"Ya, Ini aku. Ada yang ingin aku bicarakan. Tunggu saja di sana, aku yang akan ke tempatmu."Yohan menutup telfonnya dengan segera. Di masukkannya ke dalam saku saat melihat Regan dan Jane masuk ke dalam rumah dengan bergandengan tangan. Mata Yohan melotot, otaknya mendadak terasa panas. Dadanya bagaikan baru saja di hantam sebongkah batu.Keduanya memang tidak sadar ada Yohan di sana. Walau sadar pun, Regan dan Jane tetap akan melakukan itu. Yohan sudah tak berarti apa-apa bagi dua sejoli itu.Saat keduanya naik ke lantai dua, menapak sambil tertawa cekikikan, keduanya di kejutkan dengan suara Yohan."Kalian dari mana malam-malam begini?" Tanyanya."Bukan urusanmu." Regan tidak akan kalah dengan intimidasi tiba-tiba dari Yohan."Sebenarnya memang bukan urusanku. Tapi kalian berdua sangat mengganggu pandanganku. Kalau ingin bermesraan, pergilah ke hotel. Bukan di sini tempatnya.""Kau cemburu?" finish Regan."Apa? Hei Regan, sejak kepulanganmu hari itu, kalian berdua terlihat semakin d
"Bukan. Sebenarnya aku berbohong saat itu. Dia adalah kekasih Regan. Tapi juga memiliki hubungan denganku."Kedua mata Alice melebar sesaat,"Apa katamu?" Desisnya.Yohan diam. Dia tidak ingin membuka rahasia terlalu dalam. Walau dia ingin menarik Jane kembali ke dalam pelukannya, tapi dia tidak segila itu membuka rahasia Jane pada wanita seperti Alice. Masalah bisa semakin besar kalau Alice tahu siapa Jane sebenarnya dan apa yang mereka berdua lakukan. "Regan merebutnya dariku. Padahal aku masih memiliki perasaan pada wanita itu. Entah cara apa yang Regan gunakan. Yang pasti, Dia cukup hebat mengalihkan perasaan Jane padanya.""Jadi nama wanita itu adalah Jane?""Hem. Katrina Jane.""Aku pikir nama kekasih Regan adalah Caty. Paman yang memberitahuku.""Ayah mempunyai panggilan kesayangannya sendiri. Yang lebih penting sekarang, aku ingin Jane kembali padaku."Alice menyeringai. Dia tahu betul kalau Yohan kesini karena ingin meminta bantuan padanya."Apa yang bisa aku lakukan untuk mem
"Brengsek! Sialan! Aku akan membunuh kalian semua! Aku akan membunuh kalian semua!"Suara gebrakan serta teriakan memenuhi ruangan. Alice membuang segala macam barang yang bisa dia lihat dan melemparnya ke semua arah. Wajahnya merah, air matanya mengalir. Dia sangat marah sampai tidak bisa membendungnya lagi. Meledak sampai tidak bisa lagi dia kendalikan. Tangannya meraih ponsel yang berada di dalam tas. Jemarinya menekan nomor Yohan dan menelfonnya. "Ya?" Jawab Yohan di seberang."Sial! Kau membuat aku di permalukan! Kenapa kau tidak bilang kalau mereka akan menikah?! Kenapa kau membuatku menjadi seorang pecundang?!" Teriaknya. "Tunggu. Apa maksudmu? Kau ini bicara apa?""Jangan berlagak tidak tahu apa-apa! Kau sengaja mengirimkan ku pada mereka agar aku bisa di permalukan, kan?! Dasar sial!" "Diam dan jawab pertanyaanku dengan tenang! Apa yang sebenarnya terjadi? Kau sudah bertemu dengan mereka?" "Aku mendatangi rumah ayahmu dengan niat ingin mendengar kabar mereka. Tapi secar
Mendapat sebuah peringatan dari Yohan tidak begitu saja membuat Jane percaya. Namun tidak pernah Jane lihat Yohan seserius itu sebelumnya. Kedua matanya tersirat kejujuran. Tidak ada kebohongan atau pembodohan atas dirinya.Jane yakin kalau Yohan bicara apa adanya. Hanya saja dia tidak mengaku bagaimana caranya dia mendapatkan informasi itu. Bisa saja ini drama, atau akting belaka? Ah tidak-tidak. Yohan sepertinya bicara jujur. Semua kalimat itu membingungkan Jane. Tapi tetap saja jatuhnya dia percaya dengan semua perkataan Yohan. Tidak ada salahnya lebih waspada pada Alice setelah Jane melihat bagaimana sikapnya kemarin.Pun, Dia bermaksud membicarakan soal semalam pada Regan. Karena mau tidak mau, pria itu lah yang bisa membantunya. Malam itu, tepatnya pukul tujuh malam, Jane mendatangi kamar Regan dengan membawa segelas susu dan setumpuk roti lapis yang baru saja dia buat. Ini adalah caranya untuk merayu prianya. Dia tak akan begitu saja mengatakan semuanya secara langsung. Karen
Besoknya...Pagi itu lebih sibuk dari biasanya. Bukan hanya karena pekerjaan, tapi karena ada berita bahagia yang akan Regan publish ke media soal rencana pernikahannya dengan Jane. Tuan Abraham yang notabenenya sangat mendukung dengan keputusan itu ikut semangat menyebarkan berita tentang pernikahan putra kesayangannya ke kolega serta semua keluarga besar Foster. Pun sejak menapakkan kakinya ke perusahaan, senyum Tuan Abraham tidak pernah luntur. Mau dengan siapa dia berpapasan, entah itu karyawan biasa ataupun staff kebersihan, Tuan Abraham akan tersenyum ramah padanya. "Kau lihat itu? Presiden Direktur tersenyum ke kita. Apa ini mimpi?" Bisik salah satu staff wanita yang tidak Sengaja berpapasan dengannya di pintu masuk. "Mungkin sesuatu yang bagus baru saja terjadi," jawab staff wanita satunya ikut tersenyum."Apa karena Direktur Utama kita akan menikah?" "Maksudmu Direktur Regan? Kau yakin? Jangan menyebarkan rumor lagi kalau kau tidak ingin di tendang dari MH Grup.""Apa ma
"Sial! Apa yang sudah dia lakukan?" Gumam Madam. "Jadi benar Jane sudah tak lagi bekerja di sini, Madam? Wah, jadi saat aku bertemu dengannya di pusat perbelanjaan itu, Dia sudah menjadi simpanan Direktur kaya raya?"Mendengar Rose bicara seperti itu, perhatian Madam teralihkan."Dimana kau bertemu dengannya?" "Di pusat perbelanjaan dekat perumahan mewah New York. Saat itu aku bertemu dengannya secara tidak sengaja. Tapi dia tidak bersama dengan pria yang ada di artikel itu. Pria yang bersamanya jauh lebih muda. Dan tentunya juga tampan."Madam melemparkan ponsel Rose dan dengan sigap Rose menangkapnya."Pergilah. Jangan ikut campur urusan Jane. Fokus saja pada pekerjaanmu." Madam masuk ke dalam ruangannya, lantas menutupnya dengan keras. Terlihat sekali kalau wanita itu sedang emosi. Tapi Rose tidak tahu dia emosi karena apa.Setelah mendapatkan kabar penting dari Rose, Madam segera mengambil ponselnya lantas menekan nomor yang ada di kartu nama yang pernah Regan beri. Namun berapa
"Aku ingin bertemu dengan Regan Foster. Apa dia ada di rumah?" Madam mengulangi ucapannya di depan interkom. Tapi pembantu yang ada di seberang tidak menjawab. Tapi kemudian tidak lama dari itu suara serak menjawabnya,"Siapa kau? Apa urusanmu datang kesini?" Tanyanya dan itu Yohan. "Apakah ini Tuan Regan?""Bukan. Aku kakaknya. Ada perlu apa kau datang ke sini mencari Regan?""Bisakah aku bertemu denganmu sebentar? Ada hal penting yang harus aku katakan pada Tuan Regan."Tidak ada balasan dari interkom yang ada di depannya. Namun tidak lama kemudian, pintu terbuka menampilkan wajah dingin Yohan yang menyambut Madam dengan tidak ramah."Siapa kau?" Tanya Yohan ketus. "Aku Madam. Aku dan Regan, kita saling mengenal."Yohan tidak menjawab, namun tatapannya meneliti Madam dari atas sampai bawah."Ada urusan apa kau mencari Regan?" "Bisakah aku bertemu dengannya dulu? Ini sesuatu yang penting.""Dia tidak ada di rumah. Kembalilah lusa atau kapan." Yohan hendak menutup pintunya, namun Ma
Setelah mendapatkan kabar itu, Regan berubah menjadi diam. Sungguh dia tidak mengira kalau secepat ini Madam mendatanginya. Yang lebih membuat tidak percaya, Madam mendatangi rumahnya. Bagaimana bisa wanita itu tahu alamat rumahnya padahal tidak sembarang orang yang mengetahuinya? Pun saat dia kembali ke kolam renang, setengah sadar dia berjalan seperti orang linglung. Dia sama sekali tidak khawatir dengan hal lain seperti terbongkarnya identitas Jane yang sebenarnya di media, tapi dia tidak akan sanggup jika melihat Jane sedih mendapatkan cibiran serta hinaan yang pastinya dia dapatkan dengan sangat kejam. "Regan, Kau baik-baik saja?" Tanya Jane namun yang di tanya hanya melamun saja. Dia bahkan tidak menoleh ke arah Jane. Tatapannya kosong seperti orang yang baru saja mendapatkan kabar buruk."Regan?" Tangan Jane memegang bahu Regan dan seketika itulah Regan tersentak."Iya?" "Kau baik-baik saja? Apakah terjadi sesuatu?" "Ah tidak. Aku baik-baik saja."Jane mengerutkan dahinya.
Tiga tahun kemudian~ Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Waktu berlalu begitu cepat. Kehidupan berjalan seperti biasanya, kebiasaan juga tetap terjadi di setiap harinya. Setelah mengetahui Jane hamil saat itu, keluarga Foster seakan si beri sebuah berkah tak terduga. Di samping saham MH meroket naik, nama Regan pun ikutan naik kembali. Berbanding terbalik dengan MH, E & A jatuh sesuai apa yang Regan katakan. Sahamnya anjlok, nama E & A pun juga ikut jelek. Banyak dari staf keluar dan tidak pernah kembali. Memilih masuk ke MH yang saat itu tengah membuka lowongan kerja. Tuan Easter di jatuhi hukuman tiga tahun penjara, tapi entah kenapa dia juga mengaku kalau dia adalah pelaku yang meneror Jane saat itu sehingga hukumannya menjadi lima tahun. Sengaja dia melakukannya karena sadar jika Regan mempunyai bukti lagi atas teror yang saat itu terjadi, bisa di pastikan kalau Alice akan di penjara juga. Mendapati ayahnya masuk penjara untuknya, Alice memilih p
Setelah sekian lamanya, kaki Jane menapak kembali ke rumah besar bercat putih yang dia tinggalkan dengan sengaja. Bujukan Regan kemarin yang menceritakan soal kesehatan ayah mertuanya membuat hati Jane tergerak. Tujuan utama dia pergi, di karenakan dia ingin Tuan Abraham bisa memulihkan kesehatannya. Namun, setelah mendengar kalau dia tidak baik-baik saja, tidak mungkin Jane membiarkannya. Dia pulang, ingin memastikan keadaannya seperti apa yang Regan katakan. Saat kakinya sudah di ambang pintu, Dia berhenti melangkah. Regan yang berada di dekatnya sampai heran,"Ada apa?" Tanyanya. "Tidak. Hanya saja aku merasa takut jika ayah masih marah padaku." Regan tersenyum tipis, menggenggam jemari Jane yang menggantung lantas mengecupnya."Percayalah padaku. Dia sudah sangat mengharapkanmu kembali. Bukan hanya aku, Juan, Yohan, apalagi ayah, merindukan dirimu, Jane." Jane menoleh kebelakangnya. Di sana berdiri Juan dan juga Emely yang kini tersenyum lebar. Bahkan Emely terlihat ingin
"Dia sedang mengandung. Jane, hamil anakmu, Kak Regan." Regan membisu, tubuhnya membeku. Dia terduduk kembali dengan badan yang gemetar hebat."Dia hamil? Kau yakin mendengar itu?" "Aku sangat yakin." "Istriku sedang hamil," ucapnya menutup mukanya. Regan menangis, tapi tidak dengan tangisan kesedihan. Namun dia sangat bahagia karena mendengar kabar baik itu. Walau di sisi lain dia sangat menyesali perbuatannya karena tidak segera mencarinya, tapi setelah mengetahui tempatnya sekarang, Dia lega. Pun, saat itu juga Regan langsung memesan dua tiket ke Virginia, untuknya dan untuk Juan. Sengaja Yohan tidak dia ajak karena sejak masalah terakhir itu, kesehatan ayahnya sedikit terganggu. Tuan Abraham berada di rumah dan Yohan berada di sana untuk menjaganya. Butuh waktu tidak begitu lama untuk sampai ke Virginia, apalagi lewat jalur udara. Hanya butuh 1 jam dan hanya naik taksi sebentar yang akhirnya mereka sampai di alamat yang Emely berikan. Saat kedua pria itu turun tak
"Nona, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Emely tapi Jane hanya diam saja masih tidak percaya dengan keadaan yang terjadi setelah kepergiannya. "Apa maksudmu?" Lirik Jane mengubah suasana menjadi tidak enak. Emely terkesiap mendengar nada yang berbeda. Jane terdengar tidak suka. "Em...maksud saya, masalah anda sepertinya sudah selesai, Nona. Tuan Regan sangat hebat membalikkan situasi ini. Apakah anda tidak ingin kembali?"Jane menghela napas panjang, menatap ke arah luar jendela lagi."Aku yakin Regan pasti bisa menyelesaikan masalah yang menerpa kami. Kabar soal Tuan Easterlah yang ternyata dalang di balik artikel itu, tentunya membuat ku sedih. Aku sangat menyayangkan sikapnya itu yang berusaha menghancurkan pernikahan kami. Tapi, daripada bertanya bagaimana sekarang, Aku lebih memikirkan keadaan ayah. Dia pasti syok karena di khianati teman baiknya sendiri."Emely menunduk, dia diam saja takut dan segan. "...Aku masih tidak bisa kembali, Emely. Walau masalahku selesai,
"Alice, hubungi pengacara kita dan ceritakan apa yang terjadi padanya." Lanjutnya lantas pergi dari sana di dampingi oleh dua polisi. "Ayah! Tidak! Jangan pergi!" Teriaknya berusaha untuk memberontak dengan mencekal tangan ayahnya namun dengan cepat, Yohan menyahut lengannya dan menariknya kebelakang. Membuat cekalan tangan Alice pada ayahnya terlepas. "Jangan berbuat apapun atau kau akan menyesalinya," tekan Yohan menatap tajam Alice. Sedangkan Tuan Easter sudah turun lebih dulu. Regan hanya terdiam di tempatnya. Sama sekali enggan untuk bicara. Hanya menatap ke arah Alice dan Yohan yang saat ini sedang berseteru. Lagi-lagi Alice menghentakkan tangannya hingga terlepas."Kau yang akan menyesalinya karena berurusan denganku!" Balas Alice dengan mata merah dan sedikit bengkak. "Alice..." panggil Regan dan tatapan Alice teralihkan ke Regan."Aku memaafkanmu, dan berjanji akan menutup mulutku atas apa yang sudah kau lakukan pada Jane karena aku masih menganggapmu sebagai teman. Aku mo
"Maafkan saya, Nona. Tapi ada polisi di depan. Mereka mencari Presdir."Tuan Easter dan Alice kaget. Mereka saling berpandangan."Polisi?" Gumam mereka hampir bersamaan."Kau bilang apa barusan? Polisi?" Ulang Tuan Easter. "Iya, Presdir. Mereka mencari anda."Tuan Easter bingung sekaligus khawatir. Kenapa polisi datang mencari dirinya? Padahal dia tidak melakukan apa-apa.Begitu sekretarisnya keluar, dua orang polisi masuk ke dalam ruangan. Mereka berbadan tinggi tegap dan berpakaian biasa. "Tuan Easter?" Panggil salah satunya. "Iya. Saya Easter. Ada perlu apa kalian mencariku?""Bisakah anda ikut kami ke kantor polisi?""Apa? Kenapa aku harus ikut kalian kesana? Apa yang sudah aku lakukan?""Anda di laporkan atas tindakan pencemaran nama baik tanpa bukti. Silahkan ikut kami ke kantor polisi untuk di mintai keterangan."Alice terkejut bukan main, sedangkan Tuan Easter melotot tak percaya."Apa?! Siapa yang dengan lancang melaporkanku ke polisi, hah?! Dasar kurang ajar!" Teriaknya ma
Lusanya...Regan mengadakan jumpa pers setelah mempertimbangkan banyak hal. Dia sudah meminta izin pada ayahnya, dan Tuan Abraham pun tidak banyak berkomentar. Dia hanya diam namun tidak mencoba untuk melarang. Mungkin di dalam hatinya yang terdalam, Tuan Abraham tidak setuju dengan tindakan Regan yang akan mengungkap kejadian sebenarnya, tapi di sisi lain, Dia sudah terlanjur sakit hati dengan kelakuan teman dekatnya itu yang diam-diam ingin menikamnya dari belakang. Seakan baru saja mendapatkan berita besar, kala itu banyak wartawan yang hadir di sana. Bahkan tidak hanya Regan, ada Yohan dan Juan yang menemani. Regan tidak ragu sama sekali dan sangat yakin dengan tindakan yang akan dia lakukan. Pukul 12.30, semua sudah berkumpul. Sudah setengah jam yang lalu wartawan dari segala media sudah menunggu. Regan masuk di dampingi oleh seorang pengacara, juga Yohan di belakangnya. Melihat sosok Yohan, banyak wartawan saling bertatapan. Dia tak pernah melihat sosok asing yang kini menge
Pagi itu Regan tidak pergi bekerja. Dia sengaja meliburkan diri hanya untuk menemui Tuan Easter di perusahaan miliknya, yaitu E & A Grup.Dari awal datang, tak sekalipun Regan mengatakan apapun pada Alice. Niat ini juga tanpa sepengetahuan ayahnya. Namun dengan ucapannya semalam menunjukkan kalau ayahnya tidak akan melarang apa pun yang akan di lakukan oleh Regan. Entah itu masalah Jane, atau masalahnya dengan Tuan Easter.Melihat bagaimana ekspresi ayahnya semalam, Regan sangat yakin kalau dia sudah sangat kecewa pada temannya itu. Pun ayahnya tidak akan melarang jika seandainya dia tahu apa yang akan dilakukannya setelah ini."Apa Paman Easter ada di ruangannya?" Tanya Regan langsung saat dia berada di depan sekretaris. "Presdir ada di dalam, tapi sedang tidak bisa di ganggu. Kalau boleh tahu, anda siapa? Dan apa keperluan anda? Saya akan menjadwalkan pertemuan dengannya."Regan tidak menjawab, dia langsung saja melangkah ke arah ruangan Tuan Easter. "Anda mau kemana?! Tunggu, Tua
Di lain tempat, Tuan Easter menutup pintu mobilnya keras, lebih tepatnya membanting pintunya keras. Dia kesal setengah mati mendengar semua ucapan itu dari mulut Regan dan berpikir bagaimana caranya dia tahu kalau dialah orang yang memberi informasi pada reporter itu.Alice nampak sangat tenang. Padahal ayahnya sedang kalut luar biasa. Mereka masuk ke dalam rumah. Tuan Easter melepaskan kancing bagian atas kemejanya lantas duduk di sofa ruang tamu. "Ayah terlihat sangat khawatir," ucap Alice ikut duduk di seberang ayahnya. Kedua kakinya ia silangkan. Dia tersenyum saat melihat ayahnya seperti itu."Tentu saja aku khawatir. Berani-beraninya Regan mengatakan semua itu di depan Abraham. Dan lagi, Reporter sialan itu sudah mengkhianatiku. Sialan! Aku akan memberi pelajaran padanya.""Ayah, bukankah dia sudah tak lagi berada di apartemennya?""Apa? Bagaimana bisa kau tahu?""Aku hanya menebaknya. Kalau Regan sudah menemuinya, kemungkinan besar dia akan menghilang. Seperti halnya ayah Jane