Mendapati pertanyaan itu, Kiki merasa jika Sandy sengaja bertanya seperti itu. Tentu saja itu membuatnya punya kesempatan untuk menjelaskan semuanya pada Ana.“Tentu saja dia sudah tidak masalah berjauhan, karena kami sudah bercerai.”Jawaban itu membuat Ana membulatkan matanya. Tidak pernah Ana menyangka jika Kiki akan bercerai dengan Dya.Sandy juga tak kalah terkejut. Akhirnya dia menemukan jawaban kenapa pria itu ada di sini sekarang. Pastinya pria itu ingin memberitahu Ana jika sudah bercerai.‘Sepertinya sainganku akan berat.’“Kamu sudah bercerai?” Ana memastikan kembali pada Kiki.“Iya.” Kiki mengangguk pasti.Entah kenapa ada perasaan senang di hati Ana. Namun, ada perasaan sedih juga karena memikirkan Dya yang pasti terluka dengan perceraian ini.“Wah … saya turut berduka atas perceraian Anda, Pak.” Sandy menatap Kiki lekat. Karena tak tahu apa yang harus dikatakan, jadi kalimat itu yang keluar dari mulutnya.“Terima kasih.” Sebenarnya Kiki tidak merasakan duka sama sekali.
Sebuah mobil datang di saat mobil Kiki dan Sandy hendak keluar. Mobil itu menunggu salah satu dari mereka keluar lebih dulu karena ingin memakai tempat parkir.Sayangnya, antara Kiki dan Sandy tidak ada yang segera mengeluarkan mobilnya dan memberikan mobil lain tempat parkir. Sampai-sampai, pemilik mobil yang menunggu itu membunyikan klakson.Kiki yang merasa jaraknya lebih dekat mau tak mau segera melajukan mobilnya. Memberikan tempat parkir yang dipakai pada mobil tersebut.Melihat Kiki melajukan mobilnya, barulah Sandy melajukan mobilnya juga. Mereka berdua segera meninggalkan apartemen Ana.Mobil Kiki terus melaju di depan mobil Sandy. Hal itu membuat Kiki sedikit kesal karena seolah Sandy mengikutinya dari belakang.Sejujurnya tadi niatnya adalah saat Sandy pergi, dia akan kembali ke apartemen Ana. Sayangnya, semua sirna ketika Sandy terus mengikutinya.“Kenapa dia terus mengikuti aku?” Kiki melihat dari kaca spion jika mobil Sandy terus mengikuti mobilnya yang melaju ke apartem
Naven menyadari Kiki yang diam, langsung mengalihkan pandangan. Tampak wajah Kiki sedang memikirkan sesuatu.“Apa ada yang sedang kamu pikirkan?” tanya Naven yang tampak penasaran.“Tidak, Pak.” Kiki langsung menggelengkan kepalanya. Buru-buru dia mencatat apa yang diminta oleh Naven.Naven mengangguk-anggukkan kepalanya. “Kamu tidak perlu ikut aku pergi, karena aku akan pergi dengan oma untuk mengantarkan Dya,” ucapnya melanjutkan perintah.Mendapati perintah itu, Kiki tampak terkejut. “Dya sudah akan kembali, Pak?” tanyanya memastikan.“Iya, sepertinya begitu.”Kiki sendiri sudah tidak tahu apa pun perihal Dya. Jadi wajar jika dia sedikit terkejut.“Sekalian buatkan jadwal kunjungan ke mal. Sejak tidak ada kamu, aku malas pergi ke mal.”“Baik, Pak.” Kiki segera mencatat apa yang diminta Naven.****Di rumah keluarga Zorion, Dya sedang bermain dengan keponakannya. Sudah lama tidak melihat sang keponakan membuatnya rindu.“Sa, cepat sekali Naresh besar.” Dya mencium pipi Naresh yang g
Kiki segera mengambil makanan setelah antaranya tiba. Kemudian mengayunkan langkahnya untuk ke meja yang diduduki Ana dan Sandy. Sambil berjalan, dia memerhatikan siapa yang duduk di depan Ana. Beruntung yang duduk di depan Ana adalah karyawan divisi kebersihan.“Pak Alvino, tolong nanti cek ruangan Pak Naven. Sepertinya bagian depan ruangannya kotor. Minta cleaning servis untuk membersihkannya.” Kiki memberikan perintah pada pria itu.“Tentu saja, Pak. Saya akan minta cleaning servis untuk membersihkan.” Alvino mengangguk.Ana dan Sandy sempat mengalihkan pandangan ketika Kiki memberikan perintah. Mereka ikut mendengarkan perintah yang diberikan.Kiki menunggu pria itu pergi, tapi sepertinya pria itu tidak kunjung pergi. Hal itu membuat Kiki tidak bisa berdiri terlalu lama di samping pria itu. Mau tak mau, Kiki mengedarkan pandangan untuk mencari tempat duduk.“Pak Kiki sedang cari tempat duduk?” tanya Alvino.“Iya, sepertinya semua penuh.” Memang kebetulan kantin ramai sekali. Jadi
Saat sedang di dalam bilik toilet, Ana mendengar ada yang membicarakan Kiki. Tentu saja itu membuatnya tidak kunjung keluar.“Iya, kasihan sekali istrinya, padahal ke luar negeri demi bisa sekolah, tapi ditinggal ke sini.”“Kalian ini bagaimana, Pak Kiki juga butuh kerja? Jika tetap bersama sang istri, pastinya dia tidak bisa kerja.” Salah seorang teman turut membela Kiki.“Iya, benar. Tapi, jika aku jadi istrinya, aku tidak akan melepaskan Pak Kiki kerja di sini sendiri. Sekarang banyak pelakor. Jika sampai Pak Kiki tergoda dengan pelakor bagaimana?”“Harusnya sih … kalau sudah tahu Pak Kiki sudah menikah, wanita benar tidak akan mendekatinya. Kecuali ….”“Kecuali gatal,” sambung salah satu teman.Tawa mereka langsung menghiasi ruang toilet. Namun, sesaat kemudian hening, ketika mereka semua keluar.Ana yang berada di dalam toilet pun merasa bingung. Orang-orang tidak tahu jika Kiki sudah bercerai. Jadi wajar jika mereka mengatakan itu.‘Jika aku sampai dekat-dekat dengan Kiki, pasti
Mendapati tawaran itu membuat Ana bingung. Jika dia menerima takut jadi masalah, tapi harus naik ke lobi lagi dan menunggu taksi, dirinya sudah malas sekali.‘Sepertinya aku pulang dengan Kiki saja.’Akhirnya Ana menerima tawaran itu, tapi sebelum masuk ke mobil Kiki, Ana mengedarkan pandangan ke sekitar. Memastikan jika tidak ada yang melihatnya.“Kamu sedang apa?” tanya Kiki.“Sudah ayo.” Ana sedikit menundukkan tubuhnya kemudian menuju ke mobil Kiki.Kiki hanya bisa melihat Ana dengan tatapan aneh. Tidak mengerti kenapa wanita itu seperti itu. Berbeda dengan Ana yang sedikit menundukkan. Dia dengan santai masuk ke mobil.“Kamu seperti maling saja.” Saat masuk ke mobil Kiki langsung mengomentari Ana.“Aku tidak mau ada yang melihat kita bersama. Nanti dikira kita ada hubungan.” Ana menjawab sambil memasang sabuk pengaman.Kiki hanya menggeleng heran dengan jawaban Ana. Tak mau memperpanjang masalah, dia pun segera memilih untuk melajukan mobilnya.Ana memundurkan kursinya agar tidak
Langkah Ana terhenti di ambang pintu toilet ketika mendengar teman-temannya sedang membicarakan dirinya.Ana pikir kemarin sudah tidak ada yang melihat dirinya, tapi ternyata masih ada juga yang melihat dirinya bersama Kiki.“Benarkah?”“Iya, aku lembur kemarin, dan saat aku mau pulang, aku lihat Ana masuk ke mobil Pak Kiki.”“Wah … apa mereka menjalin hubungan lagi?”“Jika aku lihat bagaimana Ana yang berusaha sembunyi saat berada di mobil Kiki, aku rasa memang mereka menjalin hubungan lagi.”“Kasihan sekali Dya. Dia sedang kuliah, tapi di sini suaminya justru begitu.”“Iya, aku kasih juga pada Dya.”Obrolan yang didengarnya itu membuat Ana, benar-benar tidak nyaman sama sekali. Tak mau mendengar lebih banyak lagi, Ana memilih untuk pergi.‘Harusnya memang aku tidak dekat dengan Kiki, karena orang belum Kiki sudah bercerai.’Ana hanya bisa merutuki apa yang terjadi padanya. Harusnya dia memang jauh lebih berhati-hati. Agar tak membuat gosip semacam ini.Saat berjalan sambil memikirka
Kiki melihat jelas jika Ana masuk ke bus. Sejak tadi siang Kiki menyadari jika Ana sedang menghindar dari dirinya, dan sekarang wanita itu kembali menghindar dari dirinya lagi. Kiki sendiri tidak tahu kenapa Ana melakukan itu padanya.Rasa penasaran Kiki pun mengantarkan pria itu melajukan mobilnya ke apartemen Ana. Dia harus dapat kejelasan atas sikap Ana padanya itu.Kiki sengaja memberikan jarak laju antara mobilnya dan juga bus yang dinaiki Ana. Tak mau terlihat mengikuti karena takut Ana justru semakin kabur.Saat sampai di apartemen Ana, Kiki segera menuju unit apartemen. Tepat di depan apartemen, dia menekan bel.Sayangnya, pintu tak kunjung dibuka. Padahal Kiki yakin jika Ana ada di dalam. Tak mau putus asa, Kiki terus menekan bel.Ana yang berada di dalam sudah mengecek siapa yang datang. Saat melihat Kiki, Ana tidak membuka pintu. Namun, bel terus terdengar, hal itu membuat Ana tidak nyaman juga. Dan, lagi Ana memikirkan bagaimana jika penghuni lain merasa tidak nyaman denga
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak