“Sayang? Kamu mau pesen apa?”
Adrian sibuk memilih menu makan malam yang ingin dipesannya melalui aplikasi go-food. Sore tadi, dia memutuskan untuk datang ke apartemen Indira. Dia sungguh merindukan kekasihnya itu, tapi sepertinya Indira sedang banyak pikiran. Wanitanya sedari tadi tidak menjawab pertanyaan Adrian, dan malah sibuk menatap kosong pada layar teve yang sedang menayangkan acara jalan-jalan.
“Dira?” Adrian sekali lagi memanggil.
“Ya?”
“Kamu ngelamunin apaan, sih?”
“Enggak ada.” Indira berusaha menutupi kegugupannya. “Kenapa emangnya?”
“Aku dari tadi nanya ke kamu. Kamu mau makan apa?”
“Samain aja sama kamu.”
“Ok.”
Adrian lalu memesan dua porsi makanan dan minuman untuk teman mereka menonton film. Sembari menunggu, Adrian membantu Indira memastikan obat-obatan yang perlu dia bawa untuk persediaa
“It’s a wrap! Makasih ya, Dir.”Indira baru saja menyelesaikan pemotretan untuk produk minuman isotonik. Setelah tiga jam diguyur dengan air, akhirnya Indira bisa beristirahat di ruang ganti. Sedangkan Olive sedang sibuk memeriksa jadwal Indira selanjutnya. Selesai dari pemotretan, Indira harus kembali ke kantor untuk mengambil beberapa pakaian dan sepatu yang akan dia bawa ke Paris.“Dir, visa, tiket, apartemen di Paris, semuanya udah gue urus. Nanti pas lo nyampe, di bandara ada orang dari The Models yang bakal jemput lo dan nganter ke apartemen.” Olive membolak-balik lembar agendanya. “Lo udah nyimpen nomornya orang agensi sana, kan?”“Hm.”“Gue baru dapet izin dari Bu Hannah buat nyusulin lo dua minggu setelah lo berangkat. Tau sendiri kan si Mak Lampir itu, gue mesti ngurusin dia juga, karena manajernya yang ngundurin diri.”“Hm.”“Kalau bagasi
Indira merasakan dirinya tidak lagi berpijak di lantai kamarnya—entah di mana sekarang dia berada—ketika Mahesa memperdalam lumatannya. Mahesa terus mencecap dan melumat bibir Indira, diselingi dengan kecupan-kecupan kecil. Dan entah untuk berapa lama, Indira masih terpaku, tapi dia juga menikmati ciuman selamat pagi yang diberikan Mahesa.Masih belum melepaskan ciumannya, Mahesa menyelipkan tangannya di bawah lutut Indira. Mengangkat istrinya untuk dibawa duduk di pangkuannya. Sebelah tangan Indira yang terbebas, mengalung mesra di leher Mahesa. Begitu juga dengan tangan Mahesa yang mengelus punggung Indira, membuat tubuh keduanya semakin merapat. Sungguh pagi yang panas!Ketika Mahesa melepaskan ciumannya, pria itu tersenyum menatap Indira yang juga balas menatapnya. Seolah tanpa perlu kata, keduanya berbicara lewat tatapan. Dan entah apa yang mendorong Indira semakin mengetatkan pelukan tangannya di leher Mahesa, kemudian mendekatkan wajahnya untuk kemba
Lusa adalah hari keberangkatan Indira ke Paris. Meskipun lengannya belum sembuh benar, tapi tidak ada pilihan lain bagi Indira. Semua keperluannya sudah siap menyambut kedatangannya di kota yang terkenal romantis itu, termasuk kontrak percobaan selama lima bulan, dan jika diterima maka di tahun berikutnya, Indira akan resmi menjadi bagian dari The Models. Kepergiannya ini juga sebagai salah satu cara yang diusulkan Olive untuk menghindari gosip dirinya dengan Adrian.Beberapa hari terakhir ini, Indira menuruti setiap ucapan Olive. Dirinya tidak mau bersikap bodoh yang bisa membuat kacau semuanya. Bahkan Indira juga melarang Adrian untuk datang, meski hanya sekedar mengantar makanan untuknya—karena Mahesa belum juga kembali ke apartemen semenjak memutuskan merawat bapak yang sedang sakit.“Berapa, Mas?”“Sudah dibayar pake go-pay, Mbak.”“Makasih, ya.”“Eh, Mbak Indira. Maaf,” ujar mas-m
Entah sudah berapa lama Indira duduk sembari netranya tidak lepas dari Mahesa yang sedang mengobrol dengan papa di kursi seberangnya. Hatinya menghangat menatap setiap gestur Mahesa yang begitu bersemangat dan senang menjelaskan tentang proyeknya dengan Dokter Patrick. Sesekali mama akan turut larut dalam percakapan mertua-menantu itu.“Eh, bengong aja!” tegur Olive. “Kesambet baru tau rasa lo!”Indira tersenyum mendengar godaan Olive.“15 menit lagi lo masuk gih. Masih ngantri imigrasi juga, kan?”Indira mengangguk, dengan mata yang masih menatap Mahesa dan kedua orang tuanya. Membuat Olive yang duduk di sebelahnya bergantian menatap bingung pada Indira dan Mahesa.“Ngapain lo lihatin terus? Entar jatuh cinta beneran lo!”“Apaan, sih? Siapa yang ngelihatin Mahesa?” elak Indira.“Lha, emang ngeliatin siapa? Om sama tante?” kekeh Olive. “Dir, kita sahabatan u
“Aku senang bekerja sama denganmu. Kamu sungguh profesional meski sedang cidera. Kuharap lenganmu cepat sembuh. Aku sangat puas dengan penampilanmu sore ini,” sanjung Eric, seorang desainer gaun pengantin, yang baru saja menyelesaikan pagelaran busananya. “Violette tidak salah jika dia langsung memilihmu untuk tampil di fashion week bulan depan. Kamu sungguh sempurna,” puji Eric lagi.“Anda terlalu berlebihan memuji, Monsieur.”“Oh, tidak, Darling. Mata Violette memang tidak pernah salah dalam memilih seorang supermodel.”Hari ini adalah hari pertama Indira tampil di acara fashion show di kota Paris. Violette—CEO The Models yang terkenal tidak pernah meleset dengan penilaian untuk para calon supermodel memercayakan tugas pertama Indira dengan tampil di salah satu peragaan busana temannya, Eric Sanchez.“Setelah ini ada after party, ji
“Masalah temen kamu udah kelar, Sa?” tanya Bapak sambil meletakkan dua cangkir teh dan sepiring pisang goreng untuk camilan, lalu duduk di kursi di samping Mahesa.Di sore yang mendung ini, Mahesa dan bapak sedang bersantai di teras kontrakan, setelah sepanjang siang tadi penat tapi juga lega menghampirinya selepas sidang skripsi dan dirinya dinyatakan lulus. Tinggal selangkah lagi—melalui koas—untuk mendapatkan gelar dokter.“Udah, Pak. Nita akhirnya udah putus sama cowoknya, dan kalau si cowok berani deketin dia lagi, maka dia bisa dihukum.”“Baguslah kalau masalah temen kamu udah selesai.” Bapak menyeruput tehnya. “Kalau masalah kamu sendiri?”“Masalah aku?”“Iya. Kamu bilang kalau Indira lagi marah sama kamu. Udah baikan?”Mahesa menggeleng.“Lama amat marahannya?” Bapak menggigit pisang goreng buatannya yang mulai dingin. “Ya uda
“Cincinnya bagus.” Mahesa membuka pembicaraan setelah keheningan lama yang hadir di antara dirinya dan Indira, dan hal pertama yang keluar dari mulutnya adalah mengomentari benda berkilau di jari Indira.Indira meletakkan cangkir kopinya, melirik jari manis kanannya, kemudian tersenyum kecil. “Iya, dong. Dari Adrian,” sahutnya dengan dagu terangkat. “Kok lo enggak bilang-bilang kalau mau ke Paris?”“Itu, aku—”“Jangan-jangan lo kangen ya sama gue? Mama bilang, lo masih keinget-inget gue,” potong Indira.“Bukan keinget, tapi kebiasaan aja.”Indira mencebik. “Apa susahnya sih ngaku kalau emang kangen!” gerutu Indira. “Gue pikir lo sibuk ngurusin cewek lain, ternyata masih inget kalau punya istri?”“Kamu marah?”Indira membuang muka, melihat orang-orang yang lalu-lalang di trotoar Paris.“Enggak! Ngapain ju
“Lho? Kalian enggak jadi berangkat?”Olive menatap bingung pada Mahesa dan Indira yang malah asyik menikmati santap siangnya di depan teve.“Masih hujan,” sahut Indira. “Entar sorean dikitlah, kalau udah enggak hujan. Lagian kalau pas bulan Desember jelang natal gini, Paris paling bagus pas malam, kan? Banyak lampunya.”“Yah, gue pikir lo berdua bakal jalan pagi tadi.”“Emang kenapa?”Olive melangkah mendekat untuk bergabung menyantap makanan yang baru saja dibeli Indira.“Gue udah bilang ke Richard kalau kita bakal dateng ke pesta natalnya dia yang sekaligus buat nyambut kakaknya yang baru balik dari Amrik.”“Jam berapa emangnya?”“Jam enam.”“Hem …” Indira menimbang sejenak rencananya hari ini.Sebenarnya dia bisa saja menolak ajakan Olive, hanya saja ini yang mengundang adalah Richard. Fotografer s
DELETE SCENE TERSEDIA GRATIS DI KARYAKARSA6 BAB EKSTRA DAN SPIN OFF HANYA TERSEDIA DI KARYAKARSASILAKAN CARI AKUN: KOMOREBI...Olive mengigiti kuku jarinya sejak lima menit yang lalu. Dirinya panik, khawatir, dan tidak tahu harus melakukan apa selain terus berusaha menghubungi Mahesa. Namun, entah mengapa sosok Mahesa yang biasanya langsung mengangkat telepon pada nada sambung ketiga, kini sulit sekali dihubungi.Olive bergantian menatap layar ponselnya dan Indira yang sedang memastikan bahwa mama sudah membawa paspornya. Ini mungkin akan menjadi kesempatan terakhir Olive membantu Mahesa untuk menyakinkan Indira, bahwa mereka layak mendapatkan kesempatan kedua, setelah hari berganti minggu dan Mahesa selalu gagal.“Ga! Lo di mana? Udah ketemu Mahesa? Buruan! Dira udah mau last call! Ya carilah! Tanya suster
DELETE SCENE TERSEDIA GRATIS DI KARYAKARSA6 BAB EKSTRA DAN SPIN OFF HANYA TERSEDIA DI KARYAKARSASILAKAN CARI AKUN: KOMOREBI. ...Mama perlahan menutup pintu, lalu mengusap air matanya. Berusaha keras tersenyum saat menatap Mahesa yang sedari tadi menunggu di luar bersama bapak.“Maaf, Mahesa. Dira enggak mau ketemu siapapun. Termasuk kamu.”“Tapi Ma—”Mama kembali menyeka pipinya. “Tolong mengerti, Sa.”“Apa kata dokter?”“Dira syok dan harus banyak istirahat.”Mahesa mengangguk mengerti.“Ya udah, Mama masuk dulu.”“Ma,” panggil Mahesa, menghentikan langkah Mama yang hendak menutup pintu. “Tolong sampaikan pada Indira … Saya cinta Indira.”Mendengar kalimat Mahesa, m
Delete Scene tersedia GRATIS di KARYAKARSA. Disarankan membaca cerita ini sampai tamat terlebih dahulu, sehingga tidak bingung saat membaca Delete Scene di KARYAKARSA. Silakan cari akun: KOMOREBI. 6 Bab ekstra dan Spin Off tersedia di KARYAKARSA...Pagi itu, mama menemukan sesuatu yang berbeda pada diri putri semata wayangnya. Jika biasanya di pagi hari, mama masih mendapati Indira mengurung diri di dalam kamarnya, tidak untuk hari ini. Sedari pagi, Indira sudah sibuk bersama Bik Harsi di dapur membuat bubur.“Masih enggak ada rasanya ya, Bik? Kurang gurih?”“Gampang, Non. Tambahin santan aja. Bentar, Bibik beli di warung depan ya.”“Kamu masak buat siapa, Dir? Tumben banget?”“Mama?!”Indira buru-buru mematikan kompornya, lalu tersenyum pada mama.“Kenapa kaget gitu? Kamu masa
Delete Scene tersedia GRATIS di KARYAKARSA. Disarankan membaca cerita ini sampai tamat terlebih dahulu, sehingga tidak bingung saat membaca Delete Scene di KARYAKARSA. Silakan cari akun: KOMOREBI. ..Pekarangan rumah itu masih tampak asri, bahkan sepertinya koleksi pohon buah dan bunga mama bertambah. Mama masih di sana, masih menjalankan rutinitas berkebunnya. Kali ini sedikit berbeda. Tidak ada papa yang menemaninya menyiram tanaman atau memilih membaca koran pagi di kursi santai teras.Mahesa mendorong pagar, lalu mengucapkan salam, dan—seperti dugaan Mahesa—mama tak mengacuhkannya seperti biasanya. Tidak apa, setidaknya mama tidak lagi melempar sendal ke wajahnya seperti saat di rumah sakit.“Mau apa kamu? Indira enggak ada di sini.”“Saya ke sini mau ketemu sama Mama.”Mama masih tak acuh, sibuk mematikan keran air, lalu duduk untuk mulai men
Delete Scene tersedia GRATIS di KARYAKARSA. Disarankan membaca cerita ini sampai tamat terlebih dahulu, sehingga tidak bingung saat membaca Delete Scene di KARYAKARSA. Silakan cari akun: KOMOREBI. ..“Ah gila! Capek banget gue ngurusin si Mak Lampir!” keluh Olive yang tiba-tiba masuk ke kamar Indira dan melemparkan tubuhnya ke ranjang. “Ngapain lo, Dir?”“Baca laporan.”Olive mengubah posisinya menjadi miring menghadap Indira dengan sebelah tangannya sebagai tumpuan. Diperhatikannya sosok sahabatnya ini yang benar-benar berubah. Indira yang ada di hadapannya ini, bukan lagi Indira yang dulu selalu berbagi gosip dengannya, tertawa bersama, bahkan takut padanya. Indira yang sekarang, jauh lebih pendiam dan hanya tersenyum—itu pun dipaksakan—pada orang-orang tertentu saja.“Laporan mulu! Udah ada Raga sama Santi, kan?”“
6 BAB EKSTRA DAN SPIN OFF HANYA TERSEDIA DI APLIKASI DAN WEBSITE KARYAKARSA. SILAKAN CARI AKUN: KOMOREBI. ..“Kamu enggak nerima lamaran Adrian, kan?”“Apa ucapanku kemarin kurang jelas? Aku enggak mau ketemu apalagi ngomong sama kamu!” tegas Indira, lalu membereskan barang-barangnya, dan hendak beranjak. Namun, Mahesa sudah lebih dulu menghalangi langkahnya. “Kamu mau bikin aku jadi bahan gosip lagi? Kamu mau aku jadi bahan olokan orang-orang yang ada di sini? Lepasin, Sa!” desis Indira.“Indira, aku enggak bermaksud seperti itu. Kita bicara sekarang, ya?”Tanpa menunggu persetujuan Indira, Mahesa langsung menggandeng tangan Indira. Namun, pekikan kesakitan langsung membuat Mahesa berhenti dan menoleh. Dilihatnya Indira menunduk, menyentuh kakinya yang masih terbalut perban. Mahesa berjongkok untuk melihat kondisinya.“Masih sak
6 BAB EKSTRA DAN SPIN OFF HANYA TERSEDIA DI APLIKASI DAN WEBSITE KARYAKARSA. SILAKAN CARI AKUN: KOMOREBI. ..“Gimana, Ma?”Mama menoleh dan mendapati Adrian sudah berdiri di sebelahnya. Wanita itu tersenyum, lalu mengangguk ke arah Indira, memberi semangat pada putrinya yang sedang ikut menjalani terapi.“Udah kemajuan banget dua minggu ikut terapi. Kemarin dia udah enggak pake kruk.”“Syukurlah.”“Mama belum sempet ngucapin makasih sama kamu. Makasih ya, Ian.”“Buat apa, Ma?”“Kamu selalu ada buat Dira. Kapan pun dan di mana pun. Beruntung Dira punya kamu, Ian.”“Aku yang beruntung punya Dira, Ma.”Mama kembali melemparkan tatapannya pada putri semata wayangnya yang tengah tertawa bersama terapisnya. “Ian, kamu enggak berencana ngelamar Dira lagi? Apa orang tua kamu
6 bab ekstra dan Spin Off hanya tersedia di aplikasi / web KaryaKarsa. Silakan cari akun: Komorebi..Mahesa masih berdiri di sana. Menatap dua petugas kebersihan yang sedang mengepel lantai dan membersihkan kamar mandi. Kamar itu sudah kosong, dan itu artinya Mahesa kembali kehilangan jejak Indira.Mahesa pikir, dia sudah cukup kuat menyiapkan hatinya saat bertemu kembali dengan Indira. Menyusun setiap kata maaf dan penjelasan yang akan diucapkannya. Namun, saat wanitanya itu menjerit histeris dan mengusirnya, semua hancur berantakan.Mahesa kira dirinya masih—meskipun sedikit—dicintai oleh Indira dan angin kebahagiaan yang diberikan Raga akan bertahan sedikit lebih lama, tapi nyatanya semua itu kembali direnggut paksa, karena kalimat Raga kala itu, tidak berakhir di sana.“Indira dan Adrian, hubungan mereka bukan seperti itu. Mereka bukan suami-istri. Mereka enggak p
Extra Part dan Spin Off hanya tersedia di apps / web KARYAKARSASilakan cari akun: Komorebi.Berkebun mungkin adalah salah satu cara mama untuk tidak terus larut dalam kesedihan setelah ditinggalkan papa. Seperti saat ini, beliau tengah menikmati udara sore yang masih hangat, sembari bersenandung, dan memotong cabang tanamannya yang mati. Secangkir teh hijau juga menjadi temannya menikmati kudapan saat tubuhnya perlu diistirahatkan.“Sore, Ma,” sapa Indira yang baru turun dari mobil dan langsung menghampiri mama untuk mencium kedua pipinya.“Kamu sore banget ke sininya? Nanti pulangnya enggak kemalaman?”“Aku mau nginep di sini malam ini, kan weekend.”“Tumben. Memangnya kamu enggak ada janji makan malam sama Adrian weekend ini? Udah lama banget dia enggak ke sini. Terakhir waktu kalian pergi sama Arya, kan?”Indira menghela napas lelah, lalu duduk di kursi teras