namun tidak membuahkan hasil, Salma tidak tahu lagi bagaimana kabar Aurelie dan dimana dia sekarang berada.Keuangan Salma yang semakin menipis membuatnya semakin tidak berdaya, dia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang boros, tidak dapat membayar orang-orang untuk mencari keberadaan Aurelie.Wanita itu meratap sedih, memandangi rumah mewah yang telah ditempatinya dengan Daud kini hanya bisa dipandang dari balik pagar, karena Daud masih menolak untuk bertemu maupun berbicara dengannya selama Salma tidak bisamembawa Aurelie."Percuma melahirkan dua anak, keduanya sangat tidak berguna!" gerutu Salma terdengar kesal.Cahaya beberapa kendaraan terlihat mendekat, Salma yang hendak keluar berpikir bahwa itu Daud harus mengurungkan niatnya begitu sadar bahwa tiga kendaraan yang datang itu adalah mobil kepolisian.“Ada apa ini?
Aurelie dibawa pergi menuju lantai tiga, tempat dimana kini Arman sedang menjalani perawatannya yang semakin intensif.Melalui lift berdinding kaca, Aurelie dapa melihat setiap lantai yang dilaluinya, dan begitu pintu lift terbuka, langkahnya yang semula tanpa beban mendadak menjadi berubah.Suasana hati Aurelie terganggu, aroma khas obat-obatan yang berada disekelilinnya mengingatkan dia pada keadaan rumah sakit jiwa yang dulu pernah mengurungnya.Aroma obat-obatan membuatnya ingin sekali pergi mencari ruangan sunyi dan mengurung diri sendirian, dimana tidak ada satu orangpun yang datang mengganggu dan dia bebas dengan khayalan-khayalan liarnya yang mampu membuatnya tertawa, lepas dari berbagai kekecewaannya pada dunia yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.“Ikuti saya,” ajak pengawalnya mengajak Aurelie pergi melewati beberapa belokan menuju sebuah lorong panjang yang sunyi.“Audrey!” panggil Dom begitu melihat Aurelie, senyuman lega Dom berubah kaku setelah sadar bahwa Audrey yan
Dibawa oleh orang asing semalam hingga akhirnya terkurung di sebuah rumah. Aurelie langsung menghabiskan waktunya untuk tidur hingga pagi tanpa kewaspadaan apapun. Aurelie sudah terlalu sering singgah ditempat baru, bertemu orang-orang yang tidak dia kenal dan mendapatkan berbagai perlakuan dari yang terbaik hingga yang terburuk.Ini bukan hal baru untuknya, bahkan meski orang asing yang telah membawanya saat ini adalah orang jahat, Aurelie tidak merasakan ketakutan apapun karena orang tuanya sendiri lebih jahat dari orang jahat.Ketika Aurelie membuka matanya dipagi hari, sudah ada pakaian yang disediakan untuknya.Aurelie merangkak turun dari ranjangnnya, hal pertama yang dia lakukan setelah bangun adalah mencari-cari adalah rokok yang selalu terbiasa disediakan oleh seseorang untuknya.Bukan rokok biasa, itu adalah lintingan daun yang akan membuatnya tenang.Tidak kunjung menemukan apa yang dicari, ketenagan Aurelie perlahan berubah. Dalam keadaan berantakan Aurelie keluar dari k
“Kenapa? Ambilah,” tegur Sheryl karena Audrey tidak kunjung menerimanya.Audrey menggeleng malu, tidak berani mengambil barang orang lain sembarangan. Pernah sekali, saat Arman membersihkan atap rumah seseorang, seorang anak seusia Audrey memberikan sebuah boneka kepadanya karena Audrey menemaninya bermain.Namun saat Audrey dan Arman akan pulang, orang tua anak itu menuduh Audrey mencuri. Alhasil, untuk pertama kalinya Arman memukulinya dan berpikir bahwa Audrey memang telah mencuri.Setiap kali ada masalah, Arman tidak akan pernah ada dipihaknya, Audrey takut dia melakukan kesalahan yang sama dan akan mempermalukan Arman lagi.“Saya tidak punya uang Nyonya,” jawab Audrey dengan gelengan beratnya, meski hatinya begitu ingin namun tangannya tahu diri untuk tidak sembarangan menerima sesuatu yang tidak pantas untuk orang sepertinya.“Sebentar lagi natal, ini hadiah untuk ketekunanmu sekolah, tidak perlu membayar apapun. Ambilah, jangan takut,” jawab Sheryl meyakinkan.“Besok saya ula
FlashbackMusim dingin sedang belangsung. Biasanya, ketika badai salju turun, orang-orang akan beraktivitas lebih banyak didalam rumah. Pasar yang masih beroperasi menyediakan pelayanan pesan antar bahan makanan dan Arman menjadi salah satu orang yang bekerja mengantar bahan-bahan makanan itu ke rumah-rumah.Tidak ada waktu untuk Arman memikirkan hari libur, hari-harinya dia lalui dengan bekerja apapun, lalu minum-minum di bar sampai mabuk lalu pergi tidur.Saat Arman turun dari mobil menyelesaikan pekerjaannya, dilihatnya Audrey yang masih duduk disebuah dibangku, memeluk sekantung besar bahan-bahan makanan.Kilatan tidak bersahabat terlihat dimata Arman. Audrey sangat bebal, berkali-kali Arman selalu memintanya jangan datang ke pasar dan menunggu di rumah, seakan tidak peduli dengan perintah ayahnya, anak itu tetap datang dengan alasan takut didatangi oleh penagih hutang.Arman tidak suka, karena setiap kali Audrey mengekorinya didepan umum, orang-orang tidak pernah berhenti membica
“Kau benar, kau dan aku sama-sama bersalah. Karena itu, mari kita bercerai.”Mata Serena membulat sempurna, sebuah pernyataan cerai yang terucap dari mulut Dante bak petir yang menyambar disiang bolong, benar-benar membuat Serena sangat terkejut.Serena sama sekali tidak pernah menduga, dengan mudahnya Dante bisa menyatakan cerai hanya karena satu kesalahan yang telah diperbuat. Bukankah Dante mencintainya? Harusnya sebesar apapun masalah mereka, Dante masih bisa memaafkannya dan menerimanya kembali.Tapi mengapa, Dante langsung memutuskan untuk bercerai dibandingkan memberinya kesempatan kedua.Pupil mata Serena bergetar tidak kuasa menahan tangisan. Wanita masih tidak percaya, lelaki yang baru menikahinya tidak lebih dari dua tahun ini, kini dengan lantai meminta bercerai. “Cerai? Mudah sekali kau menyatakan cerai padaku Dante,” ucap Serena.Bahu Dante menegang kaku mendengar jawaban tidak terduga Serena yang begitu egois, tidak tahu diri, tidak tahu malu seakan kesalahan yang tela
Sopir yang dipanggil segera keluar, Aurelie yang semula duduk perlahan beranjak dengan sorot mata waspada dan napas memburu menahan gejolak amarah. Aurelie tahu apa yang akan terjadi setelah ini, dan dia sangat membencinya karena tidak bisa berlari pergi.“Bawa Aurelie, dia sedang sakit,” perintah Salma begitu sopirnya sudah datang menghampiri.“Ayo, Nona,” ajak sopir itu mengulurkan tangannya menawarkan bantuan.“Aku tidak mau,” geram Aurelie.“Anda harus pulang.” Sopir itu menarik tangan Aurelie dengan paksa dan tidak mempedulikan teriakannya yang menolak dibawa pergi.Karena takut menjadi perhatian pengendara lain, Salma akhirnya ikut menarik tangan Aurelie dan memaksanya pergi meninggalkan emperan halte.“Jika kau tidak menjadi anak yang penurut, kau akan dimasukan ke dalam bangsal rumah sakit jiwa lagi Aurelie,” peringat Salma mengancam.“Aku tidak mau!” teriak Aurelie mulai beringas, menggigit tangan Salma yang mencengkramnya.“Arrght!” ringis Salma menggunjing tangannya agar gi
Aurelie menjatuhkan tubuhnya di emperan halte bus, mendengar derasnya suara hujan yang membasahi bumi dan angin kencang yang membuat kulitnya meremang kedinginan. Hari ini Aurelie sudah tiga kali naik pesawat, tubuhnya yang mulai lelah berbanding balik dengan isi pikirannya yang masih bergejolak liar membutuhkan obat penenang.Suara helaan napas terdengar dari bibirnya, dengan mata terpejam dia kembali terbayang-bayang wajah Audrey yang baru pertama kali dilihat.Pertemuan singkat itu mengingatkan Aurelie kembali pada mimpinya masa kecilnya selama ini terus muncul disetiap tidurnya.Ada sebuah ketenangan aneh yang Aurelie rasakan saat menyentuh Audrey, begitu persis seperti obat yang meredakan dirinya dari gejolak kegilaan.Apakah mereka akan kembali bertemu? Apakah Aurelie juga akan bertemu dengan seseorang Audrey sebut 'ayah'.Aurelie membuka matanya lagi. “Aku punya ayah dan saudara,” ucapnya seperti sedang bertanya.Aurelie mulai menggigit kukunya dengan keras, tenggelam dalam ke
Malam begitu gelap dan pekat, hujan turun begitu deras, butirannya yang berjatuhan terlihat seperti ribuan cahaya kala tersorot lampu jalanan.Dante duduk sendirian didalam mobilnya sendirian, berkali-kali memukuli kemudi kesulitan untuk menggambarkan hatinya yang saat ini sedang hancur berkeping-keping.Ingin Dante berteriak sekencang mungkin, ingin dia menangis, dan ingin tertawa menertawakan segala kebodohan yang telah dilakukannya selama ini.Sakit yang begitu keras dia terima membuatnya linglung kehilangan akal.Dante sudah tidak mengerti lagi, apa yang kini harus dia lakukan, apa yang dia mau dan kemana arah tujuannya setelah dunianya hancur luluh lantah oleh pengkhianatan.Gemuruh suara petir terdengar menyambar dikegelapan. Dante keluar dari mobilnya dan membiarkan seluruh tubuhnya terbasahi oleh air hujan. Dante berjalan sendirian tanpa arah, membawa semua kebenaran yang masih sulit untuk dia terima bahwa ini semua memang nyata adanya.Tidak ada tempat untuknya pulang, tidak