Nerissa langsung berbalik untuk meninggalkan Naven. Tak mau tidur satu kamar bersama Naven.Naven dengan santainya justru langsung merebahkan tubuh. Tempat tidur sekarang jauh lebih luas. Jadi tentu saja membuatnya lebih nyaman.Nerissa segera membuka pintu. Sebelum membukanya sempurna, dia sempat menoleh ke belakang untyk melihat Naven. Alangkah terkejutnya melihat Naven yang justru menguasai semua tempat tidur. Seolah senang dengan kepergian.‘Dasar egois.’Tak mau melihat Naven, Nerissa segera keluar. Tempat yang dituju adalah tempat Ana. Dengan percaya diri, Nerissa membuka pintu kamar Ana dengan perlahan.Sayangnya, pintu kamar tertutup. Tentu saja itu membuat Nerissa terkejut. Tidak biasa-biasanya Ana mengunci pintunya.Sejenak Nerissa memikirkan jika Ana pasti sudah tidur dan tidak mau diganggu. Karena itu dia mengunci pintu kamar.Di saat seperti ini, Nerissa benar-benar bingung. Dia tidak tahu harus bagaimana. Jika kembali ke kamar, artinya dia harus tidur di ranjang bersama
Nerissa yang sedang tidur nyenyak merasakan sebuah tangan yang memeluknya, tapi karena dia begitu mengantuk, alhasil dia membiarkan. Makin lama pelukan itu makin erat. Tangan kokoh itu memeluk tepat di dua gundukan kenyal miliknya. Tentu saja itu membuatnya begitu terkejut. Buru-buru Nerissa membuka mata. Dilihatnya ada tangan pria yang sedang memegangi gundukan kenyal miliknya. Jelas itu adalah tangan Naven. Telapak tangan yang menempel pas membuat seluruh gundukan kenyal miliknya itu masuk ke dalam tangan. Lebih membuat Nerissa terkejut. Bagaimana bisa tangan menyusup lewat bawah tubuhnya dan dia tidak merasakan apa-apa. Alhasil dua tangan Naven pas memegang dua gundukan kenyal miliknya. Ini adalah kali pertama pria memegang area tubuhnya. Jadi tentu saja itu membuatnya takut sekali. Dengan segera, Nerissa menyingkirkan tangan itu. Dengan gerakan cepat pula, dia mendorong tubuh Naven undur. “Aaaacchhh .....”Namun, alangkah terkejutnya Nerissa ketika memegangi sesuatu yang t
“Memang kenapa, Pak?” Kiki menatap Naven dari pantulan kaca yang ada di atas dasbor. Ingin tahu ada angin apa pagi-pagi atasanya itu membahas kerang itu.“Tadi Nerissa teriak karena memegang itu. Makanya aku ingin tahu.” Dengan polosnya Naven bercerita. Dia masih bingung dengan sikap sang istri yang pagi-pagi aneh sekali. Bagaimana bisa membicarakan kerang saat di kamar.Kiki menahan tawanya ketika dengan polosnya atasannya itu bercerita. Kadang Kiki merasa atasannya terlalu sibuk dengan pekerjaan, sampai tidak tahu beberapa hal.“Sebaiknya Pak Naven nanti cari saja di internet agar lebih jelasnya.” Naven hanya melirik malas pada Kiki. Bisa-bisanya asistennya itu tidak mau memberitahu. Mobil akhirnya sampai di lobi. Mereka semua turun dan meminta petugas parkir untuk memarkirkan mobil mereka. Nerissa berjalan sedikit menjauh dari suaminya. Berjalan buru-buru lebih dulu agar tidak berjalan bersama Naven. Bayangan apa yang dipegangnya tadi masih menghiasi kepalanya. “Kamu masih mara
“Seingat saya tadi sebelum pergi ditutup, Pak.” Kiki juga merasa jika pintu tadi sudah ditutup saat pergi.Naven merasa bingung kenapa pintu ruangannya terbuka, padahal dia sudah menutup pintu sebelum pergi. Dia merasa ada yang masuk ke ruangannya saat dirinya tidak ada.“Apa saya perlu panggilkan petugas keamanan, Pak?” tanya Kiki memastikan.“Tidak perlu. Kita lihat dulu saja.” Naven merasa harus mengecek lebih dulu sebelum memanggil petugas keamanan.Naven segera masuk ke ruangan. Dia melihat ke sekitar. Memastikan ruangannya. Memastikan apakah ada orang di dalam ruangannya.Saat masuk, Naven tidak mendapati apa-apa di dalam ruangannya. Ruangan juga tampak rapi sekali. Tak terlihat ada orang yang masuk untuk merusak apa pun.“Sepertinya tidak ada yang masuk, Pak.” Kiki merasa semua masih tampak seperti semua.Naven juga merasa jika ruangannya tampak rapi. Tidak terlihat sama sekali berantakan. Jadi artinya tidak ada orang yang masuk.“Iya, sepertinya memang tidak ada yang masuk.” N
Langkah Nerissa terhenti ketika mendengar suara tidak asing. Padahal tadi dia sudah memastikan jika tidak ada orang tadi. Namun, tiba-tiba sekali ada suara.Tanpa harus menoleh pun, dia harusnya tahu suara siapa itu. Suara siapa lagi jika bukan Naven.Dengan segera, Nerisa langsung berbalik. Benar saja, di belakangnya ada Naven yang berdiri tak jauh dari tempatnya berpijak.Rasanya, Nerissa bingung dari mana Naven berasal. Seingatnya, saat mengintip tadi tidak ada Naven di sana.“Mau ke mana kamu?” Langkah Naven diayunkan mendekat ke Nerissa.“Saya mau kembali ke ruangan.” Nerissa berusaha tenang, meskipun sebenarnya jantungnya berdetak cukup kencang “Kembali ke ruangan tanpa permisi?” sindir Naven.Nerissa paham betul jika Naven sedang menyindirnya. Namun, Nerissa berusaha tenang.“Tadi tidak ada orang, jadi saya tidak bisa permisi-permisi.” Nerissa mencoba menjelaskan akan hal itu.“Sekarang sudah ada.” Langkah Naven berhenti tepat di depan Nerissa.“Permisi, Pak. Saya mau kembali
“Ada apa sebenarnya?” Nerissa benar-benar penasaran sekali dengan apa yang dilakukan oleh temannya itu.“Sudah ayo ikut dulu.” Ana menarik tangan Nerissa.Ana membawa Nerissa ke tangga darurat. Tentu saja itu membuat Nerissa terheran-heran. Sepenting apa sampai tidak mau ada yang dengar akan hal itu.“Ada apa?” tanya Nerissa penasaran.“Apa kamu tahu pacar Pak Naven sebelum menikah denganmu?”Mendapati pertanyaan itu jelas membuat Nerissa terkejut sekali. Tidak ada angin tidak ada hujan, Ana membahas hal itu. Jika ditanya, jelas Nerissa tidak tahu. Dia tidak pernah bertanya hal-hal semacam itu pada Naven.“Memang kenapa?”“Tadi ada karyawan yang bercerita jika pacar Pak Naven sebelum kamu adalah seorang artis.”Dahi Nerissa berkerut dalam. Masih sedikit tidak percaya jika pacar Naven adalah seorang artis. Jika ditarik garis lurus, Naven jarang bertemu dengan artis. Karena kerja sama antara perusahaan dengan artis, tidak diurus oleh Naven.“Kamu dengar gosip itu dari mana?” Nerissa ter
“Mau apa dia menghubungi aku?”Nerissa ragu untuk mengangkat sambungan telepon itu. Namun, jika tidak diangkat, jelas nanti dia akan dapat masalah. Bisa-bisa orang di seberang sana kesal. “Halo.” Akhrinya Nerissa mengangkat sambungan telepon tersebut.“Kenapa lama sekali? Sedang apa kamu?” tanya Naven dengan kesal, karena sambungan telepon tak kunjung diangkat. Nerissa menekuk bibirnya. Baru juga beberapa menit sudah protes saja. “Saya sedang bekerja. Apa lagi?” Dia ikut kesal ketika Naven kesal. “Ada apa menghubungi saya?”“Bengkel mana kamu menaruh mobilmu. Aku akan minta Kiki memindahkannya ke bengkelku agar segera diperbaiki.”Ternyata ketakutan yang dipikirkan Narissa salah. Dia berpikir jika Naven akan bertanya perihal kerang tadi, tapi ternyata tidak. Suaminya itu hanya menanyakan perihal mobil. “Di bengkel Jaya di jalan pahlawan.”“Baiklah, aku akan minta Kiki ke sana.”Nerissa tampak diam. Dia tampak terkejut ketika Naven susah payah menghubungi hanya untuk bertanya akan h
Nerissa yang sedang menatap Kiki pun langsung mengalihkan pandangan pada pemilik suara itu. Dari suara, Nerissa dan Kiki sudah tahu.Siapa lagi jika bukan Naven. Pria itu berjalan ke meja kerja Nerissa untuk menghampiri Nerissa dan Kiki.“Memberitahu apa?” Naven kembali mengulang pertanyaannya.Nerissa langsung melirik Kiki. Dia tidak mau sampai Naven tahu apa yang ditanyakan pada Kiki tadi. Jika sampai tahu, yang ada Naven akan marah padanya.“Memberitahu restoran yang enak, Pak. Saya lapar.” Nerissa memegangi perutnya agar Naven percaya. Dia menatap Kiki untuk membantunya menjawab.“Benar, Ki?” Naven menatap Kiki. Belum percaya jika Kiki belum menjawab.“Iya, Pak. Bu Nerissa menanyakan di mana restoran yang enak untuk makan malam.” Kiki memilih untuk menyelamatkan Nerissa.Nerissa merasa lega karena akhirnya Kiki menyelamatkannya. Jika begini, tentu saja dia tidak akan kena masalah.“Lalu restoran apa yang enak?” Naven menatap Kiki.Kiki tampak memikirkan restoran mana yang enak. “R
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak