“Ayo pulang.” Nerissa tidak menjawab, tapi justru berbalik dan mengayunkan langkahnya. Sikap Nerissa itu membuat Naven kesal. Sejak tadi dirinya sudah khawatir, tapi justru wanita itu seenaknya pergi. Dengan segera Naven mengejar Nerissa.“Aku tanya ke mana kamu, kenapa tidak menjawab?”Sayangnya, Nerissa memilih mengabaikan pertanyaan itu, dan terus mengayunkan langkahnya.Naven semakin kesal melihat sikap Nerissa itu. Dia benar-benar merasa jika Nerissa tidak menghargainya. Dengan segera dia mengejar lebih cepat Nerissa, dan menarik tangannya.Nerissa menatap Naven lekat ketika pria itu menarik tubuhnya. Dia berusaha untuk tidak menangis. Akan sangat lucu jika dia menangis karena melihat Naven bersama wanita lain.“Aku tanya kamu ke mana, tapi kamu justru pergi. Apa kamu tidak tahu jika aku khawatir saat mencarimu?” Naven meluapkan kekesalannya. Bukan karena Nerissa pernah menolaknya, dia kesal. Namun, memang dia benar-benar khawatir sekali tadi. Nerissa merasa lucu ketika Naven b
Naven menceritakan pada Kiki karena selama asistennya itu tahu semua kisah percintaannya. Asistennya juga yang selalu memberikan saran padanya.Kiki yang sedang meletakan minuman soda di atas meja pun seketika menghentikan aksinya itu. Dia cukup terkejut dengan apa yang didengarnya.“Lalu?” Kiki segera meletakan minuman soda, kemudian duduk di sofa. Dia ingin mendengar cerita Naven lebih detail.“Dia hanya tanya apakah itu kekasihku atau bukan?”“Pak Naven jawab apa?”“Aku tidak mau dia mengira aku pengemis cinta setelah ditolak olehnya. Karena itu aku jawab iya.”Kiki hanya bisa mengembuskan napasnya. Jawaban seperti itu pastinya akan memperkeruh keadaan.“Apa Pak Naven jawab seperti itu artinya Pak Naven tetap akan bersama Nona Evelyn dan melepaskan Bu Nerissa?” Kiki belum dapat kesimpulan apa-apa. Jadi harus menggali lebih dalam.“Bukan begitu.”“Lalu? Pak Naven mau tetap bersama Bu Nerissa dan meninggalkan Nona Evelyn.” Kiki membalik pertanyaan.“Aaahhh ….” Naven mengembuskan napa
Nerissa memerhatikan apa yang dilakukan oleh suaminya. Dia masih tidak mengerti apa yang dilakukan suaminya itu. “Kamu sedang apa?” tanya Nerissa seraya mengayunkan langkah masuk ke kamar. “Aku sedang menyiapkan tempat tidur untukku.” “Kamu mau tidur di tenda?” Nerissa tidak habis pikir dengan Naven yang membuka tenda di kamar. “Di kamar ada tenda, jadi aku pikir pakai itu saja, dari pada mengambil kasur di gudang, pasti akan membuat mama dan papa akan bertanya-tanya.” Masuk akal juga apa yang dikatakan Naven, tapi tidak dengan mendirikan tenda di kamar juga. “Aku akan tidur di tenda, kamu bisa tidur di tempat tidur.” Nerissa melihat ke arah tempat tidur. Hubungannya dengan Naven memang sedang tidak baik-baik saja. Jadi tidur satu ranjang, pastinya akan membuat tidak nyaman, tapi tidur terpisah seperti sekarang, justru membuatnya semakin aneh. Seolah memang sedang memberikan jarak. “Cepat tidurlah, besok kita harus berangkat ke bandara pagi.” Naven segera masuk ke dalam ten
Mendapati pertanyaan itu membuat Naven dan Nerissa saling pandang. Mereka memikirkan bagaimana harus menjawab. “Biasa, Pa.” Akhirnya Naven yang menjawab. “Biasa apa?” Papa Raven tampak penasaran karena tidak mengerti yang dikatakan anaknya. “Cari sensasi, Pa.” Mendapati jawaban itu, Papa Raven langsung paham. “Baiklah, lanjutkan.” Dia pun segera meninggalkan anak dan menantunya. “Siap, Pa.” Naven mengangguk.Nerissa yang mendengar jawaban Naven pun bingung. Sensasi apa yang dimaksud oleh Naven. Sensasi tidur di pegunungan atau sensasi yang lain. “Sensasi apa maksudmu?” Karena tak menemukan jawaban, akhirnya Nerissa pun bertanya. Naven yang berada di tempat tidur segera bangkit. Berdiri untuk menyejajarkan dengan sang istri. “Sensasi bercinta.” Naven bicara tepat di telinga Nerissa. Tubuh Nerissa seketika membeku mendengar jawaban Naven itu. Dia tidak berpikir sejauh itu. Melihat reaksi Nerissa membuat Naven ingin tertawa. Namun, tak mau membuat sang istri salah tingkah, akh
Ana langsung menarik Nerissa ke meja kerja Ana. Nerissa hanya pasrah saja ketika ditarik. Dia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata Ana menunjukkan sebuah video di layar laptopnya. Video di mana dia sedang mengobrol dengan seorang pria, kemudian masuk ke toilet.Tidak ada suara di video itu membuat Nerissa seolah sedang membuat janji ke toilet dengan pria itu.Nerissa ingat sekali. Waktu itu, pria itu sedang berterima kasih padanya karena menolong anaknya. Setelah itu masuk ke toilet karena mencari anaknya. Waktu itu Nerissa sempat curiga pria itu adalah pria mesum yang ingin masuk ke toilet wanita, tapi ternyata salah. Tapi, pria itu sengaja masuk ke toilet karena sudah direkayasa. ‘Siapa yang membuat rencana ini?’Nerissa membaca komentar-komentar di video tersebut. Semua kalimat yang terlontar cukup membuat dadanya terasa sesak. Kalimat tersebut mengatakan jika dirinya tidak bersyukur sudah memiliki suami presdir. Nerissa benar-benar tidak tahu siapa yang memb
Nerissa langsung diam. Di saat seperti ini Naven justru membalikkan omongannya. Tentu saja itu membuatnya bingung.“Kenapa kamu justru membahas itu? Itu beda.” Nerissa merasa jika keadaannya dan Naven berbeda. Jadi salah jika Naven membahas itu sekarang. “Apa yang beda? Itu sama. Sama-sama dikatakan dengan sungguh-sungguh.” Bukan Naven jika tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan.Nerissa benar-benar frustrasi. Dia merasa jika Naven justru melebarkan masalah. Perasaan Naven itu hanya berhubungan dengannya saja, tapi urusan video ini melibatkan banyak orang dan juga reputasinya. “Baiklah jika kamu merasa ini sama. Terserah padamu. Tapi, fokus dulu pada masalahku ini. Aku harap kamu percaya dengan apa yang aku katakan.”Mendengar ucapan Nerissa, Naven cukup senang. Karena dengan begitu, dia bisa mengambil celah dari masalah yang menimpa Nerissa.“Kamu tahu bukan, pengadilan saja perlu bukti jika tidak melakukan kesalahan, lalu apa kamu bisa membuktikannya padaku?”Apa yang dikata
Nerissa dan Naven sampai di kantor lagi. Mereka langsung menuju ruangan keamanan kantor. Sudah ada Kiki yang menyambut mereka.“Ki, kamu sudah menangkap orangnya?” Nerissa langsung bertanya pada Kiki.Untuk sesaat Kiki terdiam. Namun, kemudian menjawab. “Sudah, Bu.”“Di mana sekarang?” Nerissa sangat penasaran sekali.“Ada di dalam, Bu.” Kiki mengalihkan pandangan ke arah ruang keamanan kantor.Nerissa segera mengayunkan langkahnya untuk masuk. Dia ingin melihat siapa yang melakukan semua ini.Namun, langkah Nerissa langsung terhenti. Dia yang berharap jika Harry yang berada di dalam ruangan keamanan justru mendapati orang lain.“Ana.” Nerissa tidak menyangka jika temannya yang ada di sana.**Beberapa jam yang lalu.Kiki yang mendapatkan informasi jika karyawan IT mendapatkan titik lokasi di mana video itu dikirim, langsung pergi ke tempat tersebut.Saat karyawan IT memberitahu jika divisi pemasaran adalah titik lokasi, Kiki sangat-sangat yakin jika Harry yang melakukannya.“Semua me
Naven sudah menebak jika Nerissa mudah sekali percaya dengan orang lain. Padahal, harusnya Nerissa punya rasa waspada pada orang lain, karena bisa saja orang lain memanfaatkan itu semua.“Kamu harusnya sadar. Jika orang terdekat kita yang justru akan menusuk kita lebih mudah.”“Lalu, kamu merasa jika orang terdekatku yang melakukan itu semua?”“Jelas, karena ada buktinya.”“Sekali pun ada bukti, aku yakin Ana tidak akan melakukan itu semua. Aku mengenal Ana lebih dari dia mengenal dirinya sendiri. Jadi aku yakin dia tidak akan melakukan ini semua. Pasti ada orang di balik ini semua. Pasti orang itu berusaha untuk menjebak Ana.” Air mata Nerissa jatuh juga. Dia masih tidak percaya jika Ana yang melakukannya.Embusan napas kasar yang diberikan Naven, menandakan jika dia benar-benar kesal dengan istrinya.“Apa kamu sadar jika wanita itu melakukan itu karena tahu kelemahanmu. Dia memanfaatkan celah di mana kamu tidak akan percaya jika dia yang akan melakukanya.” Naven berusaha menyadarkan
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak