Mendapati ucapan Arumi itu membuat hati Nerissa sedikit terusik. Ada perasaan takut menghantuinya. Namun, dia berusaha untuk tetap tenang.“Tenanglah, aku akan berhati-hati saat dia keluar nanti.” Nerissa mengangguk.Walaupun Harry masih lama keluarnya, tapi Arumi berharap Nerissa berhati-hati. Karena tidak mau terjadi apa-apa pada Nerissa, Arumi memberitahu. Apalagi sudah banyak jasa Nerissa padanya.“Kalau aku permisi dulu.” Arumi langsung berpamitan.Melihat Arumi yang pergi, Nerissa segera melanjutkan kembali membeli beberapa belanjaan. Asisten rumah tangga pun turut membantu Nerissa, membawa belanjaannya.****Naven yang baru saja pulang disambut dengan aroma manis dari kue. Tentu saja itu membuatnya buru-buru masuk.Saat masuk, dilihatnya sang istri sedang memerhatikan oven. Melihat kue yang sedang dipanggang.“Kamu sedang apa?” Naven langsung memeluk sang istri dari belakang.Nerissa sempat terkejut ketika dipeluk secara tiba-tiba, tetap saat tahu jika suaminya yang memeluk, di
“Sa ....” Mama Ruby langsung panik ketika melihat menantunya kesakitan. Dia langsung menghampiri dan membelai perut Nerissa.“Perut aku, Ma.”“Perut kamu kenapa? Apa sakit?” Mama Ruby semakin panik.“Iya, tiba-tiba mulas, Ma.”“Coba ayo kita duduk di sofa saja.” Mama Ruby segera mengajak menantunya itu untuk berpindah.Nerissa segera ke sofa. Duduk lebih nyaman di sana. Di sana dia merasakan perutnya yang mulas.“Apa jangan-jangan kamu mau melahirkan?” Mama Ruby menebak.“Hanya mulas, Ma. Bisa jadi bukan.”“Tunggu saja dulu. Jika mulas lagi, artinya kamu mau melahirkan.” Mama Ruby juga belum bisa memprediksi apakah menantunya akan melahirkan atau tidak. “Aku akan hubungi Naven dulu.” Dia tak mau sampai salah langkah, jadi memilih menghubungi anaknya.Nerissa mengangguk, merasa suaminya harus pulang karena sudah berjanji, jika ada apa-apa, harus menghubungi.Satu jam kemudian Naven datang. Dia yang dihubungi sang mama langsung panik dan pulang.“Sayang.”Naven segera masuk ke rumah, me
“Kenapa-kenapa?” Naven yang merasa tubuhnya digoyang lebih kencang pun seketika langsung terbangun dan panik.Nerissa tertawa melihat sang suami yang panik. Sampai-sampai dia lupa dengan rasa sakitnya.“Sayang, mana yang sakit? Apa yang sakit?” Naven menatap sang istri yang berada di depannya.Nerissa tersenyum, merasa kasihan dengan sang suami yang panik seperti itu.“Kenapa tersenyum?” tanya Naven.“Kamu lucu sekali saat panik.” Nerissa mencoba menjelaskan pada sang suami.Naven menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. “Aku terkejut dan takut kamu kenapa-kenapa saja.”Nerissa masih memasang senyum manis di wajahnya.“Kamu kenapa membangunkan aku? Apa ada yang sakit?” Naven kembali pada sang istri.“Sepertinya mulasnya semakin intens, jadi kita ke rumah sakit saja.” Nerissa menjelaskan sambil memegangi perutnya yang terasa sakit.“Kamu sudah mau melahirkan.” Mendengar itu Naven semakin panik. “Baiklah, ayo kita ke rumah sakit.” Dia langsung menyibak selimut dan turun dari tempat
Akhirnya yang ditunggu-tunggu hadir juga. Suara indah yang memecah ketegangan di dalam ruang persalinan.Naven dan Nerissa yang mendengar hal itu merasa begitu bahagia sekali. Akhirnya anak mereka lahir juga.“Anak kita sudah lahir.” Naven mendaratkan kecupan di dahi sang istri.Nerissa hanya mengangguk. Air matanya menetes ketika akhirnya anaknya lahir ke dunia. Ternyata tidak sia-sia perjuangannya. Hingga akhirnya mengantarkan anaknya lahir ke dunia.“Selamat, Pak, Bu. Anak kalian laki-laki.” Dokter langsung memberitahu jenis kelamin anak Naven dan Nerissa.Mendengar itu, semakin membuat Nerissa dan Naven bahagia. Tidak menyangka anak pertama mereka laki-laki.“Anak kita laki-laki.” Naven mendaratkan kecupan lagi di dahi sang istri.Karena masih sangat lemas, Nerissa hanya menjawab dengan anggukan.Perawat segera membersihkan tubuh anak Nerissa dan Naven. Kemudian memberikan anak mereka di dada Nerissa.Bayi kecil itu tampak rapuh dan kecil sekali. Hal itu membuat Naven dan Nerissa
Mendengar suara tangis itu, Naven segera bangun. Dilihatnya sang anak menangis. “Sayang, kenapa menangis?” Dia membelai lembut wajah putranya itu.Suara tangis itu juga membuat Nerissa terbangun. “Kenapa, Sayang?” tanyanya.“Aku cek dulu, apa popoknya basah atau tidak.”Naven langsung melihat popok anaknya. Saat mendapati popok anaknya basah, dia segera menggantinya.Melihat sang suami yang telaten mengganti popok anaknya, membuat Nerissa tersenyum. Ternyata kursus ibu hamil yang diikuti itu Naven berguna juga.“Sekarang anak Papa sudah bersih jadi jangan menangis lagi.” Naven membelai lembut pipi sang anak.Sayangnya, anaknya tetap saja menangis. Hal itu membuat Naven bingung. Padahal popok sang anak sudah bersih.“Mungkin dia haus.” Nerissa yang melihat anak menangis, mengerti apa yang membuat anaknya itu menangis.Mendengar itu, Naven mengangkat tubuh sang anak, kemudian memberikan anaknya pada sang istri. Nerissa langsung menggendong anaknya dan menyusui anaknya. Seketika anaknya
Malam ini adalah hari pertama Baby Naresh tidur di rumah. Sejak pulang dari rumah sakit, bayi kecil itu tampak begitu pulas. “Lihatlah, dia sejak tadi tidur terus. Apa jangan-jangan dia menyiapkan amunisi?” Nerissa merasa heran dengan anaknya yang tak kunjung bangun. Nerissa tersenyum. “Mungkin dia mau papa dan mamanya menikmati malam bersama.” “Sepertinya kita akan begadang lagi.” Naven sepertinya mulai terbiasa. Naven dan Nerissa tidur mengapit anaknya. Mereka terus memandangi sang anak yang sedang tertidur. “Aku tidak menyangka jika akhirnya kita punya anak. Tidak menyangka pernikahan kita yang berawal dari pernikahan kontrak berakhir bahagia. Aku pikir, aku akan bercerai denganmu dan menjalani hidupku sebagai janda lagi.” Nerissa yang memandangi wajah sang anak pun mengingat perjalanan cinta mereka. “Jodoh adalah rahasia Tuhan. Mungkin begitu cara Tuhan mempertemukan kita.”“Tapi, sampai sekarang aku masih merasa bersalah karena merebutmu dari Evelyn.” Masih ada terselip ra
Kiki segera menghampiri Naven dan memberikan tabletnya.Naven membaca apa yang ditunjukkan oleh Kiki itu. Dengan saksama Naven membacanya.Tertulis berita jika Evelyn Manda mengatakan jika dulu punya pacar pengusaha, tapi direbut oleh seorang wanita. Namun, Evelyn tidak menjelaskan siapa pengusaha yang dimaksud. Kolom komentar pun dipenuhi dengan hujatan pada wanita perebut itu, yang tak lain adalah Nerissa.“Sepertinya Nona Evelyn sengaja melemparkan berita itu.” Kiki memberikan komentarnya.“Sudah, biarkan saja. Dia tidak akan berani menyebut namaku. Jika sampai berani, aku jamin kariernya akan hancur.” Naven tidak akan tinggal diam begitu saja.Kiki mengangguk-anggukkan kepalanya.“Ki, tolong kamu antar Oma Clarisa hari minggu ke acara pesta. Kebetulan papa men sedang ke Singapura untuk cek up. Aku mau menghabiskan waktu di rumah dengan anakku. Jadi tidak bisa menemaninya.”“Baik, Pak.”Naven segera mengerjakan pekerjaannya. Dia harusNaven segera mengerjakan pekerjaannya. Dia haru
Hari libur yang ditunggu-tunggu sudah tiba. Tentu saja itu membuat Naven bersemangat. Karena dia ingin menghabiskan waktu bersama anaknya. Pagi-pagi Naven sudah bangun dan mengajak berjemur. Nerissa begitu bersemangat sekali ketika melihat Naven yang ikut mengurus anaknya. “Apa Naresh sudah boleh diajak jalan-jalan?” tanya Naven memastikan. “Belum. Di luar banyak virus. Jadi tunggu dulu sampai benar-benar Naresh kuat.”Mendengar penjelasan sang istri, Naven berpikir ada benarnya juga. Jika anaknya diajak keluar dan kena virus, pasti akan bahaya sekali.“Kalau sudah bisa diajak jalan-jalan, aku mau ajak dia keluar kota. Menginap di hotel.” Naven benar-benar tidak sabar untuk mengajak anak dan istrinya pergi jalan-jalan. Pasti di rumah sangat membosankan. “Baiklah, kita jalan-jalan jika waktunya pas. Terserah kamu mau ke mana.” Nerissa ikut saja, apalagi jika jalan-jalan. Karena anaknya sudah dijaga oleh sang suami, Nerissa memutuskan untuk memasak saja. Membuat makanan sehat un
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak