Elena punya pelayan baru 😺
Jason menyambar botol itu dari tangan Elena. Hampir saja Elena menyia-nyiakan cairan yang mungkin benar-benar penawar untuk dijadikan parfum. “Jason! Kenapa teriak-teriak!? Bagaimana kalau aku dan bayi kita kena serangan jantung!?” sergah Elena kaget. “Memangnya apa ini? Apa kau berniat membelikan parfum untuk wanita lain?” tuduhnya. “Maaf ... ini ... aku mendapatkan sampel ramuan untuk kutukan atau penyakit ini. Aku akan memeriksakan kandungannya lebih dulu.” Wajah Elena mengernyit curiga. “Sungguh? Kenapa aromanya sangat wangi? Siapa yang memberikan padamu? Mungkin dia salah mengambil parfum.” “Salah satu pengawal kita mendapatkan informasi dan segera membeli ramuan ini. Aku tidak tahu dia membeli di mana.” “Coba lihat ....” Elena kembali merebut botol kaca itu untuk mengamati dengan memicingkan mata. Seakan-akan dia sedang mencari sesuatu selain cairan bening di dalamnya. “Aku akan menyimpannya dulu, Elena. Ramuan ini hanya ada satu ....” Elena memberikan ramuan itu kepada Ja
“Apa!?” pekik Elena begitu mendengar permintaan Luna. ‘Wanita ini benar-benar menggelikan,’ batinnya. “Kau tidak mau?” Luna berkacak pinggang, seolah-olah ingin mengadukan Elena. Elena mencebik, kemudian meraih ponselnya. “Aku akan bilang Jason dulu.” “Yes!” Luna berseru senang. Jason masih di ruang rapat dan tak mengangkat telepon. Elena meninggalkan pesan singkat dan catatan kecil di meja kerja Jason supaya tak mencemaskan dirinya. “Wah, Nyonya Besar juga takut membuat Tuan Jason marah ternyata ....” Luna tersenyum remeh selagi mengintip tulisan Elena. “Siapa yang takut?! Aku menghargai suamiku! Tahu apa kau tentang hubungan rumah tangga?! Cepat berangkat!” sergah Elena. Luna terkekeh kecil sambil membuntuti Elena dengan sikap sopan. Saat ada orang lain di sekitar, wanita itu berubah wujud seperti karyawan teladan. Elena gegas memintakan izin kepada kepala divisi Luna, kemudian mereka meninggalkan kantor. Mobil yang dikendarai mereka sampai tempat tujuan hanya kurang dari lim
Pagi-pagi sekali, Luna menyapa dompet berjalannya dengan riang. Dia hanya mengangguk sekilas kepada Jason, lalu berbincang dengan Elena.Mereka berdua berjalan semakin cepat mendahului Jason. Seakan-akan pria itu tak ada di sana.Elena mulai terhanyut oleh pembicaraannya dengan Luna. Pada dasarnya, Elena pun suka bicara. Ditambah lagi, banyak kegemaran mereka yang ternyata sama.Luna juga ternyata sangat menyenangkan diajak bicara walaupun mata duitan. Namun, Elena tak bosan membicarakan apa pun dengannya, apalagi jika mereka mulai tak sependapat dan mendebatkan sesuatu.Luna seperti Jenna yang selalu menemani Elena di masa lalu. Bedanya, Jenna selalu menggunakan topeng tebal, menutupi kebusukannya, sedangkan Luna sedikit tak tahu malu kepadanya.“Akhir pekan ini, aku akan menginap di villa temanku. Kau mau ikut? Pasti akan menyenangkan jika kau ikut bersama kami. Lokasinya ada di pinggiran kota, dekat danau, dan hutan belantara,” ajak Luna.Tentunya, niat utama Luna supaya Elen
Elena seharusnya tak bertanya. Sekarang, dia jadi tak tenang hingga tak bisa memejamkan mata, biarpun Jason terus memeluknya sepanjang malam. ‘Besok aku akan mampir ke kampung Lucy. Siapa tahu, ada tetua lain yang bisa membantuku,’ batin Elena, tak mau kehilangan semangat. “Kau belum tidur?” tanya Jason. Elena dapat merasakan pipinya yang menyentuh dada Jason bergetar ketika pria itu bicara. “Aku gugup. Bagaimana jika mereka tidak menyukaiku? Aku tidak suka diabaikan,” dustanya. “Jangan khawatir. Jika mereka mengganggumu, aku akan memastikan mereka mendapat ganjaran yang setimpal.” “Jason ....” Elena mendongak, menatap mata Jason yang terpejam. Dia mengusap kelopak mata Jason yang tertutup menggunakan ibu jari. “Apa kau lelah?” Jason membuka mata. Sedetik kemudian, Elena menyentuh bibirnya dengan pagutan mesra. Jason tahu jika Elena sedang menginginkannya. Dia bergerak mundur menjauh, melepaskan bibir Elena. “Kemarin malam kita sudah melakukannya. Jangan setiap hari,” tolak Jaso
“Kau pasti Elena.” Vera mengulurkan tangan untuk berkenalan kepada Elena. Elena terbangun dari lamunan tentang Brenda. “Ya, senang bertemu denganmu.” Setelah kedatangan Vera, Elena sedikit canggung bicara santai dengan teman-teman yang lain. Setiap Vera bicara, Elena akan teringat Brenda. ‘Apa aku salah? Dulu juga aku sempat salah mengira perawat yang punya perawakan seperti mama.’ Lagi pula, sudah lama Elena tak mendengar suara Brenda. Di kediaman Forbes, banyak rekaman video yang menunjukkan kebersamaan Elena dan keluarga lengkapnya. Namun, baik Elena dan William tak pernah menyentuh barang itu sekali pun. Mereka tak ingin berduka terus-menerus. Sosok Brenda akan selalu menghadirkan kenangan indah bagi Elena dan William. Alhasil, mereka memilih untuk tidak melihat wajah Brenda lagi dan hanya mengingatnya dalam hati. Sebab, mereka masih merasakan rasa sakit kehilangan wanita itu setiap kali melihat wajahnya. Malam semakin larut. Elena lama-lama bisa kembali berbaur menikmati su
Mereka berpandangan tanpa kata cukup lama. Hingga Vera tiba-tiba tersenyum, lalu menautkan tangan di lengan Elena. “Kau seharusnya menunggu teman-teman yang lain. Mereka tidak akan bangun jika kita berdua pergi sendiri.” Elena menoleh ke belakang selagi Vera menarik dirinya ke arah villa. “Kau sedang apa di danau sendirian?” Dia tak bisa menahan rasa penasarannya. “Menghanyutkan kapal. Kalian semua masih tidur dan aku bosan sendirian di villa.” Benarkah hanya itu? Kenapa Elena meragukan kata-kata Vera? Vera kemudian membicarakan tentang semua tempat yang mereka lewati, serta kenangan bersama teman-teman lainnya. Sehingga Elena tak sempat bertanya, benda apa yang ada di atas kapal kecil itu? Di villa, para wanita lain sudah ada di depan. Mereka terlihat sedang menggoda sisa para pengawal Elena yang menjaga area tersebut. Saat melihat Elena dan Vera, mereka segera bergabung dan melanjutkan rencana semula. Ke danau, lalu berbasah-basahan di bawah air terjun. Elena senang sekali bi
“Penyakit kulit apa maksudmu? Katakan yang jelas!” bentak Jason. Dia sangat berharap jika Elena memang hanya terkena penyakit kulit. Namun, keterangan Luna jelas-jelas menunjukkan bahwa Elena tidak mengalami penyakit kulit, melainkan terkena kutukan yang sama dengannya. “Aku juga tidak tahu. Elena hanya menyuruhku untuk merahasiakan penyakitnya dari siapa pun, termasuk Anda.” Luna kemudian menyadari jika dirinya sudah melakukan kesalahan besar dengan mengatakan rahasia Elena. Sejujurnya, waktu liburan bersama Elena cukup menyenangkan. Bukan hanya kaya raya dan menuruti apa maunya, mereka cukup banyak bicara sampai benar-benar akrab seperti dengan teman-teman yang lain. Dia pun tak mau Elena tiba-tiba menghilang, ketika teman-temannya juga sudah akrab dengan Elena. “Tuan Jason, aku mohon jangan beri tahu Elena jika aku yang mengatakannya. Lagi pula, Anda selalu bersama Elena setiap hari dan tidak mungkin Anda tidak tahu penyakit Elena, bukan?” pinta Luna. Jason bergeming dan terpu
Jason memeluk Elena yang sedang membaca buku di ranjang. Dia mengecup perut Elena berulang-ulang.‘Maafkan Papa ....’“Kau mengejutkanku, Jason.” Elena menaruh buku di nakas.Jason tersenyum kecil. “Kau terlambat terkejut karena terlalu fokus membaca buku.”“Kenapa lama sekali? Kau bilang hanya sebentar.”“Papa belum bilang jika aku mampir menemui klien dulu?”“Sudah.” Elena terkekeh geli oleh pertanyaannya sendiri.“Aku akan menemui Papa sebentar. Jangan lama-lama membaca buku.”Jason telah menimbang-nimbang apakah dirinya perlu mengatakan kepada William tentang masalah kutukan Elena. Dia akhirnya memutuskan untuk memberi tahu itu.Dia melangkah dengan ragu masuk ke kamar William setelah mengetuk pintu. William sedang duduk di sofa sambil melihat-lihat baju anak-anak di internet.“Jason, lihatlah ini .... Bagaimana kalau kita membeli ini semua?”Keraguan Jason semakin membesar begitu melihat wajah antusias William yang ingin segera menyambut cucunya. William dapat membaca
“Gemma! Kau ada di mana?” Elena sudah berkeliling di kediaman Wright untuk mencari keberadaan Gemma. Anak perempuan yang kini berusia enam tahun itu biasa bersembunyi saat Elena pulang dari kerja. Di belakang Elena, Jason membuntuti sang istri seperti biasa. Jason kini membuka kantor pribadi di kediamannya karena masih enggan menampakkan diri di JG Group jika bukan untuk menghadiri pertemuan penting. “Gemma pasti sedang bermain petak umpet bersama Brian, Elena. Biarkan saja ....” Elena menatap tajam sang suami. “Kenapa kau tidak mengawasi Gemma? Katanya, kau kerja di rumah karena selalu ingin bersama putrimu! Dan kenapa Brian ada di sini?” Jason menghentikan langkah Elena, lalu mengecup bibirnya yang tak berhenti mengomel. “Lucy sedang menghukum Brian sepertinya. Kau juga tahu, Lucy tidak suka saat Brian pulang terlambat walau satu menit.” Benar. Lima tahun lalu, Brian menikahi Lucy dan tinggal di Desa Redwood. Terkadang, Brian bosan dan jalan-jalan ke kota hingga lupa waktu. Keb
Setelah menghabiskan tiga hari bersama James, Vera pun tahu jika selama ini James hidup di rumah yang terletak di tengah-tengah hutan. Andaikan dirinya tak ke sana malam itu, mereka tak akan pernah bertemu. Vera tak berkutik melawan James Wright. Dia sudah seperti budak yang harus melayani James setiap saat. Meski Vera menginginkan wajah itu. Tetapi, sikap James jauh berbeda dari Jason. Nyaris tak ada kesamaan, selain wajah mereka.‘Dia gila … bagaimana caraku pergi darinya?’ “Ough, ya ampun … wanita di masa depan ternyata sangat pintar melayani pria. Bagus, Sayang, goyangkan tubuhmu lebih kencang.” Vera meliuk-meliuk di atas James sambil menggigit bibir. Dia tak bisa menikmati percintaan panas yang berulang setiap saat. ‘Orang ini benar-benar seperti binatang! Dia bahkan seratus kali lebih buruk dari Andrew,’ maki Vera dalam hati. Selesai menerima puncak kenikmatan, James mendorong Vera dengan kasar hingga tersungkur di lantai. “Ah, aku bosan. Saatnya aku keluar dari tempat meny
Mentari bersinar sangat terang seperti hari sebelum-sebelumnya. Di kota yang sangat sepi itu, Vera masih berusaha mencari keberadaan makhluk bernyawa selain dirinya. Sayang, bahkan serangga pun tak terlihat di tempat itu. Hanya ada dirinya yang mengulang waktu yang sama … setiap hari. Waktunya diam di tempat. Setiap pukul delapan malam, Vera akan mendengar dentuman keras di arah selatan tempat tinggalnya, dekat dengan tanah milik Keluarga Wright. Benar. Dirinya tinggal di kediaman Wright selama ini. Vera hidup di dunia dengan waktu yang sama dan berulang-ulang terus-menerus. Dia ingin melihat asal dentuman itu terjadi. Akan tetapi, ketika hari mulai gelap, Vera tak berani keluar dari rumah. Kota itu adalah kota yang sama, tetapi terasa asing karena memiliki pemandangan yang berbeda. Tak ada gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya. Tak ada pula lampu terang-benderang di setiap pinggiran jalan. Tempat tinggal keluarga Vera pun masih berupa tanah kosong dengan puluhan pohon-poho
Dokumen penting yang semula tertumpuk rapi itu jatuh berserakan di lantai saat Jason berlari keluar dari ruangan. Dengan wajah yang terlihat sangat panik, Jason gegas mengikuti Ruby ke kamar. “Elena!” seru Jason dengan napas terengah-engah. Tak seperti bayangan, Elena justru duduk tenang sambil mengelus perutnya meski keningnya berkeringat deras. “Jason, ada sedikit lendir bercampur darah keluar ... Bisakah kau membantuku berjalan sampai mobil? Kita ke rumah sakit sekarang.” Jason panik. Dia malah mondar-mandir sambil sesekali mengusap wajah. Bingung bagaimana caranya menggendong Elena. Bagaimana kalau bayi itu keluar di saat dia menggendong Elena dan lari ke mobil? “Bayiku bisa jatuh,” gumamnya. Tapi, jika dia tak segera membawa Elena ke rumah sakit, bagaimana cara Elena melahirkan? Jason sampai tak kepikiran memanggil dokter kandungan Elena ke rumah. “Tuan!” seru Ruby membangunkan lamunan Jason. “Bisakah Anda lebih cepat membopong Nyonya Elena!?” “Tapi, bagaimana-” “Elena!” W
“Apa benar dugaanku kalau Paman Andrew terkena pengaruh ramuan Vera?” tanya Elena begitu Logan pulang.“Betul, Nyonya. Tetapi, kadar ramuan yang ada di tubuh Tuan Andrew tidak begitu banyak,” terang Logan.Logan lantas mengatakan semua yang Tetua Michael pesankan saat dia meninggalkan Andrew. Tak sampai satu minggu, Logan akan menjemput dan memulangkan Andrew. Lalu, pembicaraan tentang Anna muncul saat Jason bertanya, “Bagaimana dengan dua wanita itu? Aku dengar, mereka akan pindah ke tempat lain lagi?”“Ini surat dari Nyonya Anna. Lebih baik Anda membacanya terlebih dulu.”Logan mengeluarkan sebuah amplop putih, lalu menyerahkan kepada Elena. Surat itu ditunjukkan untuk Elena dan William. William pun mendekat dan ikut membaca isinya.Surat itu berisi tentang penyesalan Anna, juga permohonan maaf atas semua yang sudah Anna dan Jenna rencanakan kepada William dan Elena. Karena pesan Brenda yang ingin supaya Anna menjaga suami dan putrinya jika terjadi sesuatu kepada dirinya, Anna jadi
Elena mengamati sikap Andrew, mulai dari gerakan tubuh, bibir, dan sorot matanya. Rose jelas mengatakan padanya jika Vera tak pernah memberikan ramuan atau mencuci otak Andrew. Tapi, kenapa Elena jadi meragukannya? Andrew terlihat seperti Rose sebelum mendapat pengobatan. Mata pria itu sedikit menggantung, seperti tak fokus bicara atau menatapnya.“Kenapa Paman ingin melihat perempuan itu lagi? Gara-gara Vera, Paman kehilangan perusahaan dan keluarga Paman,” pancing Elena. Kini, Andrew dengan jelas menunjukkan ekspresi yang menahan kemarahan. Sepertinya, Andrew tak suka mendengar Elena menyalahkan Vera. “Paman perlu melihat Vera sekarang.” Andrew masih bersikeras dengan keinginannya. Seolah semua yang telah terjadi tak berpengaruh apa pun padanya.“Tidak bisa, Paman. Maaf … sebaiknya Paman melupakan perempuan itu dan menata hidup Paman yang berantakan karena dirinya.” Saat mengatakan itu, Elena tiba-tiba memikirkan sesuatu. Andrew tak mungkin menyerah dan pasti akan terus mencari
“Jadi, sejak tadi Luna diam karena kau, Logan!?” Elena turut memukul punggung Logan dengan bantal. Logan masih meringkuk di kaki Luna selagi menutupi belakang kepala dengan kedua lengan. Dia takut menunjukkan wajahnya. Dua wanita itu menyerang Logan secara membabi-buta. ‘Aku lebih baik dikeroyok selusin berandalan daripada harus berada di situasi seperti ini!’ jerit Logan dalam hati. Ketika Logan melihat ke arah Jason, pria itu justru pura-pura tak melihatnya! Setelah kemarahan Elena dan Luna sedikit mereda, mereka pun duduk dengan tenang dan berhadap-hadapan. Luna melipat tangan di depan dada dan masih menatap Logan penuh amarah. “Sekarang, ceritakan padaku, Luna. Apa yang sudah Logan perbuat padamu? Kenapa kau minta kesucianmu lagi? Apa jangan-jangan, Logan sudah ….” Elena menggantung ucapannya selagi menatap tajam Logan. Dia akan menghukum Logan hingga merasakan penderitaan jika tebakannya benar. Elena pikir, Logan telah merudapaksa Luna sehingga membuat temannya itu sampai
Jason bersandar lemas di kursi dengan mulut sedikit terbuka. Dia tak menyangka jika Elena lebih cepat mengatasi masalah Vera dibanding dirinya.“Aku hanya beruntung karena Rose mau membantuku.” Elena tampaknya tahu apa yang dipikirkan sang suami.Jason merasa dirinya tak bisa melindungi Elena. Dia seharusnya bergerak cepat, tetapi malah berbaring di sembarang tempat selama beberapa hari ini.“Maaf, Elena, aku seharusnya sadar lebih cepat kalau Logan bergerak sendiri. Bagaimana kalau kau gagal dan perempuan itu membalas perbuatanmu?”Elena menyandarkan kepala di pundak Jason, lalu memeluk perutnya. “Yang penting, semua sudah berakhir sekarang. Dia tidak akan bisa mengganggu hidup kita lagi. Semua musibah yang terjadi juga disebabkan oleh Vera, bukan? Kita tidak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi sekarang, kecuali menanti kelahiran bayi kita.”Tak hanya Jason, William juga merasa tak bisa berbuat apa pun. “Lalu, bagaimana dengan perusahaan Andrew yang sekarang diambil alih oleh adik ipa
“Elena? Apa yang sudah Elena lakukan? Apa dia tahu aku ada di sini?” Jason tak pernah menduga kemungkinan itu lantaran dirinya pun baru mengetahui dari Logan beberapa jam sebelumnya. Akhir-akhir ini pun, Jason tak bisa berpikir apa-apa. Dia hanya fokus menikmati mual dan pusing yang selalu melanda di pagi hari dan ketika mencium aroma tertentu.“Benar. Elena yang membantuku untuk mendapatkan aset Andrew dengan mudah. Dia juga yang memintaku ke sini untuk membukakan jalan untukmu, Jason. Ayo, pulang sekarang! Bibi akan mengantar kalian sampai di kediaman Forbes.” Jason mengikuti Whitney masih dengan tampang kebingungan. Sementara itu, Logan menggendong Luna sampai masuk ke mobil Whitney. Dia meninggalkan mobil yang digunakan sebelumnya, yang merupakan milik pengawal Andrew. “Tunggu sebentar, Tuan. Ada yang perlu saya lakukan terlebih dulu,” ujar Logan tiba-tiba. “Kenapa lagi?” “Ada orang yang memukul saya dari belakang waktu itu.” Logan menyeringai ke arah Danny. Tanpa aba-aba, Lo