Paginya Dion mengetuk pintu kamar Nanda, dia ingin membahas masalah Laura yang pernah memanggil Dokter. Tok... Tok... Tok...Suara pintu itu bikin Nanda bergerak membukanya. Ekspresi wajah Nanda benar-benar suntuk menilik kembali tentang kemarin berdebat bersama Dion."Ada apa?" tanya Nanda."Aku mau tanya tentang kamu pernah pingsan terus Laura manggil Dokter senior Alvin," jawab Dion menjelaskan niatnya.Nanda pun keluar, mereka menuju ruang tv. Saat itu juga Nanda menceritakan perlakuan Feni, Bianca dan Laura. Mereka seperti menindasnya dan membuat tubuhnya sakit. Terutama di bagian perut, Nanda waktu itu jatuh pingsan."Aku ngelakuin semua yang di suruh Feni dan Bianca. Waktu itu perut aku sakit banget, kepala aku pusing terus tubuh aku kurang fit jadi aku pingsan," terang Nanda."Mereka bertiga lebih keji menindas aku setelah kejadian aku pingsan. Aku sudah seperti sasaran mereka untuk di mangsa, mereka sengaja bikin aku tertekan," oceh Nanda mengadu pada Dion dengan nafasnya men
Tidak lama kemudian, Dion datang ke restoran Hotel, dia terkejut melihat banyak sekali orang yang duduk di meja makan.Sontak Laura mendatangi Dion dan merangkul tangan Dion, mengajaknya duduk di sampingnya. Secepatnya Dion menggibas tangan Laura, dia memasang tatapan ganas pada Laura."Apaan sih," celetuk Dion."Duduk lah Dion," pinta Papanya."Nanda mana?" tanya Dion."Dia sedang ke toilet," jawab Papanya Dion.Lekas Dion berjalan ke tempat duduk dekat dengan kursi Nanda. Dia melirik kehadiran orang tua Laura di tengah keluarganya, yang jelas tidak ada hubungan kerabat dengan keluarganya Dion.Nanda pun kembali, senyum riangnya terpancar kareba menyadari Dion sudah datang."Akhirnya kamu datang juga, aku sudah kayak patung pajangan di sini," bisik Nanda."Selesai aku makan kita pergi," bisik Dion juga.Nanda menganggukan kepala setuju dengan perkataan Dion. Di kursi seberang Laura menggerutu, dia tidak terima Dion menolak ajakannya.Dia suntuk sekali selalu menatap benci interaksi Di
Keesokan paginya Dion berniat minta maaf pada Nanda. Dia masuk ke tempat tidur Nanda lalu bicara dengan nada, jika ia merasa menyesal."Maafkan aku," ucap Dion terduduk di samping Nanda yang saat itu masih tidur di atas ranjang.Menanggapi perkataan Dion, Nanda membalikan badan dan menghadap ke Dion."Minta maaf untuk apa?" tanya Nanda jutek."Aku sudah bikin kamu marah," jawab Dion murung."Kamu gak buat aku marah, aku yang salah. Aku tiba-tiba kacau terus ngamuk dan pergi saja dari kamu," terang Nanda coba menjelaskan perasaannya."Pasal apa kamu ngamuk sama aku?" tanya Dion penasaran.Nanda terdiam, dia pun tidak ingin perpanjang masalah yang sudah berlalu. Buang-buang waktu membahas masalah hati berulang terus, berujung perdebatan."Aku masih lelah mau istirahat sebaiknya kamu keluar," usir Nanda segera tubuhnya belakangi Dion.Lantas Dion keluar pergi dari hadapan Nanda. Dia menunggu Nanda sampai membaik kembali.Dion masih rela menungguin Nanda yang tak kunjung keluar, sesaat ket
Hari demi hari sudah mendekati pernikahan Gerry, tidak ketinggalan tenda penyambutan pengantin wanita di gelar. Selesai resepsi pernikahan Gerry nanti, di rumah Papanya Dion akan di adakan ngunduh mantu. Panggung yang cukup besar sudah terpampang jelas di halaman rumah. Feni sangat antusias dan heboh jika menyangkut acara pesta besar. Nanda berdiri tepat di halaman rumah, dia memandangi sekeliling tampak banyak orang, sibuk menata acara ngunduh mantu Karina.Penyambutan luar biasa untuk Karina, istri Gerry. Berbeda dengan Nanda dulu, ketika Dion dan Nanda menikah. Semua serba mandiri dan sat set, tidak ada kehebohan. Semua di atur Hanif dan wedding orginizer. Tidak ada pesta di rumah Papanya Dion maupun rumah Ayahnya. Feni juga tidak mengadakan ngunduh mantu menyambut dirinya. Ketika ia menjadi istri Dion, hanya penyambutan bendera perang yang berkibar di tengah keluarga Dion."Tidak perlu irih, sebentar lagi tidak ada lagi acara untuk anak-anak dari Feni," omong Dion mengajak Nanda b
Tepat di pagi hari, Nanda puyeng sekali dan rasa mualnya meningkat. Dia berjalan kesakitan dengan perut terasa melilit, rasa mual bergejolak. Gedoran pintu dari Nanda terdengar di telinga Dion, ia gerak cepat membuka pintu ruang kerja."Dion...""Dion...""Bangun perut aku sakit banget," rintih Nanda.Lekas Dion membopong Nanda ke sofa ruang tv, dia memberi Nanda air hangat dan membuat bubur instan sebelum meminum obat mual."Ayo Nanda lima suap aja, paksa jangan mau kalah sama rasa mual kamu. Demi janin kita," bujuk Dion mengelus wajah Nanda."Uuuweeek..." Nanda berlari kencang ke kamar mandi, ia muntah hebat, bahu belakangnya di tepuk-tepuk Dion agar dada Nanda terasa lega.Dion reflek mengendong tubuh Nanda, kerlipan kedua mata Nanda spontan jantungnya berdegub cepat tak beraturan.Kelihatan Dion perhatian sekali pada Nanda, kehangatan dan rangkulan yang di berikan Dion bikin Nanda kembali menyimpan perasaan sayang.Keduanya juga seperti sudah terbiasa meladeni keadaan yang rumit
Nanda di bawah ke rumah sakit, Dokter mengambil tindakan intens dalam pengobatan Nanda. Papanya Dion sangat cemas, sedangkan Feni dan Laura tertawa kecil bahagia di atas penderitaan Nanda. Dion tiba di rumah sakit, dia menanyai bagaiman kondisi Nanda, kenapa Nanda bisa sampai terjatuh dari tangga.Laura bergerak cepat menjelaskan semua perkara palsu. "Aku adu mulut dengan Nanda, waktu aku nyusul Nanda gedor keras pintu kamar Bianca," jelas Laura mengarang."Aku hanya tegur dia, pelan-pelan saja panggil Bianca. Eh, dianya gak terima malah bad mood marah sama aku. Usir aku lah suruh pergi, aku balas aja kalau dia memang gak pantas jadi istri kamu," sambung Laura."Kami saling lepar omongan, Nandanya mau kabur setelah ngantain aku. Tangan kami saling tarik, jadinya kami jatuh berdua," jelas Laura berbeda dari kenyataan."Benar Pa?" tanya Dion pada Papanya."Benar Dion mereka jatuh berdua dari tangga," jawab Papanya Dion.Dion menghela nafas penuh, Nanda memang sangat sensitif apalagi m
Selesai pengobatan dari rumah sakit, Nanda pulang ke rumah. Semua saudara-saudara dari keluarga besar Dion, sudah berkumpul di rumah Papanya Dion karena pernikahan Gerry sudah dekat.Ketika Nanda dan Dion sampai dalam rumah, ketika hendak masuk ke kamar mereka di hadang sebagian keluarga menunjukan simpatinya yang tulus. Ada juga yang sekadar pura-pura peduli bertanya mengenai kondisi Nanda.Reaksi Dion acuh, sebab ia dari kecil tidak terlalu dekat dengan keluarga besar dari pihak Papanya, maupun dari pihak keluarga Feni. Dia tidak hapal nama-nama keluarga besar Papanya, maupun dari keluarga Feni dan Mamanya. Dia juga jarang bergabung dengan para sepupunya, ia menjaga jarak akibat kejadian pahit yang terjadi pada Mamanya. Dia menutup diri dari siapa pun terutama keluarganya sendiri."Cuek aja sayang, lebih baik kamu istirahat di tempat tidur. Aku pastikan akan siaga jagain kamu, kalau pun aku pergi meeting. Hanif yang akan jagain kamu," ujar Dion, mereka masuk ke dalam kamar. Ia bantu
Dua hari setelahnya, tepatnya sebelum malam acara ngunduh mantu di gelar. Sebelum pengumuman resmi dari Papanya, Nanda tidak lepas dari pengawasan Dion. Begitu siaga Dion menjaga Nanda, dia tidak ingin siapa pun lagi yang bisa menyakiti Nanda dan calon anaknya.Dion memandangi wajah Nanda yang sedang di dandani. Ia terus-terusan melihat perut Nanda,Dion bergumam, "Sebentar lagi tujuan aku tercapai merebut perusahaan Papa dan membungkam Feni"."Dion, kamu mikirin apa?" tanya Nanda."Aku mikirin anak kita, cewe atau cowo tapi apapun jenis kelaminnya, dia tetap anak kesayangan aku," seru Dion mencium pipi Nanda."Aku juga Dion, aku rencana habis lahiran. Aku ingin wujudkan rencana kuliah aku," omong Nanda."Iya kamu fokus dulu dengan kehamilan kamu," tanggap Dion."Aku juga cancel les baking aku padahal udah daftar, udah bayar jadinya sia-sia," keluh Nanda."Uang bisa di cari kalau anak itu berkah," kata Dion beri semangat.Mereka berpelukan dan keluar dari kamar mereka menuju rumah Pap
Aksi ke tiga wanita jahat itu berlanjut, Nanda di Bawak ke sebuah gudang gelap. Lalu Nanda di sekap di dalamnya. Mereka mengawasi sekeliling gudang tersebut, menjaga Nanda supaya tidak kabur. "Rasakan penyiksaan kamu Nanda, siapa suruh punya suami sombong asal pecat orang." Oceh salah satu wanita dari ketiga orang jahat itu. "Berapa jam ke depan aku pastikan dia tidak mungkin terbangun, efek obat tidur itu sangat kuat dosisnya," sahut wanita jahat yang lain. "Kasihan sama janinnya, kata orang kantor dia lagi hamil," ucap salah satu orang jahat yang iba pada Nanda. Dari ketiga wanita jahat itu, dua di antara mereka. Menancapkan tatapan kejam pada Nanda. Namun, salah satu wanita di antara mereka. Ada yang simpati pada Nanda. Tiba di tempat tujuan dalam gudang, bekas usaha keluarga salah satu wanita jahat tersebut.. Nanda belum sadarkan diri. Matanya masih terpejam dan di saat itulah, mereke bertiga menyeret tubuh Nanda masuk ke dalam gudang. Mereka juga mengirim video pada Dion,
Nanda dan Dion sudah berada di rumah mereka. Hari di mana Nanda sudah bertekad untuk tidak takut dengan apapun. Ancaman, bahaya dari seseorang tidak mematahkan semangat hidupnya. Dia akan memaksakan diri, pergi keluar rumah untuk memancing orang yang kemarin hampir mencelakainya. Misalkan, orang itu keluar dan berani berhadapan langsung dengan Nanda. Ia pasti mengerahkan tenaganya untuk melawan orang tersebut.Nanda dalam hatinya,"Keluarlah kamu orang jahat, aku tidak takut. Kamu akan aku hajar sampai mati ketakutan."Dia berpikir seperti itu sambil menyisir rambut panjangnya yang indah dan tebal. Tidak lupa dia memakai make up agak terang dan baju hamil gamis berdasar Kanit, dengan warna cream sampai ke bawah betis.Sekejap terlintas di pikirannya, tentang kejadian dia jatuh tempo hari."Apa Laura yang mendorong aku kemarin," gumam Nanda pelan sekali. Nanda terdiam karena Dion keluar dari kamar mandi. Dion mencium aroma parfum vanila. Spontan dia samperin istrinya dan memeluknya dar
Berlanjut Nanda belum pulang dari rumah Ayahnya. Pagi-pagi sekali, dia maju mundur untuk bercerita dengan Dion. Dia termangu menatapi muka Dion yang masih terlelap tidur.Nanda bergumam sendiri, "Apa aku cerita saja pas pulang ke rumah Dion." Keraguan Nanda terus mengitari pikirannya, kepalanya menggeleng berkali-kali. Dia beranjak dari tempat tidur untuk menyenangkan dirinya. Dia memanjakan diri dengan mandi di baluri lulur dan pakai masker wajah. Selesai mandi dia membuat jus buah anti stress, strawberry, apel, daun mint, blueberry dan pisang. Setiap tegukan jus buah, jleb.. bikin pikirannya adem. Dia juga membuat sandwich isi daging yang tampak lezat."Wah...wah...wah...! sejak lu menikah Nanda, gue perhatiin selera lu jadi kebarat-baratan. Beruntung muka lu mirip Ibu kalau mirip Ayah kayak gue, pasti lu di bilang udik, Ha-ha." guyon Leon tertawa.Nanda reflek melempar buah apel ke perut Leon agar Leon berhenti tertawa. Dia melanjutkan meminum teh sembari sesekali, melihat jam din
Setelah kemarin Nanda terguncang di ikuti orang, saat ini ia masih di rumah Ayahnya. Dia menunggu Dion pulang bekerja sambil jajan telur gulung di depan gang rumahnya. Tidak lupa dia di temani Ayahnya jajan karena dia agak takut keluar sendirian sekarang. Perasaan was-was selalu meliputi dirinya. Matanya terus memperhatikan orang-orang yang lewat di depannya. Nanda juga waspada agak berjarak dengan orang lain, ketika berpapasan.Dia lebih siaga dan siap melindungi dirinya. Dia tidak bisa terbelenggu oleh rasa takut berlebihan. Efeknya akan lari ke janin dalam kandungannya.Dia tetap menjaga sugestinya untuk tidak tegang menghadapi situasi. Menghibur dirinya dengan cara bercengkerama sesama orang sekelilingnya."Lebih baik Dion tidak usah tahu. Bisa-bisa kalau aku bahas peristiwa kemarin, kepala ku pasti pusing. Dedek dalam perut pasti ikut pusing, aku gak mau mengungkitnya lagi," gumam Nanda sendiri.Tak lama kemudian, Dion datang pulang dari kantor. Lantas buru-buru Nanda menyambut
Lusanya, ketika sarapan pagi bersama. Nanda hendak mengatakan niatnya menginap di rumah Ayahnya, pada Dion dan Mama mertuanya. Dia memulai omongan duluan untuk membuka obrolan bersama."Dion.. Mama..! Nanda boleh izin menginap di rumah Ayah. Nanda kangen rumah," ujar Nanda meminta izin."Tentu boleh sayang, gimana Dion?" tanya Mamanya."Iya boleh banget. Entar aku susul ikut menginap di sana selesai pulang kerja," balas Dion sambil mengunyah roti lapis. "Dion, Mama, makasih banyak," ucap Nanda tersenyum manis.Dion dan Mamanya mengangguk, mereka tersenyum lebar tertuju pada Nanda.Selesai sarapan, Nanda di kamar bersiap pergi, Dion sudah pergi bekerja dan Mamanya Dion control ke rumah sakit.Sementara di ruang makan rumah lagi, Feni pun memberi informasi ke Laura. Jika Nanda ingin keluar rumah menginap di rumah Ayahnya Nanda.Laura pun gesit merespon chat dari Feni, dia sepertinya mau menyamar untuk membuntuti Nanda. Laura memakai sepan jeans biru dan kemeja longgar serta memakai mas
Seperti yang di rencanakan Nanda, Dion dan Helena mereka mengajak semua keluarga pergi piknik bersama. Tidak lupa mereka menyewa tempat area terbuka dan mendirikan tenda, serta makanan lengkap, di kawasan camping pinggir kota. Tempatnya asri, banyak tumbuhan hijau dan pohon menjuntai tinggi, lahannya terbuka dan terdapat danau buatan, Kali ini Gerry dan istrinya di ajak untuk ikut piknik. Ada juga Arya di ajak Kakek Wisnu untuk mendampinginya sebagai sekertaris. Kakek Wisnu tidak ingin merepotkan cucu-cucunya yang sedang berbahagia.Feni dan Bianca bertugas memasak seafood bakar, BBQ daging sapi, dan jenis makanan lainnya. Nanda bahagia sekali keluarganya dan keluarga suaminya bersama menjalin hubungan.Tangannya terus berucap syukur berkat kandungannya, dia di beri semangat untuk melindungi dirinya sendiri dan calon anaknya. Dia berbisik pada calon anaknya,"Nak.. Mama gak sabar sekali mau gendong kamu dan ingin cerita sama kamu kalau sekarang Mama lagi bahagia." Bisikan Nanda sampa
Setelah kemarin di rumah Dion foto keluarga, akan ada Acara besar penyambutan sekaligus memperkenalkan Leon dan Nanda sebagai cucu dari anak kedua Kakek Wisnu. Nanda mengetahui itu dari chat grup keluarga Kakek Wisnu.Kerajaan perusahaan Kakek Wisnu bergerak di beberapa bidang. Ekspor impor salah satunya mengindukkan perusahaan bagian ekspor impor perusahaan Papanya Dion. Investasi pertambangan emas, minyak sawit resmi jangka panjang. Pasaran bisnis perusahaan Kakek Wisnu berpusat ke timur seperti Dubai, Qatar, Turki dan Emirates united.Leon dan Nanda senantiasa menerima ajakan dari Helena, Marco dan Zayn. Ikut juga Ayahnya Nanda, Mama Dan Papanya Dion, akan datang di acara penting di rumah Kakek Wisnu.Nanda, Mama dan Papanya Dion, Feni dan Bianca turut di undang ke acara rumah Kakek Wisnu. Nanda belum beri tahu rangkaian apa acara di rumah Kakek Wisnu. Sedangkan Ayahnya Nanda dan Leon juga Dion yang sedang bekerja, menyusul langsung ke rumah Kakek Wisnu.Di tempat berbeda, melalui c
Hari Minggu pagi rumah Dion kedatangan fotografer beserta para asistennya. Mereka berjumlah enam orang membawa perkakas peralatan mereka. Mamanya Dion dan Nanda saling oper pandang, ada apa sebenarnya sampai Dion membawa orang membawa kamera dan lighting."Dion ada apa ini, ada acara di rumah?" tanya Nanda penasaran."Aku mau kita Poto keluarga bersama," terang Dion.Enam orang tersebut yang di sewa Dion menyulap ruang keluarga menjadi studio Poto. Lengkap juga dengan dekorasi cantik dan juga bisa Poto formal.Alhasil Nanda tampak antusias dengan tindakan Dion. Mamanya juga sudah melewatkan tumbuh kembang Dion tanpa jejak poto dan video."Ma, sekarang Mama sudah sembuh walaupun belum sembuh total. Tinggal kedua kaki Mama harus sembuh, aku sengaja bayar fotografer ke rumah biar Mama gak repot ke sana kemari. Sekalian aku mau ada poto kita dan Nanda serta papa juga," omong Dion membuat Mamanya pilu."Iya anak ku," balas Mamanya Dion memeluk erat anaknya.Seketika suasana berubah jadi sed
Setelah kemarin ziarah ke makam Ibunya Nanda, pagi harinya Helena main ke rumah Dion. Dia ingin mengajak Nanda jalan-jalan bersama. Helena sangat menyukai style simpel tapi berkelas. Barang yang ia pakai dari atas kepala sampai ujung kaki, edisi terbatas dan harganya fantastis. Setiap kali biaya penampilannya, setara dengan satu unit mobil merakyat.Di waktu bersamaan Nanda sudah bersiap, beriring melayani keperluan Dion ke kantor. Ya, mereka sekarang sudah tidur di kamar utama. Kamar yang semula di tempati Papanya Dion dan Feni. Mereka belum terbiasa saja melakukan aktifitas berdua di dalam kamar. Sebab, akhir-akhir ini mereka berdua di sibukkan kasih pelajaran buat Feni. Belum ada di pikiran mereka untuk bermesraan lebih intens dari sebelumnya."Kamu cantik sekali pagi ini," kecup Dion di kening Nanda."Makasih, kamu juga ganteng seperti biasanya plus judes kamu juga belum berkurang HaHaHa," canda Nanda mengerjai Dion."Asal kamu bahagia aku rela di katain kamu setiap detik, ayo k