"Apakah aku boleh datang ke tempatmu? Ada yang ingin aku katakan," ulang Regan di seberang sana. Chat yang ia kirim tidak di jawab oleh Jane, pun dia kembali mengulang chat yang sama.Bukannya menjawab iya atau tidak, tapi Jane hanya membisu sambil menatap layar ponselnya. Belum juga membalas, ponselnya berdering. Yohan menelfonnya. "Ya?" Jawab Jane. "Kau tidak keluar, kan?" Ucap Yohan di seberang telfon."Tidak. Aku masih berada di kamarku.""Aku sedang dalam perjalanan. Jangan kemana-mana, tunggu aku datang.""Hm."Jane menutup telfonnya dan berdiri dari duduknya. Dia menatap cermin di sebelah ranjang, memperbaiki riasannya dengan menorehkan sedikit lipstik. Bedaknya yang memudar dia benahi lagi. Tidak lupa dia memakai parfum dan kembali memperbaiki tampilannya.Tak berapa lama kemudian, 15 menit kemudian, pintu kamarnya di ketuk. Jane menuju ke pintu dan mengintip dari lubang kecil. Yah, yang berdiri di sana sekarang adalah Yohan. Pria berkumis tipis dan berambut gondrong itu ma
"...Kita harus menikah sebelum Alice membongkar semua.""Apa?" "Jane, dengarkan aku. Jujur aku sangat mengkhawatirkannya dirimu. Kau tidak kenal Alice. Aku takut dia akan melukaimu. Yang kau takutkan, bisa saja terjadi. Maka dari itu kita harus menikah agar dia berhenti mengganggu ku. Dia akan menyerah dan menjauhi kita kalau kita resmi menjadi suami istri."Jane menatap Regan tidak percaya. Bagaimana bisa Regan se egois ini hanya karena satu wanita saja? Dia tidak memikirkan bagaimana perasaan Jane. Jane sampai tidak habis pikir, Kenapa Regan sesantai itu mengajaknya untuk menikah? Padahal dia tidak mempunyai pikiran sampai sana, Jane tidak membayangkan drama yang ia mainkan bisa sampai sejauh ini. "Anda sangat egois, Tuan. Sebegitu mudahnya anda mengucapkan kata pernikahan. Dengan mudahnya anda mengajak saya menikah hanya karena kepentingan anda.""Aku tidak tahu ini tidak sopan.""Sangat sangat tidak sopan.""Aku akan membayar Madam dua kali lipat dan kau akan mendapatkan 4 kali
"Yohan, Kau mencintaiku atau tidak? Aku bertanya sungguh-sungguh kali ini, Kau mencintai aku, kan?" Yohan tidak menjawab. Dia membisu di tempat yang sama. Pandangannya bahkan tidak teralihkan sama sekali. Jane kecewa setengah mati, ternyata benar perasaannya hanya sampai di suka saja. Bukan cinta. Dia hanya menyukai tubuh Jane saja, hanya ingin menikmati seks gratis dengannya saja. "Ternyata benar. Kau tidak mencintai aku," gumam Jane menunduk dengan hati yang terpecah menjadi dua. Hancur lebur tanpa bersisa.Yang di katakan Regan ternyata benar adanya. Berurusan dengan Yohan merupakan suatu kesalahan. Jane jadi malu bertemu dengan Regan. "Apakah hal itu perlu di bahas sekarang?" Tanya Yohan. Sumpah demi apapun di dunia, pertanyaan itu terdengar sangat tidak masuk akal. Apa salahnya jika ingin mengetahui perasaan yang sebenarnya? Toh bercinta setiap hari pasti ada bosannya. Tapi dia, pria itu tidak terlihat bosan sama sekali. Wajar kan kalau Jane bertanya itu? Bercinta setiap hari
Kabar kedatangan Jane yang mendadak pastinya membuat Juan sangat bahagia. Dari sekian banyaknya pria di keluarga itu, hanya dia yang mempunyai perasaan tulus pada Jane. Kenapa dia bisa tahu? Padahal berhubungan dengannya Jane pun tidak. Benar, Semua karena mereka yang paling sering menghabiskan waktu berdua. Regan juga Yohan kalah dengan kedekatan Juan dan Jane.Kaki Jane memijak ke dalam ruang tamu yang seperti biasanya, selalu nampak mewah dan menarik perhatiannya. Juan berjalan cepat ke arah Jane lantas memeluk tubuhnya dengan sangat erat."Aku sungguh merindukanmu, Jane. Maaf aku tidak tahu kalau kau memilih untuk tinggal di hotel. Kalau aku tahu lebih awal, aku akan membawamu ke tempat itu," ucapnya. Jane tersenyum, lantas mengusap punggung Juan."Tidak apa-apa. Tidak ada rencanaku untuk menginap di sana sebelumnya. Semua begitu tiba-tiba."Ada Regan di samping Jane, namun dia hanya terdiam membisu saat melihat mereka berdua. Jane melirik ke arah lantai dua, ada Yohan di sana. Be
"Sudah aku bilang! Jangan sampai kau menyakiti Jane! Tapi apa yang barusan kau lakukan, hah?! Kau membuatnya menangis. Orang brengsek seperti dirimu membuat hatinya hancur. Kau brengsek Yohan! Kau tidak pantas di cintai wanita seperti dirinya." Yohan tidak menjawab sama sekali. Hanya seringaian saja yang menandakan ketidaksukaan dirinya."Jangan sok berkuasa atas Jane, Regan. Kau sendiri tahu kalau dia hanya menyukaiku saja. Jangan ikut campur masalah kami berdua!" Balas Yohan ikut berteriak di depan wajah Regan. Menepis keratan tangan Regan yang berada di kerah lehernya."Sejak awal aku sudah bilang padamu. Kalau Jane itu milikku. Aku yang menemukannya pertama kali. Aku yang membawanya kesini. Jangan lagi kau mencoba untuk menyentuhnya lagi!" Teriak Regan berniat pergi dari hadapan Yohan."Regan, Kau tidak khawatir aku akan melaporkannya pada ayah, kan? Aku saksi atas drama kebohonganmu. Bisa saja aku menelfonnya sekarang dan menceritakan segalanya."Regan berhenti,"Aku tidak takut.
Saat mobil berhenti di depan sebuah bangunan modern yang mempunyai tiang tinggi, Jane hanya bisa terpaku diam dengan mulut yang menganga. Sekali lagi, dia terpana dengan megahnya rumah di depannya ini. Bukan hanya rumah putra Foster, dan rumah Tuan Abraham, namun juga rumah di depannya ini menampilkan pemandangan luar biasa hebat. Apa orang kaya selalu saja mempunyai rumah sebagus ini? Pun melihat Jane terpana dengan bentuk rumah teman baiknya itu, Regan hanya tersenyum miring. Melihat Jane yang mudah sekali tertarik dengan hal indah, adalah sesuatu yang amat lucu. "Kau selalu terpana setiap kali melihat rumah mewah." Regan turun dari dalam mobilnya, berjalan ke sisi lain mobil dan membukakan pintu untuk Jane. "Anda kan sudah tahu, kalau impian saya adalah memiliki rumah mewah.""Aku bisa membelikanmu dengan mudah kalau kau mau."Jane hanya tersenyum. Dia keluar dari dalam mobilnya tanpa bicara. Jane tak akan setuju menerima hadiah semahal itu tanpa kerja keras. Dia bukan seorang
"Aku memiliki kesalahan di masa lalu yang bisa aku tebus sekarang. Hanya ini yang bisa aku ceritakan padamu."Mike terdiam."Maksudmu, kau pernah bertemu dengan Jane di masa lalu?" Regan yang kini terdiam. Dia menatap Mike dengan ragu. Ingin menceritakan semua masa lalu yang memungkinkan untuk dia gali yaitu rasa penyesalan di waktu remaja. Dulu, tepatnya beberapa tahun yang lalu, Regan pernah bertemu dengan Jane. Yah, pria yang memberikan sepatu itu adalah Regan remaja. Merasa bersalahnya Regan karena dia tidak mencoba untuk menghentikan ayah Jane yang menyeretnya ke dalam lubang dalam yang menyesatkan yaitu rumah pelacuran. Saat itu dia tidak begitu perduli dengan orang lain dan menganggap kalau masalah orang lain bukanlah urusannya.Tapi, setelah bertemu dengan Jane. Dia lebih bisa menerima kehadiran orang lain juga lebih bisa mengekspresikan dirinya sendiri. "Percuma aku menyembunyikan rahasia padamu. Kau selalu bisa menebaknya. Yah, kau benar. Aku dan Jane pernah bertemu di saa
Regan tercengang luar biasa. Lamaran mendadak dari wanita yang di sukainya membuatnya terpaku diam. Apakah ini mimpi? Atau skenario dari Tuhan? Yang pasti, dia belum mampu untuk membuka mulutnya. Dia tercekat untuk sejenak."Kenapa kau mengatakan itu? Jangan memutuskan hal yang tiba-tiba seperti ini. Aku tidak mau kau terpaksa melakukannya hanya karena balas budi semata," ucap Regan.Jane menggeleng. Mengetahui kalau pria yang di carinya selama ini adalah Regan, matanya tidak bisa lagi membendung air mata. Antara senang, sedih juga haru bersatu. Jane tidak percaya bisa bertemu dengan pria yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali."Jangan pikirkan tentang saya, Tuan. Pria yang saya temui di masa lalu, adalah cinta pertama saya yang tidak bisa saya lupakan. Anda ragu karena saya menyukai Yohan? Tidak, Tuan. Pria dari masa lalu yaitu anda yang sudah menempati hati saya. Anda mempunyai tempat anda sendiri di hati saya."Regan terdiam, telinganya memerah. Dia memalingkan wajahnya kar