Langkah Ana terhenti di ambang pintu toilet ketika mendengar teman-temannya sedang membicarakan dirinya.Ana pikir kemarin sudah tidak ada yang melihat dirinya, tapi ternyata masih ada juga yang melihat dirinya bersama Kiki.“Benarkah?”“Iya, aku lembur kemarin, dan saat aku mau pulang, aku lihat Ana masuk ke mobil Pak Kiki.”“Wah … apa mereka menjalin hubungan lagi?”“Jika aku lihat bagaimana Ana yang berusaha sembunyi saat berada di mobil Kiki, aku rasa memang mereka menjalin hubungan lagi.”“Kasihan sekali Dya. Dia sedang kuliah, tapi di sini suaminya justru begitu.”“Iya, aku kasih juga pada Dya.”Obrolan yang didengarnya itu membuat Ana, benar-benar tidak nyaman sama sekali. Tak mau mendengar lebih banyak lagi, Ana memilih untuk pergi.‘Harusnya memang aku tidak dekat dengan Kiki, karena orang belum Kiki sudah bercerai.’Ana hanya bisa merutuki apa yang terjadi padanya. Harusnya dia memang jauh lebih berhati-hati. Agar tak membuat gosip semacam ini.Saat berjalan sambil memikirka
Kiki melihat jelas jika Ana masuk ke bus. Sejak tadi siang Kiki menyadari jika Ana sedang menghindar dari dirinya, dan sekarang wanita itu kembali menghindar dari dirinya lagi. Kiki sendiri tidak tahu kenapa Ana melakukan itu padanya.Rasa penasaran Kiki pun mengantarkan pria itu melajukan mobilnya ke apartemen Ana. Dia harus dapat kejelasan atas sikap Ana padanya itu.Kiki sengaja memberikan jarak laju antara mobilnya dan juga bus yang dinaiki Ana. Tak mau terlihat mengikuti karena takut Ana justru semakin kabur.Saat sampai di apartemen Ana, Kiki segera menuju unit apartemen. Tepat di depan apartemen, dia menekan bel.Sayangnya, pintu tak kunjung dibuka. Padahal Kiki yakin jika Ana ada di dalam. Tak mau putus asa, Kiki terus menekan bel.Ana yang berada di dalam sudah mengecek siapa yang datang. Saat melihat Kiki, Ana tidak membuka pintu. Namun, bel terus terdengar, hal itu membuat Ana tidak nyaman juga. Dan, lagi Ana memikirkan bagaimana jika penghuni lain merasa tidak nyaman denga
Saat mendapati pertanyaan itu, Kiki langsung meletakan gelas yang berisi jus dan menatap ke arah Ana.“Bukankah sudah jelas jika aku tidak mencintainya.”“Jika alasan itu, aku tahu. Tapi, Dya yang mau melepaskanmu, tentu saja bukan sesuatu yang mudah.”Kiki tersenyum ketika Ana tidak percaya begitu saja padanya. “Malam itu Nyonya Clarisa meminta aku untuk memiliki anak. Aku yang gelap mata, nyaris menodainya. Dari sana Dya merasa jika aku benar-benar jahat. Karena itu dia memutuskan untuk mengakhiri pernikahan kami.”Akhirnya Ana dapat jawaban yang pas dari apa yang menjadi alasan perceraian Kiki dan Dya. Tidak menyangka jika Kiki akan sekejam itu. “Jangan berpikir jika aku juga jahat. Aku hanya kesal waktu itu.” Kiki langsung membentengi pikiran Ana agar tidak berpikir buruk, tentangnya.Sejujurnya Ana tidak yakin jika Kiki akan setega itu. Mungkin saja kala itu Kiki diliputi amarah"Sejujurnya semua itu sudah berlangsung sejak empat bulan yang lalu.” Kiki melanjutkan ceritanya.Dah
[Temui aku di restoran hotel Maxton jam tujuh malam. Jika kamu datang, aku anggap kamu menerima aku dan mau kembali padaku. Jika kamu tidak datang, aku anggap kamu tidak menerima aku kembali.]Kiki mengirim pesan itu pagi-pagi pada Ana. Dia ingin malam ini jadi malam spesial. Setelah mengirim pesan pada Ana, Kiki segera menyiapkan semua. Mulai memesan meja di restoran, membeli bunga, dan membelikan hadiah untuk Ana.Tepat jam enam sore, Kiki berangkat ke restoran. Dia ingin datang lebih awal agar bisa memastikan semua sudah siap.Tepat jam tujuh malam, Kiki sudah duduk di kursi, menunggu Ana. Sayangnya, belum ada penampakan Ana di datang.“Apa dia tidak akan datang?” Kiki benar-benar gelisah ketika melihat jam tangan yang berada di pergelangan tangannya. Waktu terus bergulir, tapi belum tampak Ana datang.Tepat jam delapan, Ana tidak datang. Hal itu membuat Kiki benar-benar kecewa sekali. Padahal semua sudah disiapkan.“Sepertinya, dia tidak berniat kembali padaku.” Kiki akhirnya pasr
Ana hanya tersenyum tipis ketika mendapati Kiki yang tampak manja. Sejujurnya, dia juga ingin berlama-lama dengan Kiki.“Ayo masuk.” Akhirnya Ana memutuskan mengajak Kiki untuk ke apartemen. Dibukanya pintu lebar-lebar dan mempersilakan Kiki.Tentu saja kesempatan itu tidak dilepaskan Kiki begitu saja. Dengan segera Kiki masuk ke apartemen Ana.Ana yang masuk setelah Kiki, segera menutup pintu. “Mau minum apa?” tanyanya seraya mengayunkan langkah ke dapur.“Air putih saja. Tadi aku sudah banyak minum manis.”Mendengar itu, Ana mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin dari lemari pendingin.Sesaat kemudian Ana kembali dengan membawa dua gelas air putih. “Ini.” Dia memberikannya pada Kiki.Kiki menerimanya. “Terima kasih.”“Sama-sama.”Ana segera duduk di sofa yang berada di seberang sofa yang diduduki Kiki.“Kenapa duduk di sana? Duduklah di sini?” Kiki menepuk sofa yang didudukinya. Masih ada ruang untuk Ana duduk.Mendapati permintaan itu, Ana langsung bergegas pindah. Duduk
Selama seminggu menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi dengan Kiki. Ana sudah tidak pernah dengar teman-temannya bergosip lagi tentangnya. Itu karena Kiki dan Ana tidak ada interaksi apa-apa.Karena hari ini libur, maka Ana dan Kiki akan memanfaatkan waktu untuk bersama. Rencananya mereka akan ke bioskop untuk menonton film. Menghabiskan waktu bersama.“Kira-kira ada film bagus apa di bioskop nanti?” tanya Ana menatap Kiki.“Kita lihat saja nanti.”Mereka berbelok ke bioskop ketika sudah sampai. Namun, tiba-tiba Ana menarik tangan Kiki dan mengajaknya keluar.“Kenapa?” Kiki sedikit bingung ketika ditarik keluar.“Ada Sandy dan teman-teman kantor.” Tadi saat berbelok ke bioskop, Ana melihat Sandy dan beberapa teman kantornya sedang memesan tiket bioskop.Kiki yang penasaran segera mengintip. Ternyata yang dikatakan Ana memang benar. Ada Sandy dan beberapa karyawan Zorion di sana.“Lalu bagaimana?” tanya Kiki memastikan.Ana sendiri bingung, dia tidak tahu harus bagaimana. Padahal d
“Apalagi jika bukan menunggumu.” Dengan enteng Sandy menjawab.Ana sedikit terkejut dengan hal itu. Tidak menyangka jika Sandy menunggu dirinya.Sandy mengayunkan langkah ke pintu darurat. Kemudian membukanya. Langkahnya diayunkan masuk ke dalam tangga darurat.Ana yang melihat gerakan Sandy yang tiba-tiba tidak bisa mencegah. Buru-buru dia masuk ke tangga darurat. Menyusul Sandy.Sandy langsung tersenyum ketika melihat Kiki di sana. Dia sudah menebak jika Kiki dan Ana ada sesuatu.“Sepertinya kita tidak bisa menyembunyikan lagi, Sayang.” Kiki justru merasa jika kedatangan Sandy memberikan peluang untuk memberitahu hubungan mereka.Ana membulatkan mata ketika mendengar ucapan Kiki.Sandy hanya tertawa. “Aku sudah curiga sejak Pak Kiki menjauh dari Ana. Ternyata Pak Kiki main belakang.”“Aku tetap berusaha secara sehat. Walaupun hasilnya harus disembunyikan.” Kiki merasa dia tidak bersalah dan tidak curang.“Sandy, dengar aku. Aku yang meminta Kiki untuk merahasiakan ini semua. Karena
Enam bulan pasca perceraian, Dya sibuk belajar di kampus. Karena sibuk dengan kuliahnya, Dya tidak sempat merasakan sedih.“Hai, sepertinya kita bertemu lagi.”Mendengar seseorang bicara dengannya dan duduk di depannya, membuat Dya mengalihkan pandangan. Sejak tadi Dya duduk sendiri di restoran sambil menikmati makan siangnya.“Siapa kamu?” tanya Dya.“Kemarin kita bertemu di perpustakaan.”Dya mencoba mengingat. Sejenak ingatannya kembali pada pria yang duduk di sebelahnya. Namun, karena sedang sibuk membaca Dya tidak terlalu memerhatikan.“Oh ... iya.” Dya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.“Kamu dari Indonesia juga.”“Iya, aku dari Indonesia.”“Wah ... akhirnya aku bisa kenal orang Indonesia juga. Kenalkan aku Dave.” Pria itu mengulurkan tangan.Dya ragu menerima uluran tangan itu.“Tenanglah, aku bukan orang jahat.” Dave berusaha meyakinkan Dya.Akhirnya Dya menerima uluran tangan itu. “Dya.” Dya juga memperkenalkan dirinya.“Boleh aku duduk?”“Silakan.” Tak ada alasan untuk me
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak