“Saya ingin mengajukan surat pengunduran diri, Bu.” Dya menyerahkan berkas di meja kerja Ana.Ana begitu terkejut mendengar apa yang dikatakan Dya. Tidak ada angin tidak ada hujan, Dya mengajukan pengunduran diri.“Kenapa kamu mengajukan pengunduran diri?” Ana tampak begitu penasaran sekali.Dari reaksi Ana, Dya merasa jika Ana belum tahu perihal perceraiannya dengan Kiki. Dya juga malas jika harus memberitahu Ana.“Saya akan mengambil S2. Jadi saya mau fokus belajar.” Dya memberikan alasan yang memang dipakainya. Bukan alasan bohong.Ana tidak bisa menghalangi jika memang ada alasan khusus yang dilakukan oleh Dya. “Baiklah, aku terima surat pengunduran dirimu.”“Terima kasih, Bu. Kalau begitu aku permisi dulu.”Ana mengangguk saja. Mempersilakan Dya untuk pergi.Dya segera kembali ke meja kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaanya sebelum pergi. Tak mau membuat teman-temannya susah.“Dya, kamu benar-benar akan berhenti bekerja?” tanya seorang teman.“Iya, aku mau melanjutkan S2 ke luar
Kiki segera melajukan mobilnya untuk mengejar mobil yang membawa Ana di dalamnya. Di dalam hati kecil Kiki bertanya-tanya, ke mana gerangan siapa pria yang bersama Ana.“Apa dia sudah punya pacar baru?” Kiki mencoba menebak, walaupun berusaha keras untuk menampik hal itu. Berharap itu bukan seperti yang dibayangkan.Mobil yang membawa Ana berbelok ke arah restoran, Kiki pun segera ikut berbelok juga. Sayangnya, tidak ada tempat parkir yang dekat di sana. Jadi Kiki harus parkir cukup jauh dari mobil yang membawa Ana.“Apa aku harus menemuinya?” Namun, saat hendak turun, tiba-tiba Kiki ragu. “Apa yang aku katakan jika bertemu dengannya?” Kiki justru bingung apa yang harus dilakukan saat bertemu dengan Ana. “Aku bisa pura-pura tidak sengaja ‘kan?” Kiki langsung berusaha membuka pintu mobilnya. Namun, tiba-tiba Kiki langsung menutup kembali pintu mobilnya. Merasa alasan tidak sengaja bertemu kurang masuk akal. “Aku akan menunggu di kantor saja. Bertemu di kantor akan lebih masuk akal diba
Ana masih diam. Tak menjawab pertanyaan dari Sandy.“Na.” Sandy menggoyangkan tubuh Ana.Apa yang dilakukan oleh Sandy membuat Kiki geram. Tidak suka dengan apa yang dilakukan oleh pria yang bersama Ana itu.“Dia mantan asisten Presdir.” Akhirnya Ana menjawab pertanyaan itu.Mata Sandy langsung berbinar. Ternyata pria di depannya adalah mantan Ana. Tentu saja itu sangat menarik baginya.Kiki terus menatap tangan Sandy yang berada di lengan Ana. Ingin rasanya menyingkirkan tangan itu dari sana. Namun, Kiki tak punya kuasa untuk hal itu.Merasa Kiki terus menatap ke arahnya, Ana mulai paham apa yang dilihat oleh Kiki. Pria itu memerhatikan tangan Sandy yang berada di lengannya. Dengan segera dia menyingkirkan tangan tersebut.Melihat aksi Ana, membuat Sandy tersenyum. Sejak tadi dia sudah memerhatikan jika pria di depannya melihat tangannya.“Kamu tidak memperkenalkan aku padanya, Na?” Sandy menggoda Ana.Ana langsung menatap tajam pria yang ada di sebelahnya itu.Reaksi Ana itu membuat
Mendengar ucapan Sandy membuat Ana membulatkan matanya. Bisa-bisanya pria itu mengatakan hal itu.“Berhentilah mengatakan seperti itu. Apa pun alasannya. Bagiku kalian sama saja.”Beruntung pintu lift langsung terbuka. Jadi Ana bisa segera pergi.Sandy merasa jika Ana marah padanya. Rasanya, dia menyesal mengungkit apa yang diucapkannya.Dengan langkah gontai, Sandy mengayunkan langkahnya. Keluar dari dalam lift.Dari kejauhan, dia hanya bisa melihat Ana yang tampak kesal. Sandy menyesali apa yang dilakukannya. Niat hati ingin membuatnya lebih baik dari Kiki, tapi justru membuat Ana kesal.Di tempat lain, Kiki yang di tempat parkir segera masuk ke lift untuk menuju ke ruangan Naven. Hari ini dia memang membuat janji dengan Naven.Saat sampai di depan ruangan Naven, ada asisten baru Naven yang menyambut. Mempersilakan Kiki untuk masuk ke ruangan Naven.“Selamat siang, Pak Naven.” Baru masuk, Kiki sudah menyapa.“Siang, Ki. Akhirnya kamu datang juga.” Naven segera berdiri. Langkahnya d
Dya tersenyum mendengar ucapan Oma Clarisa, alih-alih marah disebut anak nakal, Dya justru langsung memeluk sang oma.Sejujurnya Dya tahu jika sang oma hanya kesal padanya yang memutuskan untuk pergi. Pastinya kepergiannya membuat sang oma rindu.“Maafkan aku Oma.” Dya mengakui jika dirinya salah, jadi tentu saja dia meminta maaf. Pelukan yang diberikan pun dieratkan.Mendapati pelukan itu, membuat kekesalan Oma Clarisa mereda. Sebenarnya, dia tidak benar-benar marah. Hanya kesal dan merindukan cucunya itu.“Oma akan selalu memaafkan kamu. Apa pun yang kamu lakukan.” Oma Clarisa membalas pelukan Dya.Saat melihat dua orang yang bertengkar sudah saling memeluk, Papa Raven langsung melepaskan tangannya yang memegangi lengan sang mama. Mama Ruby yang baru datang pun menatap sang suami, seolah menanyakan apa yang terjadi. Papa Raven pun hanya bisa tersenyum.Pelukan itu pun berakhir, kemudian mereka berpindah ke ruang keluarga. Mengobrol di sana agar lebih nyaman.“Kenapa kamu main pergi
Ana yang pulang dari kantor, segera bergegas ke tempat parkir. Saat di sana, dia memerhatikan mobil di sekitar. Mencari mobil seseorang.“Kamu sedang cari apa?”Tiba-tiba terdengar suara tepat di telinga Ana. Itu membuatnya terjingkat. Buru-buru, dia membalikkan tubuhnya. Melihat siapa yang bertanya itu. Saat berbalik dia melihat Sandy di sana.Sandy ikut melihat ke sekitar. Mencari sesuatu. “Apa kamu sedang mencari mobil mantan kekasihmu?” Dia mencoba menebak apa yang dilakukan oleh Ana.Rasa Ana malas sekali menjawab, apalagi pertanyaan itu dari Sandy. Tak mau menjawab ucapan Sandy, Ana memilih untuk pergi.Sandy segera mengejar Ana. Tak mau kehilangan momen. Kebetulan juga mobil Sandy terparkir di sebelah Ana.“Akhirnya aku tahu bedanya aku dan dia. Ternyata dia lebih melekat di hatimu.” Sandy mengomentari Apa yang dilihatnya.Ana yang sedang membuka pintu, segera mengalihkan pandangan pada Sandy. Untuk sejenak Ana memikirkan ucapan Sandy. Jika ditanya, memang Kiki punya tempat ber
“Iya, aku akan kembali.”Untuk sesaat Ana diam. Entah dia harus senang atau harus sedih saat Kiki kembali. Rasanya, lebih ke sedih, karena tidak pantas senang atas kehadiran suami orang.“Apa kamu tidak suka aku kembali?” Melihat raut wajah Ana, Kiki menelisik.“Oh … tidak, aku senang kamu bisa kembali menjadi asisten Pak Naven, tapi aku hanya memikirkan, apakah kamu akan meninggalkan Dya kuliah di luar negeri sendiri?” Padahal tadinya Ana tidak mau membahas hal itu, tapi karena gugup yang keluar dari mulutnya justru pertanyaan tentang Dya.“Aku dan Dya—”Belum selesai Kiki menjawab pertanyaan Ana, tiba-tiba terdengar suara bel. Kiki dan Ana pun langsung mengalihkan pandangan ke arah pintu. ‘“Kamu ada janji?” tanya Kiki beralih menatap ke arah Ana lagi.“Tidak.” Ana merasa tidak ada janji siang ini, jadi sedikit terkejut ketika mendengar suara bel.Tak mau membuat rasa penasaran berkecamuk di hatinya, Ana segera berdiri dan mengayunkan langkah ke pintu depan. Membuka pintu untuk tahu
Mendapati pertanyaan itu, Kiki merasa jika Sandy sengaja bertanya seperti itu. Tentu saja itu membuatnya punya kesempatan untuk menjelaskan semuanya pada Ana.“Tentu saja dia sudah tidak masalah berjauhan, karena kami sudah bercerai.”Jawaban itu membuat Ana membulatkan matanya. Tidak pernah Ana menyangka jika Kiki akan bercerai dengan Dya.Sandy juga tak kalah terkejut. Akhirnya dia menemukan jawaban kenapa pria itu ada di sini sekarang. Pastinya pria itu ingin memberitahu Ana jika sudah bercerai.‘Sepertinya sainganku akan berat.’“Kamu sudah bercerai?” Ana memastikan kembali pada Kiki.“Iya.” Kiki mengangguk pasti.Entah kenapa ada perasaan senang di hati Ana. Namun, ada perasaan sedih juga karena memikirkan Dya yang pasti terluka dengan perceraian ini.“Wah … saya turut berduka atas perceraian Anda, Pak.” Sandy menatap Kiki lekat. Karena tak tahu apa yang harus dikatakan, jadi kalimat itu yang keluar dari mulutnya.“Terima kasih.” Sebenarnya Kiki tidak merasakan duka sama sekali.
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak