"Coba kamu hubungi Naya!" perintah bunda yang membuat Dhaniel terdiam sejenak." Kenapa diam? Buruan!"
"Maaf, Bunda! Tapi masalahnya, mbak Naya tidak memiliki Hp, Bun!" tutur Dhaniel mengejutkan sang bunda.
"Apa? Naya tidak memiliki Hp? Bagaimana bisa istri dari Alen Towsar tidak memiliki Hp?" Amarah bunda yang setahun tidak pernah terlihat kini mulai muncul.
Dhaniel menunduk, terdiam terpaku mendengar amarah sang bunda.
"Dhaniel, hubungi pak Broto sekarang! Suruh pak Broto untuk membelikan Handphone baru yang paling mahal untuk menantu bunda!" perintah bunda seraya memegang dadanya yang mulai terasa sakit.
"Baik, Bunda!"
Bunda menghela nafas panjang. Ia tak habis pikir jika putranya tidak memikirkan kebutuhan Kanaya sama sekali.
Alen-alen, Hp itu sangat penting, lho! Bisa-bisanya kamu membiarkan istri kamu sama sekali tidak memegang ponsel? batin bunda kesal.
****
Azka tak berhenti tersenyum menatap Naya yang
Jika aku tau kehidupanmu sepahit ini, mungkin aku tak akan menjadikanmu sebagai istri kontrakku! kata batin Alen menutup kembali pintu kamar milik bundanya.Kedua manik bola mata Naya tak berhenti mengerjap melihat sebuah handphone mendarat di tangannya."Naya, maafkan sikap Alen, ya! Bisa-bisanya dia lupa tidak memberikan fasilitas untuk kamu. Ambillah! Bunda sengaja membeli handphone ini untuk kamu," ucap bunda yang membuat Naya seakan tak percaya dengan perlakuan mertuanya itu.Naya tersenyum. Perlahan, ia mulai mengembalikan handphone itu pada bunda elena."Kenapa Naya? Apa kamu tidak suka dengan model handphonenya? Bilang saja, kita bisa menukarnya?" tanya bunda bingung dengan sikap Naya yang menolak pemberiannya."Maaf, Bun. Bukan begitu. Handphonenya sangat bagus dan malahan terlihat lebih mahal dari miliknya mas Alen. Tapi, Naya tidak bisa menerimanya tanpa mendapatkan ijin dari mas Alen terlebih dulu. Sekali lagi, Naya minta ma
BukAlen terbangun. Kedua matanya tak berhenti mengerjap melihat tubuh indah yang dimiliki Naya menimpa dirinya. Degupan jantung Naya begitu terasa di dadanya.Bola mata indahnya, hidung mancung, bibirnya yang mungil yang di miliki Naya membuat Alen tak mampu berpaling.Cantik! batin Alen seraya menyapu rambut Naya yang mengganggu pandangannya."Mas," kata Naya terkejut saat Alen membalikkan tubuhnya.Kedua bola matanya tak berhenti mengerjap. Jantungnya berdetak begitu kencang melihat tatapan lembut yang tersirat di diri suaminya.GlekTegakan salivanya mengalir dengan paksa. Kedua kakinya seakan tak mampu bergerak saat kaki Alen dengan kuat menindihnya.Alen benar-benar tak bisa menghentikan gairah yang mulai membara di dirinya. Wajah cantik yang dimiliki istrinya membuatnya tak bisa berpaling lagi.Naya tersenyum dan bersiap menerima apa yang akan dilakukan oleh suaminya. Perasaan terlarang yang seharusnya
Alen terdiam. Entah kenapa, ia teringat dengan kecantikan yang dimiliki istrinya.Cantik, lembut, sopan, rambut terurai, persis dengan Naya! batin Alen mendengar setiap kata-kata Azka yang memuji wanita barunya itu."Dia benar-benar membuat jantungku berdetak begitu kencang," kata Azka yang mulai mengeluarkan kata-kata playboynya.Kenapa aku mengaitkan sosok wanita itu pada Naya? Ya Tuhan, sejak berhubungan badan dengannya, pikiranku selalu tertuju padanya! gumam batinnya seraya menghela nafas panjang."Bagaimana kabar mereka? Apa semua baik-baik saja?" tanya Alen mengalihkan pembicaraan."Mereka baik-baik saja. Dan sebenarnya, mereka masih mengharapkan agar kamu kembali lagi. Tapi, aku tau itu tidak mungkin! Melihatmu berpakaian seperti ini dan berstatus sudah menikah pasti sangat sulit bagi mereka untuk membujukmu kembali," tutur Azka yang menatap Alen sangat nyaman dengan profesinya sekarang.***Bunda tersenyum senang ketika menta
"Naya, lain kali. Jika menghubungiku, pakailah handphone kamu sendiri! Dan jangan lagi, menggunakan milik orang lain ataupun milik bunda. Mengerti!" kata Alen mematikan ponselnya begitu saja.Naya terdiam. Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap seraya berpikir, mengingat kembali ucapan suaminya itu."Handphone kamu sendiri? Apa mas Alen lupa kalo aku tak mempunyai handphone?" tanya Naya sembari melipat bibirnya yang mungil.Di kamar, langkah Naya terhenti saat melihat ponsel berwarna merah tergeletak di atas meja riasnya.Kedua matanya mengerling sembari melangkah menghampiri."Handphone siapa ini? Apa handphone mas Alen ...," kata Naya terhenti.Pakailah handphone kamu sendiri!" Perkataan Alen yang mulai melintas kembali di benaknya."Apa handphone ini punyaku?" tanya Naya menatap ke arah kertas yang tergeletak di sebelahnya.Ia seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Jari jemari tangannya mulai meraih seca
Jadi, dia tak menyukai karena gaun ini terbuka?" Naya menatap gaunnya kembali.Sesaat, senyum manisnya tertoreh akan kesalahan pada gaunnya tersebut."Ibu, Naya akan mencoba membujuk mas Alen!" gegas Naya melangkah mengikuti suaminya."Tapi, Nay ...," kata ibu Ana yang menghentikan langkah Naya."Iya, Bu!"Ibu Ana mengambil setelan jas Alen dan menyerahkannya pada Naya."Tolong ini juga, ya! Biasanya, pengantin baru bisa merubah segalanya apalagi sudah merasakan ...," kata ibu Ana menaikkan alisnya sembari tersenyum senang."Ibu ...." Seketika, wajah cantik Naya mendadak memerah saat ibu Ana membahas hal sensitif itu padanya."Ya sudah, ibu pulang dulu, ya. Ibu yakin, dia pasti mau mendengarkan kamu!" kata ibu ana yang terlihat menaruh harapan besar padanya.Naya seakan tak mampu menegak salivanya sendiri. Kata-kata ibu Ana memang terdengar begitu manis di telinganya.Aku tak
"Mas, beri waktu aku sepuluh menit, ya. Hampir selesai, kok!" pinta Naya memohon.Alen mendesah. Dan mulai menoleh ke arah istrinya yang tersenyum manis ke arahnya."Apa perlu aku menyeretmu untuk tidur?"Senyum Naya memudar seketika saat mendengar ancaman suaminya yang membuatnya tak bisa melawannya lagi."Tidak, Mas!" jawab Naya memaksa untuk tersenyum."Ya sudah, tidur sini!" perintah Alen membuat Naya seakan tak percaya dengan perintah suaminya. Perintah yang mengharuskan Naya untuk tidur bersamanya tanpa rasa canggung sedikitpun."Iya, Mas!" kata Naya melangkah menghampiri Alen dan tidur di sampingnya.Naya menyeringai. Kedua matanya tak berhenti menatap wajah tampan yang dimiliki Alen. Matanya yang terpejam, hidungnya yang mancung, alisnya yang tebal membuat naya tak mampu berpaling lagi dari lelaki yang kini sudah menjadi suaminya.Alen membuka kedua matanya saat merasa ada seseorang yang memperhatikan dirinya. Ia menole
Ya Tuhan, apa aku di takdirkan untuk tidak menjadi wanita yang sempurna? Di saat aku ingin menjadi wanita yang sempurna, dia malah menghentikannya! gumam batin Naya seraya melipat bibir mungilnya.Naya menoleh menatap bunda Elena yang tertidur di sampingnya. Wajahnya yang cantik terlihat begitu lelah usai kontrol beberapa menit yang lalu.Drt ...Naya terkejut saat handphone miliknya berbunyi.Sesaat, dahinya mengernyit melihat nomor tak di kenal menghubungi nomornya.Siapa? batin Naya bertanya seraya mengangkat telepon yang masuk."Halo!" jawab Naya lirih.(Kamu di mana?)Naya terkejut saat Alen yang menelpon dirinya.Ya Tuhan, handphone ini kan hadiah dari mas Alen. Bagaimana bisa aku bertanya-tanya siapa yang menelponku! kata batin Naya menyeringai.(Naya, apa kamu mendengarkanku?)Suara Alen yang khas telah mengejutkan Naya."Iya, Mas. Aku baru selesai mengantar bunda kontrol. Sebentar lagi
"Spesialis dokter kandungan? Apa mbak Naya?" Dirga menyunggingkan senyumnya. Benar-benar kabar yang sangat menggembirakan bagi keluarga besar Towsar jika apa yang Dirga pikirkan terjadi pada naya."Apa aku harus memberitahu kabar baik ini sama bunda? Tapi, kalo aku bocorkan rahasia ini aku takut mas Alen marah besar padaku. Argh, sudahlah! Biarlah mas Alen yang memberi tahu kabar baik ini pada semua. Aku harus hargai privasi mereka!" ucap Dirga seraya masuk ke dalam mobil.Di dalam, Naya dan Alen seakan tak percaya dengan apa yang terlontar dari mulut dr.Anggara."Maaf, Pak Alen. Tapi, Pak Towsar sudah menyuruh saya untuk tidak mengabulkan permintaan itu." Perkataan dr. Anggara yang membuat Alen mendesah sebal.Di balik kekecewaan yang tersirat dari wajah Alen, ada hati yang gembira dengan berita tersebut.Naya menunduk dan bersyukur dengan kenyataan yang mulai berpihak padanya.Beberapa menit kemudianDirga terkejut saat meliha