Dua hari setelahnya, tepatnya sebelum malam acara ngunduh mantu di gelar. Sebelum pengumuman resmi dari Papanya, Nanda tidak lepas dari pengawasan Dion. Begitu siaga Dion menjaga Nanda, dia tidak ingin siapa pun lagi yang bisa menyakiti Nanda dan calon anaknya.Dion memandangi wajah Nanda yang sedang di dandani. Ia terus-terusan melihat perut Nanda,Dion bergumam, "Sebentar lagi tujuan aku tercapai merebut perusahaan Papa dan membungkam Feni"."Dion, kamu mikirin apa?" tanya Nanda."Aku mikirin anak kita, cewe atau cowo tapi apapun jenis kelaminnya, dia tetap anak kesayangan aku," seru Dion mencium pipi Nanda."Aku juga Dion, aku rencana habis lahiran. Aku ingin wujudkan rencana kuliah aku," omong Nanda."Iya kamu fokus dulu dengan kehamilan kamu," tanggap Dion."Aku juga cancel les baking aku padahal udah daftar, udah bayar jadinya sia-sia," keluh Nanda."Uang bisa di cari kalau anak itu berkah," kata Dion beri semangat.Mereka berpelukan dan keluar dari kamar mereka menuju rumah Pap
Nekat Laura makin bulat untuk membuat Dion dan Nanda menderita. Dia ingin sekali merusak kebahagiaan Nanda karena kehadiran buah hati Nanda. Penyebab, Dion berubah jauh lebih peka pada Nanda."Akan aku buat Nanda tersiksa," gumam Laura.Di sisi lain tepatnya di kediaman rumah Papanya Dion. Kehebohan berlanjut, Feni mengamuk dan mengumpulkan semua anggota keluarga.Semua keluarga inti hadir dan duduk di ruang keluarga. Termasuk Nanda dan Karina. Dia membahas keputusan Papanya Dion yang menurutnya, secara sepihak menyebut anak dalam kandungan Nanda adalah pewaris sah perusahaan Papanya Dion."Ini benar-benar tidak adil Papa, batalkan semuanya atau terima akibatnya," ancam Feni marah."Aku akan bawa perkara ini ke ranah hukum, aku juga anak laki-laki Papa. Aku berhak juga atas perusahaan Papa," amuk Gerry yang sudah di ajarkan Feni.Tiba-tiba datang suara Mamanya Dion, semua orang terperangah melihat sosok Mamanya Dion masuk ke rumah. Mamanya Dion sudah bisa bicara tapi masih di atas kurs
Hari di mulai, tugas menumpuk menanti untuk Feni dan Bianca. Selesai acara ngunduh mantu pernikahan Gerry dan Karina, peralatan dapur beserekan. Piring dan cangkir masih belum tersusun rapi. Semua sisi rumah kian kacau, asisten rumah tangga mereka pergi, di carikan pekerjaan lain oleh Dion. Feni memasak sarapan berulang kali karena tidak sesuai dengan lidah Mamanya Dion. Dia mengiris bawang dengan air mata tersedu-sedu. Bianca mengucek pakaian yang tidak boleh masuk ke dalam mesin cuci."Mami... bau banget wc pembantu. Mami badan aku bau sabun," rintih Bianca meringis."Diam Bianca, kamu pikir Mami bau parfum mahal apa...! Mami dari petang sudah bau bawang," oceh Feni."Mami kita gak bisa di giniin, kita kabur aja. Cari rumah kontrakan," pekik Bianca sebal."Keluar dari rumah ini sama saja nge gembel, kontrak rumah juga perlu biaya," balas Feni."Mami gak ada apa simpanan harta?" tanya Bianca sambil mengucek pakaian."Ada tapi masih atas nama Papa kamu, belum balik nama. Semua di sita
Pagi-pagi sekali waktu Feni memasak nasi sambil menelpon Laura. Dia terus becerita kemalangannya di rumah Dion sekaligus membakar kemarahan Laura. "Tangan Mami berkerut Laura seharian terkena air, kulit tangan kaki terkelupas kena air sabun juga. Bianca apalagi jempolnya bengkak terendam air sabun," cerita Feni panjang."Kita gak bisa balas mereka secara kebetulan, kita harus rencanakan dengan rapi mencelakai Nanda. Target kita tetap sama Nanda dan kandungannya," kata Laura."Sudah dulu Laura sepertinya Dion dan lainnya sudah bangun, nanti kalau ada waktu Mami telpon lagi," omong Feni dengan suara berbisik melalui ponselnya.Telponan mereka berakhir, waktunya Dion memberi perintah memasak makanan yang banyak karena nanti ada banyak kedatangan tamu penting."Feni kamu masak dengan lima menu, kuah tumis sama dessert terserah puding atau salad buah. Selesai siang ini juga," perintah Dion menghampiri Feni."Kenapa tidak pesan catering saja?" tanya Feni bertekan."Apa guna kamu di dapur ka
Lanjut, mereka makan siang bersama. Helena sengaja meminta buatkan jus semangka karena di luar cuaca sangat panas. Dia tahu Feni sedang di hukum atas kesalahannya di rumah Dion. Ia ingin mengerjai Feni, orang yang berani memukul Nanda di depan banyak orang. Tidak ada ampun untuk siapun sudah menindas Nanda."Feni kamu belikan semangka kuning di supermarket terdekat untuk Helena, dia mau minum jus," suruh Dion beri perintah Feni.Helena mengkerlipkan matanya pada Feni menunjukan cengiran tengilnya. Dia belum puas jika Feni belum tersiksa fisiknya. Ia menghubungi anak buahnya untuk mengerjai Feni di jalan.Benar sekali, Helena sudah merencanakan untuk membalas rasa sakit tamparan yang di alami Nanda. Anak buah Helena sedari tadi siap mengintai Feni."Beri ganjaran dia sampai dia benar-benar kesal," ucap Helena di telponya."Kamu bicara sama siapa Helena?" tanya Nanda yang duduk di sebelahnya."Bukan siapa-siapa, ayo lanjut kita makan," jelas Helena menutup panggilannya.***Di luar rumah
Esok harinya, Dion dan Nanda pergi ke rumah sakit buat periksa kandungan Nanda. Dia mulai gugup setiap kali melakukan pemeriksaan dan bertemu calon anaknya. Kali ini, antriannya cukup panjang. Dion dan Nanda menunggu sudah hampir satu jam. Dion terus mengelus perut Nanda sekedar beri semangat buat Nanda. Dia mencontoh pasangan lain yang saling bermanja bersama.Nanda terbahak puas melihat ekspresi Dion yang kaku, sesekali mengintip kemesraan pasangan lain juga mengantri di depan ruangan Dokter kandungan."Inisiatif dong, keluarkan naluri kejantanan kamu," canda Nanda membelai wajah Dion."Kamu bukannya sudah tahu aku gimana Hahaha," Dion tarkeke menanggapi respon Nanda.Mereka saling menggenggam tangan erat, memandangi perut Nanda yang sudah terlihat ada perubahan.Tiba giliran Dion dan Nanda masuk ke ruangan Dokter kandungan. Dokter melakukan pengecekan USG di perut Nanda."Kelamin Anaknya laki-laki ya Buk, Pak Dion. Itu lihat tampak ada tugunya," omong Dokter kandungan.Sontak saja
Dion mengajak Nanda dan Mamanya ke rumah Kakek Wisnu, Nanda tercengang melihat kediaman Kakek Wisnu sangat megah. Ada loby di rumahnya layaknya hotel berbintang, dinding di lapisi marmer mahal dan di keliling jendela kaca. Vas bunganya tinggi-tinggi melebihi tinggi Dion. Mereka bertiga di sambut barisan pelayan di rumah Kakek Wisnu. Terdapat juga lift dalam rumah karena bangunan rumah Kakek Wisnu tingkat lima. Bak istana modern yang tersembunyi di balik tembok pagar yang tinggi. Sungguh luar biasa tempat tinggal keluarga besar Kakek Wisnu.Dion, Nanda dan Mamanya keluar dari lift, mulut Nanda tidak berhenti terperangah. Matanya terbelalak berkeliling karena di manjakan dengan kemegahan duniawi."Nanda," panggil Ayahnya Nanda yang ternyata ada di ruang pertemuan rumah Kakek Wisnu."Ayah, Kak Leon kalian berdua kenapa ada di sini?" tanya Nanda kaget sekali.Ayahnya Nanda belum sempat menjelaskan pada Nanda, mkeluarga Kakek Wisnu satu per satu berkumpul untuk menyambut kedatangan Dion,
Seperti yang di katakan Kakek Wisnu, mereka semua berkumpul hendak ziarah ke makam Febby, Ibunya Nanda. Buat Leon, dia tampak benar-benar muram. Habis menonton video kenangan Ibunya, dia begitu menyesal kenapa dia selalu membuat masalah semasa Ibunya masih hidup.Leon bahkan tidak pernah menginjakan kakinya ke makam Ibunya setelah sepeninggalan Ibunya sendiri. Hal yang sama di rasakan Nanda, keduanya muram larut dalam kesedihan. Andai saja waktu bisa berulang, Ibu mereka masih ada. Leon dan Nanda bakal selalu membuat Ibunya bangga."Maafin Leon Bu, aku sayang sama Ibu. Aku gak tahu Ibu rela meninggalkan semua kehidupan Ibu yang kaya raya, demi mempertahankan cinta ke Ayah dan memiliki keluarga yang bahagia," Suara Leon mengerang gundah.Sama halnya Nanda, nafas mengesak sedat. Tangisannya meraung keras. Orang-orang yang mendengarnya merasakan juga perih terdalam.Kakek Wisnu terus meminta maaf pada batu nisan, kuburan putri kesayangannya. Mereka semua membaca doa-doa untuk Alm, Febby,
Aksi ke tiga wanita jahat itu berlanjut, Nanda di Bawak ke sebuah gudang gelap. Lalu Nanda di sekap di dalamnya. Mereka mengawasi sekeliling gudang tersebut, menjaga Nanda supaya tidak kabur. "Rasakan penyiksaan kamu Nanda, siapa suruh punya suami sombong asal pecat orang." Oceh salah satu wanita dari ketiga orang jahat itu. "Berapa jam ke depan aku pastikan dia tidak mungkin terbangun, efek obat tidur itu sangat kuat dosisnya," sahut wanita jahat yang lain. "Kasihan sama janinnya, kata orang kantor dia lagi hamil," ucap salah satu orang jahat yang iba pada Nanda. Dari ketiga wanita jahat itu, dua di antara mereka. Menancapkan tatapan kejam pada Nanda. Namun, salah satu wanita di antara mereka. Ada yang simpati pada Nanda. Tiba di tempat tujuan dalam gudang, bekas usaha keluarga salah satu wanita jahat tersebut.. Nanda belum sadarkan diri. Matanya masih terpejam dan di saat itulah, mereke bertiga menyeret tubuh Nanda masuk ke dalam gudang. Mereka juga mengirim video pada Dion,
Nanda dan Dion sudah berada di rumah mereka. Hari di mana Nanda sudah bertekad untuk tidak takut dengan apapun. Ancaman, bahaya dari seseorang tidak mematahkan semangat hidupnya. Dia akan memaksakan diri, pergi keluar rumah untuk memancing orang yang kemarin hampir mencelakainya. Misalkan, orang itu keluar dan berani berhadapan langsung dengan Nanda. Ia pasti mengerahkan tenaganya untuk melawan orang tersebut.Nanda dalam hatinya,"Keluarlah kamu orang jahat, aku tidak takut. Kamu akan aku hajar sampai mati ketakutan."Dia berpikir seperti itu sambil menyisir rambut panjangnya yang indah dan tebal. Tidak lupa dia memakai make up agak terang dan baju hamil gamis berdasar Kanit, dengan warna cream sampai ke bawah betis.Sekejap terlintas di pikirannya, tentang kejadian dia jatuh tempo hari."Apa Laura yang mendorong aku kemarin," gumam Nanda pelan sekali. Nanda terdiam karena Dion keluar dari kamar mandi. Dion mencium aroma parfum vanila. Spontan dia samperin istrinya dan memeluknya dar
Berlanjut Nanda belum pulang dari rumah Ayahnya. Pagi-pagi sekali, dia maju mundur untuk bercerita dengan Dion. Dia termangu menatapi muka Dion yang masih terlelap tidur.Nanda bergumam sendiri, "Apa aku cerita saja pas pulang ke rumah Dion." Keraguan Nanda terus mengitari pikirannya, kepalanya menggeleng berkali-kali. Dia beranjak dari tempat tidur untuk menyenangkan dirinya. Dia memanjakan diri dengan mandi di baluri lulur dan pakai masker wajah. Selesai mandi dia membuat jus buah anti stress, strawberry, apel, daun mint, blueberry dan pisang. Setiap tegukan jus buah, jleb.. bikin pikirannya adem. Dia juga membuat sandwich isi daging yang tampak lezat."Wah...wah...wah...! sejak lu menikah Nanda, gue perhatiin selera lu jadi kebarat-baratan. Beruntung muka lu mirip Ibu kalau mirip Ayah kayak gue, pasti lu di bilang udik, Ha-ha." guyon Leon tertawa.Nanda reflek melempar buah apel ke perut Leon agar Leon berhenti tertawa. Dia melanjutkan meminum teh sembari sesekali, melihat jam din
Setelah kemarin Nanda terguncang di ikuti orang, saat ini ia masih di rumah Ayahnya. Dia menunggu Dion pulang bekerja sambil jajan telur gulung di depan gang rumahnya. Tidak lupa dia di temani Ayahnya jajan karena dia agak takut keluar sendirian sekarang. Perasaan was-was selalu meliputi dirinya. Matanya terus memperhatikan orang-orang yang lewat di depannya. Nanda juga waspada agak berjarak dengan orang lain, ketika berpapasan.Dia lebih siaga dan siap melindungi dirinya. Dia tidak bisa terbelenggu oleh rasa takut berlebihan. Efeknya akan lari ke janin dalam kandungannya.Dia tetap menjaga sugestinya untuk tidak tegang menghadapi situasi. Menghibur dirinya dengan cara bercengkerama sesama orang sekelilingnya."Lebih baik Dion tidak usah tahu. Bisa-bisa kalau aku bahas peristiwa kemarin, kepala ku pasti pusing. Dedek dalam perut pasti ikut pusing, aku gak mau mengungkitnya lagi," gumam Nanda sendiri.Tak lama kemudian, Dion datang pulang dari kantor. Lantas buru-buru Nanda menyambut
Lusanya, ketika sarapan pagi bersama. Nanda hendak mengatakan niatnya menginap di rumah Ayahnya, pada Dion dan Mama mertuanya. Dia memulai omongan duluan untuk membuka obrolan bersama."Dion.. Mama..! Nanda boleh izin menginap di rumah Ayah. Nanda kangen rumah," ujar Nanda meminta izin."Tentu boleh sayang, gimana Dion?" tanya Mamanya."Iya boleh banget. Entar aku susul ikut menginap di sana selesai pulang kerja," balas Dion sambil mengunyah roti lapis. "Dion, Mama, makasih banyak," ucap Nanda tersenyum manis.Dion dan Mamanya mengangguk, mereka tersenyum lebar tertuju pada Nanda.Selesai sarapan, Nanda di kamar bersiap pergi, Dion sudah pergi bekerja dan Mamanya Dion control ke rumah sakit.Sementara di ruang makan rumah lagi, Feni pun memberi informasi ke Laura. Jika Nanda ingin keluar rumah menginap di rumah Ayahnya Nanda.Laura pun gesit merespon chat dari Feni, dia sepertinya mau menyamar untuk membuntuti Nanda. Laura memakai sepan jeans biru dan kemeja longgar serta memakai mas
Seperti yang di rencanakan Nanda, Dion dan Helena mereka mengajak semua keluarga pergi piknik bersama. Tidak lupa mereka menyewa tempat area terbuka dan mendirikan tenda, serta makanan lengkap, di kawasan camping pinggir kota. Tempatnya asri, banyak tumbuhan hijau dan pohon menjuntai tinggi, lahannya terbuka dan terdapat danau buatan, Kali ini Gerry dan istrinya di ajak untuk ikut piknik. Ada juga Arya di ajak Kakek Wisnu untuk mendampinginya sebagai sekertaris. Kakek Wisnu tidak ingin merepotkan cucu-cucunya yang sedang berbahagia.Feni dan Bianca bertugas memasak seafood bakar, BBQ daging sapi, dan jenis makanan lainnya. Nanda bahagia sekali keluarganya dan keluarga suaminya bersama menjalin hubungan.Tangannya terus berucap syukur berkat kandungannya, dia di beri semangat untuk melindungi dirinya sendiri dan calon anaknya. Dia berbisik pada calon anaknya,"Nak.. Mama gak sabar sekali mau gendong kamu dan ingin cerita sama kamu kalau sekarang Mama lagi bahagia." Bisikan Nanda sampa
Setelah kemarin di rumah Dion foto keluarga, akan ada Acara besar penyambutan sekaligus memperkenalkan Leon dan Nanda sebagai cucu dari anak kedua Kakek Wisnu. Nanda mengetahui itu dari chat grup keluarga Kakek Wisnu.Kerajaan perusahaan Kakek Wisnu bergerak di beberapa bidang. Ekspor impor salah satunya mengindukkan perusahaan bagian ekspor impor perusahaan Papanya Dion. Investasi pertambangan emas, minyak sawit resmi jangka panjang. Pasaran bisnis perusahaan Kakek Wisnu berpusat ke timur seperti Dubai, Qatar, Turki dan Emirates united.Leon dan Nanda senantiasa menerima ajakan dari Helena, Marco dan Zayn. Ikut juga Ayahnya Nanda, Mama Dan Papanya Dion, akan datang di acara penting di rumah Kakek Wisnu.Nanda, Mama dan Papanya Dion, Feni dan Bianca turut di undang ke acara rumah Kakek Wisnu. Nanda belum beri tahu rangkaian apa acara di rumah Kakek Wisnu. Sedangkan Ayahnya Nanda dan Leon juga Dion yang sedang bekerja, menyusul langsung ke rumah Kakek Wisnu.Di tempat berbeda, melalui c
Hari Minggu pagi rumah Dion kedatangan fotografer beserta para asistennya. Mereka berjumlah enam orang membawa perkakas peralatan mereka. Mamanya Dion dan Nanda saling oper pandang, ada apa sebenarnya sampai Dion membawa orang membawa kamera dan lighting."Dion ada apa ini, ada acara di rumah?" tanya Nanda penasaran."Aku mau kita Poto keluarga bersama," terang Dion.Enam orang tersebut yang di sewa Dion menyulap ruang keluarga menjadi studio Poto. Lengkap juga dengan dekorasi cantik dan juga bisa Poto formal.Alhasil Nanda tampak antusias dengan tindakan Dion. Mamanya juga sudah melewatkan tumbuh kembang Dion tanpa jejak poto dan video."Ma, sekarang Mama sudah sembuh walaupun belum sembuh total. Tinggal kedua kaki Mama harus sembuh, aku sengaja bayar fotografer ke rumah biar Mama gak repot ke sana kemari. Sekalian aku mau ada poto kita dan Nanda serta papa juga," omong Dion membuat Mamanya pilu."Iya anak ku," balas Mamanya Dion memeluk erat anaknya.Seketika suasana berubah jadi sed
Setelah kemarin ziarah ke makam Ibunya Nanda, pagi harinya Helena main ke rumah Dion. Dia ingin mengajak Nanda jalan-jalan bersama. Helena sangat menyukai style simpel tapi berkelas. Barang yang ia pakai dari atas kepala sampai ujung kaki, edisi terbatas dan harganya fantastis. Setiap kali biaya penampilannya, setara dengan satu unit mobil merakyat.Di waktu bersamaan Nanda sudah bersiap, beriring melayani keperluan Dion ke kantor. Ya, mereka sekarang sudah tidur di kamar utama. Kamar yang semula di tempati Papanya Dion dan Feni. Mereka belum terbiasa saja melakukan aktifitas berdua di dalam kamar. Sebab, akhir-akhir ini mereka berdua di sibukkan kasih pelajaran buat Feni. Belum ada di pikiran mereka untuk bermesraan lebih intens dari sebelumnya."Kamu cantik sekali pagi ini," kecup Dion di kening Nanda."Makasih, kamu juga ganteng seperti biasanya plus judes kamu juga belum berkurang HaHaHa," canda Nanda mengerjai Dion."Asal kamu bahagia aku rela di katain kamu setiap detik, ayo k