Degupan jantung Naya berdetak begitu kencang. Tatapan mata Alen, tubuhnya yang begitu mendekat membuat Naya tak mampu menegak salivanya sendiri."Mas, aku ambil ...," kata Naya terkejut saat Alen mulai mendaratkan ciuman tepat di bibir mungilnya. Perlahan, Alen melepas ciumannya. Senyumnya tertoreh menatap wanita yang kini telah menjadi bagian dari dirinya."Ijinkan aku melakukannya!" ucap Alen seraya menyapu sehelai rambut yang menutupi wajah cantik istrinya itu.Naya tersenyum. Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap menatap lelaki tampan yang kini berada di atasnya."Mas, bukankah aku pernah bilang, sejak mas Alen mengikat janji suci untukku. Aku sudah merelakan dan menyerahkan tubuhku ini sepenuhnya untuk, Mas!" kata Naya menyatukan kedua tangan tepat di leher suaminya."Mulai sekarang, jika mas ingin melakukannya, Mas Alen tak perlu meminta ijin dulu padaku. Llakukanlah! Dengan senang hati aku akan menerimanya."Perkataan Naya benar-benar membuat Alen tak mau menahannya
Perlahan, Naya mendongak. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa saat melihat ekspresi wajah suaminya mulai memperlihatkan sikap kasarnya kembali.Ya Tuhan, bagaimana kalo mas Alen berubah perasaan setelah mengetahui kalo aku ini adalah orang yang pernah mengecewakan dirinya? Padahal, aku baru saja merasakan kasih sayang tulus darinya. Apa lebih baik aku tak mengatakannya saja? gumam batin Naya seraya mendongak menatap sang suami yang telah menanti jawaban darinya."Jadi bercerita tentang masa lalu kamu?" tanya Alen mengeryit. Kedua alisnya seakan bertaut mengimbangi dua mata yang mulai menyipit.Bibir Naya melipat. Perlahan, ia mulai berdiri sembari meraih jari jemari tangan Alen."Mas, apa mas akan meninggalkanku jika masa laluku begitu menyakiti hatimu?" tanya Naya hati-hati."Tergantung!" jawab Alen menatap naya yang seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Dua bola mata indahnya berbinar seperti menyimpan rasa takut yang begitu mendalam.Bagaimana ini? Bagaimana kalo mas Ale
"Ok! Deal, ya, Om?" Arga mengulurkan tangan dan menjabat tangan pak Lukman yang lebih kekar darinya.Tak anak tak ibunya, ternyata sama serakahnya jadi orang! Lihat saja, aku akan membalas rasa sakit yang dulu pernah mereka tujukan padaku! gumam batin Pak Lukman mencoba untuk tersenyum di hadapan Arga."Secepatnya, saya akan menyusun rencana buat kita!" ujar Arga dengan penuh keyakinan.Di rumah, Alen tersenyum menatap kedua bodyguardnya yang makan dengan lahapnya."Kalian ini, makan sebegitu banyaknya tapi kenapa badan kalian tak gemuk-gemuk?" tanya Alen memicing seraya menopangkan kedua tangan di dada.Mereka mendongak dan tersenyum menatap satu sama lain."Nggak apa, Mas. Yang penting kami sehat dan bisa mendampingi mas Alen kemanapun mas pergi! Ya kan, Niel?" ujar Diego menaikkan alisnya yang tebal."Heem. Tapi, bukankah masakan ini buat mbak Naya, Mas. Kenapa mas Alen menyuruh kami memakannya? Apa ini tidak akan menjadi masalah besar jika bunda tau?" tanya Dhaniel mengingatkan.S
Spontan, Alen melindungi tubuh istrinya saat Diego menghentikan mobil secara mendadak."Apa yang terjadi?" tanya Alen mengeryit menatap kedua bodyguardnya keluar menghampiri beberapa orang yang seperti mencari masalah.Siapa lagi mereka? tanya batin Alen mengernyit memandang ke arah mereka yang terlihat sedang berbicara sesuatu. Tak sampai dua menit, mereka berjabat tangan dan seakan menyudahi pembicaraan mereka.KlekDiego dan Dhaniel masuk mobil secara bersamaan. "Siapa mereka? Apa kalian kenal?" tanya Alen penasaran."Iya, Mas. Mereka tadi temanku di kampung, mereka bilang kalo jembatan menuju kampung rusak dan tak bisa di lewati oleh mobil!" tutur Diego melajukan mobilnya kembali."Trus, bagaimana kita bisa sampai ke kampung?" tanya Alen seraya merapatkan bibirnya seraya perlahan."Tenang saja, Mas. Mereka akan menunjukkan tempat di mana keinginan mbak Naya akan terpenuhi. Tempatnya sebelum menuju ke kampung halamanku, Mas!" sahut Dhaniel yang membuat Alen bernafas lega.Setenga
"Darimana kamu tau kalo kakak adalah Alen Towsar?" tanya Alen memegang bahu kecil bocah tersebut."Alen, bagaimana kabar kamu?" Suara seseorang yang begitu familiar di telinga Alen. Alen menoleh dan terkejut melihat wanita yang sangat ia kenal berjalan menghampiri dirinya."Karen?" kata Alen tersenyum saat melihat sahabatnya tersenyum ke erahnya.Cantik, sexy, seakan tak seperti ibu dari anak tersebut."Apa ini anak kamu?" tanya Alen mengelus rambut bocah kecil itu yang berdiri di samping sahabatnya."Heem. Dia sangat mengidolakanmu. Dan, aku telah berjanji padanya kalo pulang dari Belanda aku akan mempertemukan kalian," kata Karen menjelaskan.Naya mengerling. Tatapan matanya tak berhenti menatap ke arah mereka yang terlihat sangat akrab. Sudut matanya mengerut, bibirnya memanyun saat Alen tersenyum manis ke arah wanita yang berdiri di hadapannya.Kenapa mas Alen tak memperkenalkan aku? Apa mereka mempunyai hubungan khusus sampai-sampai dia tak menghiraukan kehadiranku di sini? gumam
Naya mengambil dan mulai membacanya di bawah sinar lampu di taman restauran tersebut.Kedua matanya terbelalak kaget saat melihat nominal uang yang tertera di layar kwitansi tersebut.What? Pohon mangga ini harganya lima belas juta? batin Naya seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Ia mendongak, menatap lelaki yang saat ini begitu perhatian kepadanya."Serius, hanya ambil lima saja?" tanya Alen menoleh melihat naya memanyunkan bibirnya. Wajah cantik yang terbiasa ceria mendadak redup tak bersemangat lagi."Harganya lima belas juta, Mas?" tanya naya memastikan.Alen menghela nafas panjang. Ia mulai meletakkan mangga ke bawah dan berjalan menghampiri istri tercintanya."Apa bermasalah dengan harga lima belas juta?" tanya Alen sembari memegang kedua pipi yang dimiliki kanaya.Bibir Naya merapat. Kedua bola matanya berbinar mengimbangi tegakan salivanya yang mengalir dengan paksa."Mahal, Mas! Mana sanggup aku membayarnya," gumam Naya yang membuat Alen terkekeh mendengarnya."Membay
"Nih, lihatlah! Kamu memposting enam jam yang lalu," kata pak Andre memperlihatkan pada Alen.Alen terbelalak kaget. Ia seakan tak percaya melihat apa yang tak pernah ia lakukan terpampang jelas di sosmed miliknya.Siapa yang membajak sosmedku? batin Alen bertanya. Di rumah, Naya tak sabar ingin menyaksikan acara langsung balap motor dari balik layar Televisi yang terpampang begitu besar di kamarnya. Kedua kaki melipat, jari jemari tangannya dengan setia menggengam camilan untuk dirinya."Ternyata seru juga menontonnya!" kata Naya menatap ke arah perutnya. Perlahan, ia mulai mengelus sembari tersenyum manis."Sayang, kamu tau! Dulu, sebelum bertemu dengan bunda, papa kamu adalah salah satu di antara mereka!" tunjuk Naya ke arah pembalap."Bahkan, bunda juga tak mengetahuinya!" gumam Naya tersenyum menatap wajah tampan suaminya yang mulai muncul di balik layar televisi tersebut.GlekTegakan salivanya mengalir dengan paksa. Ia tak menyangka dan tak habis pikir jika suaminya terlihat sa
Sesaat, bayangan wajah naya melintas di pikirannya. Senyum manis naya, rambut indah yang terurai membuat Azka tak bisa melupakan betapa sempurnanya wanita itu di matanya."Bagaimana kabar wanita itu?" tanya Azka menghela nafas panjang. Sudut matanya mengerut menatap ke arah teman-temannya yang sudah berkeluarga."Argh, sudah seharusnya aku memenuhi keinginan ayah untuk mencarikan menantu untuknya!" gumam Azka melajukan motor balapnya.Di rumah, bunda tak berhenti mengusap perut naya yang masih terlihat rata. Senyumnya selalu tertoreh dan seakan tak mampu menyembunyikan rasa bahagianya itu. Calon cucu yang akan menjadi penerus dirinya."Bunda, bunda tau darimana kalo naya sedang hamil? Apa mas Alen yang memberitahu bunda tentang semua ini?" tanya Naya penasaran."Ah, mana mungkin suami kamu memberitahu bunda akan hal ini. Sejak melihatmu makan rujak itu, bunda sudah menduga kalo kamu lagi ngidam. Makanya, bunda mengirimkan kamu sebuah tespeck dalam kotak kecil yang pernah bunda kirim k