Share

Bab 152

Penulis: Liazta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-15 22:30:48

"Abang tidak keberatan?" tanya Cahaya.

"Tidak sama sekali. Sekarang kamu sedang hamil tidak baik jika tinggal sendiri." Anto tersenyum.

"Terima kasih ya bang." Cahaya sungguh merasa tidak enak hati.

"Iya, Cinta sudah ditemukan." Anto Berkata sambil memandang Cahaya.

"Bang Anto tidak bohong?" Cahaya begitu sangat terkejut ketika mendengar perkataan pria itu.

"Tidak."

"Cinta sekarang di mana?" Cahaya sungguh sangat senang dan tidak sabar ingin bertemu dengan sahabatnya.

"Di rumah sakit."

"Apa Cinta sakit?" Cahaya tampak panik ketika mendengar jawaban dari Anto.

"Pendarahan ringan namun tetap di rawat," jelas Anto.

Cahaya bernafas lega setelah mendengar jawaban dari pria itu.

"Apa mau menjenguk Cinta?" Anto tahu bahwa Cahaya begitu sangat merindukan sahabatnya.

"Iya, mau," jawab Cahaya dengan tersebut.

"Besok kita ke rumah sakit. Apa kamu sudah memeriksakan kandungan?" Anto memandang perut Cahaya yang masih rata.

"Belum, kemarin cuman periksa pakai alas tes kehamilan belum ad
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 153

    Setelah menyapu pekarangan rutan barulah Karin beristirahat dan masuk ke dalam kamar tahanan. Jika di dalam kamar seperti ini, dia hanya berbaring, duduk dan termenung. Tidak tahu kapan langit gelap. Yang dia tahu jika sudah pagi, maka dia akan menjalani rutinitas seperti napi lain. Sarapan langsung di antar ke dalam kamar. Makan nasi yang jauh dari kata enak. Nasi terlalu lembek, disiram sayur dan kuah dan ditambah sepotong tahun atau tempe. Apakah makan seperti ini layak untuk wanita yang sedang hamil? Jawabnya tentu tidak. Bahkan dia tidak tahu seperti apa kondisi calon anaknya. "Usia kandungannya sudah 4 bulan, namun dia belum juga memerintahkan kandungnya ke dokter. Terkadang Karin bermimpi untuk keluar sejenak agar bisa memeriksakan kondisi kandungannya. Dia ingin melihat apakah anaknya sehat? Ya hanya sesederhana itu yang dia inginkan namun, semua itu terasa begitu sulit untuk seorang narapidana dengan kasus berat seperti dirinya. Karin merebahkan tubuhnya di atas lantai

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16
  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 154

    Karin hanya diam ketika mendengar ucapan temannya itu. Ada rasa malu dan bersalah di hatinya. Namun ego yang begitu tinggi, membuatnya enggan untuk meminta maaf. "Bagaimana dengan kandunganmu?" tanya Berliana. "Baik," jawab Karin. Antara senang ataupun malu kini semuanya seakan bercampur menjadi satu. Ketika Berliana tersandung masalah, dialah orang pertama yang menjauhinya. Bahkan dialah orang yang menjadi provokator dan memberikan pandangan-pandangan negatif terhadap temannya itu di media sosial dan berita gosip."Syukurlah kalau begitu, aku membawa kamu pakaian. Vitamin untuk kecerdasan otak janin, vitamin khusus ibu Hamill. Ini perlengkapan make up dan perlengkapan mandi. Aku yakin kamu pasti tetap ingin terlihat cantik. Semuanya sudah diperiksa di depan dan kamu diperbolehkan untuk membawanya ke dalam kamar." Berlima tersenyum sambil menunjukkan barang-barang yang dia bawa. Karin terdiam mendengar perkataan sahabatnya itu. Dia sungguh sangat malu dan bahkan sekarang dia sepe

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18
  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 155

    "Sayang, apa pengen sesuatu? Rafasya tersenyum dan duduk di tepi tempat tidur istrinya. Sejak tadi Kamar ini tidak ada sepinya. Hingga Rafasya tidak bisa berduaan dengan sang istri. Bukannya tidak senang ketika banyak yang datang mengunjungi istrinya. Namun pria itu masih sangat merindukan Cinta dan ingin berdua saja. "Nggak ada." Cinta memandang ke arah yang berbeda. Jantungnya berdegup dengan sangat cepat ketika menatap wajah tampan suaminya. Meskipun tubuh Rafasya jauh lebih kurus dari sebelumnya, tetap saja pria itu sangat tampan dimatanya."Beneran nggak ada?" Rafasya masih terus menatap wajah istrinya tanpa berkedip. "Iya."Cinta memejamkan matanya. "Ngantuk ya?" Rafasya mengusap kepala Cinta. Namun tatapan matanya tertuju ke bibir kecil istrinya itu. Jangan tanya Seperti apa Rindunya. Rafasya sudah tidak sabar untuk mengecup bibir istrinya. Apalagi kesalahpahaman di antara mereka sudah diluruskan. Meskipun Cinta masih menggantung jawabannya. Bagi Rafasya itu tidak masalah

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18
  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 156

    "Cinta malu." Wajah Cinta Sudah merah seperti tomat masak. Wanita itu pun memilih untuk memandang ke lain arah."Nggak usah malu sayang, abang ini suami, ayah dari calon anak kita." Rafasya mengeluarkan rayuan mautnya."Tetap aja Cinta malu." Cinta hanya satu kali melakukan penyatuan dengan sang suami. Itu pun berakhir dengan rasa yang begitu sangat sakit. Hingga membuat dirinya merasa takut untuk memulai kembali."Nggak usah malu, boleh ya." Rafasya sudah tidak mau lagi berdebat. Kali ini pria itu langsung membuka kancing baju sang istri. Cinta ingin menolak namun pria itu justru malah mencium bibirnya. Dan hal itu mampu membuat sang istri terdiam seperti patungRafasya benar-benar melepaskan kerinduannya. Dia mencium bibir istrinya dengan penuh rasa cinta dan juga gelora yang bergejolak. Sehingga membuat pria itu seperti orang yang sedang sedang kelaparan, hingga membuat sang istri kewalahan. Setelah cukup lama menikmati bibir istrinya, pria itu melepaskannya. Cinta menghirup oks

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-19
  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 157

    "Gimana kabar kamu?" Cahaya memandang Cinta dengan tersenyum. Selama Cinta menghilang, Cahaya selalu merasa takut dan cemas. Dia begitu sangat kehilangan sahabat tempat dia berbagai cerita dan tertawa bersama. "Baik kata dokter, besok sudah bisa pulang. Tapi ya nggak boleh melakukan rutinitas apapun harus istirahat total," jelas Cinta. "Abang duduk di sofa ya, ada yang mau dibahas dengan Anto." Rafasya tersenyum dan mengusap kepala istrinya. Rafasya tahu bahwa Cinta sangat merindukan sahabatnya. Karena itu dia tidak ingin mengganggu obrolan kedua wanita itu. "Iya," jawab Cinta dengan tersenyum. Saat ini dia sudah diperbolehkan duduk. Namun tidak boleh banyak bergerak. "Kamu harus nurut, jangan membantah apa kata dokter. Ingat calon ponakan harus dijaga dengan baik." Cahaya tersenyum dan mengusap perut sahabatnya. Melihat sahabatnya bahagia, Cahaya juga ikut bahagia. Meskipun ada rasa iri ketika melihat Cinta yang begitu di sayang oleh suami dan mertuanya. Berbeda dengan Cahaya

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-20
  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 158

    Bukan Rafasya saja yang minta izin kepada Cinta, Anto juga melakukan hal yang sama terhadap Cahaya. Hanya saja mereka tidak saling bercumbu mesra.Cinta memandang Rafasya dan juga Anto yang sudah keluar dari kamar rawatnya."Aku lihat Mas Anto itu suka sama kamu. "Cinta memandang Cahaya dengan tersenyum. Sebagai seorang sahabat, Cinta tidak ingin melihat Cahaya terpuruk karena dijadikan mainan oleh seorang desain terkenal Arlan lukas. Cahaya diam sambil menundukkan kepalanya. Jika tidak ada janin yang hidup dan tumbuh di rahimnya, dia akan membuka hati untuk pria itu. Namun kenyataannya justru berbeda, Cahaya hanya seorang wanita rusak dan juga hina. Wanita yang hamil diluar nikah. Yang lebih menyedihkan lagi, pria yang menghamilinya tidak bisa dijumpai dengan mudah. Bahkan Cahaya tidak tahu cara untuk memberi tahu pria itu tentang kehamilannya. Dia juga tidak tahu harus mencari Arlan ke mana. Bukannya Cahaya tidak ingin memperjuangkan hak calon anaknya. Bukannya cahaya tidak in

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21
  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 159

    Cahaya merasa lega setelah menceritakan semuanya kepada Cinta. Dia tidak menyangka bahwa Cinta akan memberikannya uang yang cukup banyak. Yang mana uang itu akan dipakai untuk membayar kontrak apartemen dan juga biaya hidupnya. Nanti ketika sudah berada di apartemen, Cahaya akan memberitahukan hal ini kepada Anto dan berharap pria itu mau mengizinkannya untuk tinggal di apartemen sendiri."Mas sudah daftarin?" Cahaya bertanya karena mereka langsung ke ruang praketk dokter. Bukan mendaftar ke resepsionis terlebih dahulu."Iya sudah, mas serius dengan yang," jawab Anto dengan tersenyum tulus.Lagi-lagi Anto mengungkapkan niat baiknya. Dia memang bersungguh-sungguh untuk menikahi Cahaya dan menerima anak yang dikandung Cahaya sebagai anaknya sendiri. "Mas, Terima kasih ya." Cahaya tersenyum memandang Anto. "Apa yang mas katakan?" "Mas mau jadi suami dan ayah untuk anak kamu." Anto mengusap kepala Cahaya. Cahaya diam dan merasakan jantungnya yang berdegup dengan cepat. "Sus, Saya sud

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 160

    Cahaya diam karena belum bisa memberikan jawaban yang pasti."Jawab aja," desak Anto. "Aku takut jika nanti mas kecewa setelah menikah denganku. Mas sendiri tahu seperti apa Kondisi aku yang sesungguhnya," kata Cahaya. Cahaya tidak mengerti dengan pria itu. Apa Anto mencintainya atau hanya merasakan kasihan saja. "Semua orang pernah melakukan kesalahan. Namun semua orang berhak untuk memperbaiki dirinya ke arah yang lebih baik. Jika ada yang mengatakan bulan itu sangat jauh itu salah. Karena nyatanya waktu yang telah berlalu lah yang paling jauh. Setinggi apapun ilmu yang dimiliki oleh para ilmuwan, tidak akan mampu untuk kembali ke masa lalu." Anto berkata sambil memandang Cahaya. "Jadi karena itu, tidak usah memandang ke belakang. Kita hadapi semua yang terjadi saat ini. Biarkan kenangan masa lalu menjadi pelajaran untuk masa yang akan datang." Cahaya terdiam ketika mendengar perkataan dari Anto. "Mas tanya serius, kamu mau menikah sama Mas atau tidak?" Anto tidak akan bisa la

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-23

Bab terbaru

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 172

    Rafasya harus menahan rasa sakit di kulit kepalanya, karena Cinta yang terus-menerus menarik rambutnya. Jika tahu kondisinya akan seperti ini dia pasti akan memotong rambutnya hingga 2 cm sebelum Cinta melakukan persalinan. "Mama sakit banget mah." Cinta kembali menangis dan dia pun menarik rambut suaminya dengan keras. "Iya nak tahanan ya." Sari kembali menguatkan menantunya."Anto cepat." Rafasya berkata dengan keras ketika istrinya kembali menarik rambutnya dengan kuat. "Iya Bos, ini jalanan macet," kata Anto. "Kenapa harus pilih jalan yang ini," kata Erik yang menyalahkan sopir sekaligus Bodyguard putranya itu. "Hanya satu jalan menuju ke rumah sakit Pak," jawab Anto gugup. Meskipun yang akan melahirkan istri dari bosnya namun Anto juga merasa panik dan gugup. Apalagi mendengar suara Cinta yang terus saja menangis karena kesakitan. Dia tidak bisa membayangkan ketika Nanti istrinya ada mengalami hal seperti ini.Jika dalam kondisi panik seperti ini semua orang pasti tidak akan

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 171

    Cahaya dan juga Cinta sedang bersantai di taman belakang.Sejak pagi Cahaya sudah di rumah Cinta. Istri Anto itu pun akan pulang ketika suaminya sudah kembali bekerja."Lihat, ini cantik kan?" Cinta begitu bersemangat ketika menunjukkan gambar desain Baby Doll untuk bayi perempuannya. "Cantik sekali, lihat ini keren gak?" Cahaya dengan bangganya menunjukkan sweater untuk bayi laki-laki. "Keren, buatin untuk calon baby Aku juga ya," kata Cinta yang begitu sangat senang. "Siap, sebelum kamu minta aku sudah minta tukang jahit untuk membuat dua. Satu berwarna biru pekat dan satu lagi berwarna pink." "Pasti lucu ketika mereka memakai baju couple. "Kita bakal buat mereka foto bareng ya." Cahaya tersenyum dan tidak sabar menunggu kelahiran putranya.Sepertinya apa yang didoakan oleh suaminya memang terkabulkan. Karena Cahaya mengandung anak laki-laki. Kedua Wanita itu sudah berniat untuk membuka baby shop setelah mereka melahirkan nanti. Bahkan semua koleksi baju-baju bayi untuk calon

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 170

    Rafasya berkunjung ke Rumah Sakit Bhayangkara tempat di mana anak Karin dirawat. Disini dia bertemu dengan wanita yang mengadopsi anak Karin. "Apa kamu yang akan mengadopsi anak dari almarhumah Karin?" tanya Rafasya "Iya mas, saya Mayra yang akan merawatnya dan ini sesuai dengan amanah dari almarhumah sebelum beliau meninggal," kata berliana dengan suara yang sehalus mungkin. Dia juga mengganti logat bahasanya agar tidak ada yang curiga dengan jati dirinya."Sejak kapan kenal dengan Karin?" Tanya Rafasya. Sekian lama menjadi kekasih karin, Rafasya sangat tahu siapa-siapa saja teman dari mantannya itu. "Sejak Mbak Karin tersandung kasus di tahanan, dan saya yang ngambil job pekerjaannya sebagai Artis. Awal berjumpa mbak Karin ketika saya bekerja di restoran. Mungkin mas Rafasya tahu tentang video viral itu. Saya tidak enak hati karena mengambil pekerjaan almarhumah, jadi karena itu saya datang ke tahan." Mayra berbicara dengan menundukkan kepalanya."Mbak Karin merupakan orang yang

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 169

    Cinta berjalan sambil memegang tangan suaminya dengan mesra. Kini mereka sudah berada di taman dan melakukan jalan paginya."Abang, Cinta takut." Cinta memandang Rafasya. "Takut kenapa?" tanya Rafasya. "Takut melahirkan." Rafasya diam ketika mendengar jawaban istrinya. Jujur saja dia juga begitu sangat takut ketika mendengar kabar bahwa Karin meninggal karena pendarahan."Adek jangan takut, Abang bakalan terus ada jagain adek. Adek pasti bisa, adek pasti kuat." Rafasya mencoba untuk menenangkan istrinya. "Janji ya." Cinta memandang Rafasya. "Iya sayang." Rafasya memeluk istrinya dan kemudian mencium keningnya.Sedangkan Sari dan Erik memilih duduk di kursi taman sambil mengambil video anak dan menantunya. Setelah mengambil rekaman video anak serta menantunya, Sari membuka Instagram miliknya. Dan di sana banyak muncul berita tentang kematian Karin. Hal ini yang membuat wanita itu terkejut."Pah, apa berita ini Benar?" tanya Sari sambil menunjukkan berita yang sedang dibacanya."C

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 168

    Rafasya terdiam saat menerima telepon dari pengacaranya. "Pak Efendi yakin?" Tanya Rafasya untuk memastikan bahwa informasi ini tidak salah. "Yakin pak, karena pihak polisi langsung yang menginformasikan berita ini kepada saya," jawab pengacara Effendi. "Jam berapa meninggalnya?" Rafasya masih tidak percaya dengan apa yang dia denger. "Jam 2 dini hari, saudari Karin meninggal setelah melahirkan anaknya. Almarhumah mengalami pendarahan dan menyebabkan harus menjalani operasi jam 9 malam." Pengacara Effendi menjelaskan secara detail. "Urus semuanya, setahu saya almarhumah tidak memiliki keluarga di sini. Karena itu antarakan jenazah ke kampung halamannya. Informasikan juga kabar duka ini kepada kedua orang tuanya."Meskipun Karin sudah melakukan kesalahan yang fatal, namun Rafasya tetap perduli dan mau mengurus jenazah mantan kekasihnya itu. "Kedua orang tuanya meninggal kecelakaan lalu lintas jam 09.00 pagi. Dan saat ini jenazahnya masih ada di rumah sakit, karena tidak ada piha

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 167

    Berliana merasakan kakinya lemas setelah mendengar jawaban dari dokter. Dia kemudian kembali duduk di depan ruang persalinan tersebut. Melihat bayi di dalam box didorong keluarga. Berliana langsung berdiri. "Mau dibawa ke mana sus?" Tanya Berliana yang mengikuti perawat tersebut."Mau dipindahkan ruang Icu," jawab perawat. "Oh, saya boleh ikut sus?" Tanya Berliana sambil memandang ke dalam box bayi. "Boleh, hanya saja tidak boleh masuk ke dalam ruang icu," jawabnya. "Iya sus, bayinya perempuan atau laki-laki sus?" Berliana ikut mengantarkan bayi malang itu hingga ke depan ruangannya. "Laki-laki," jawab suster yang kemudian membuka pintu ruang ICU. Berliana memandang perawat itu masuk ke ruang ICU dan kemudian menutup pintu. Berliana berusaha mengintip ke dalam lewat kaca transparan berukuran kecil. Setelah bayi itu masuk ke dalam ruangan, Berliana pergi meninggalkan ruang Icu tersebut. Berliana kembali lagi ke ruang operasi. Dia duduk di kursi tunggu.Berliana dengan sangat sab

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 166

    Menjalani kehamilan di dalam tahanan seperti ini terasa begitu sangat berat. Di saat para wanita yang sedang hamil menikmati momen berharga bersama dengan suaminya, dan merasakan perhatian serta kasih sayang dari seluruh keluarganya. Namun tidak untuk Karin. Dia melewati semua masa ini seorang diri. Di dalam tahanan ini waktu begitu lambat berlalu. Bersyukur dia memiliki seorang sahabat yang bernama Berliana. Sahabatnya itulah yang setiap saat selalu mengunjunginya dan memberikan dia berbagai macam vitamin serta susu untuk ibu hamil. Sejak tadi Karin merasa gelisah. Seharusnya kedua orangtuanya sudah datang siang ini. Namun mengapa sampai sore, kedua orangtuanya belum datang juga. Apa mereka tidak jadi berangkat hari ini? "Karin ada telepon untuk kamu." Sipir wanita itu berkata setelah membukakan pintu besi tersebut.Karin dengan cepat beranjak dari duduknya. Saat ini perutnya sudah besar. Karena usia kehamilannya yang sudah memasuki bulan ke-7.Karin berjalan dengan pelan mengik

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 165

    Cahaya tidak bisa menolak paksaan dari suaminya. Dan wanita itu akhirnya memilih untuk menurut. Dan kini pasangan pengantin baru itu sedang berdiri di bawah cucuran air shower. Namun ternyata kamar mandi Bukan tempat yang menyenangkan untuk pasangan yang baru Sah menikah tersebut. Anto kembali menggendong tubuh istrinya dan membawanya ke kamar."Kenapa sudah keluar Mas? Kita belum selesai mandi," Kata Cahaya. Wanita berwajah manis itu sedang berusaha mengatur napasnya yang sejak tadi sudah dibuat ngos-ngosan oleh sang suami."Nanti mandinya kita lanjut lagi. Sayang, Mas pengen lihat anak kita." Anto tersenyum dan kemudian mencium bibir istrinya."Tapi Aya lagi hamil, apa boleh mas?" tanya Cahaya. Melihat benda keramat sang suami, membuat bulu kutuk Cahaya merinding. "Boleh sayang yang penting mainnya jangan keras. Mas bakal pelan-pelan," jawab Anto. Pasangan pengantin baru itu sudah sama-sama polos sejak dari kamar mandi tadi. Cahaya tidak menyangka bahwa suaminya seagresif ini. Pa

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 164

    "Sayang, bagaimana kondisi anak hari ini?" Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya. Rafasya sangat cemas ketika Cinta memaksa untuk datang ke acara ijab Kabul Cahaya. Dia takut jika hal buruk terjadi terhadap istri dan calon anaknya."Baik, sangat baik." jawab Cinta. Karena hari ini Cinta tidak merasakan perut yang sakit atau kram. Bahkan gerak bayinya terasa semakin kuat."Anak gadis daddy pintar sekali." Rafasya tersenyum dan mengusap perut istrinya."Sayang Abang rindu." Rafasya berkata dengan wajah serius. "Sudah sedekat ini masih bilang rindu?" Cinta memandang Rafasya dengan sedikit memicingkan matanya. Rasanya sungguh sangat aneh ketika mendengar ucapan dari suaminya itu. Padahal mereka sangat dekat tanpa ada jarak yang memisahkan. Karena Rafasya yang sedang memeluk tubuhnya dengan erat. "Rindu sama ini Dek." Rafasya menyentuh bagian yang dia maksud. Dia sudah sangat menginginkan apam legit yang menggiurkan. Selama di rumah sakit, Rafasya selalu mengurus semua kebutu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status