Waduh, nanti anaknya ketularan kutukan gimana dong ....
“Aku ... hamil?” Elena menggeleng tak percaya. Bagaimana itu bisa terjadi di saat dirinya masih harus menyembuhkan diri dari kutukan tersebut?William mendekati Elena dengan mata berkaca-kaca. Kemudian dia memeluk sang putri dengan kebahagiaan yang meluap-luap. “Akhirnya ... selamat, Sayang!”Elena tak bisa mengatakan apa pun untuk menanggapi William. Dia senang sekaligus takut di saat yang sama.“Elena, apa kau tidak bahagia dengan kehamilanmu? Kenapa wajahmu seperti ini?”“Aku ... bahagia, Papa. Aku hanya terkejut ....”“Setelah memeriksakan kandunganmu, mari kita pulang dan merayakan kehamilanmu bersama Jason.” William sangat bersemangat. Dia tak sabar ingin merayakan akan hadirnya seorang cucu yang sangat dinantikannya bersama orang-orang dekatnya.Elena cepat-cepat mencegah rencana William. “Tidak, Papa .... Tolong rahasiakan dulu kehamilanku dari Jason. Aku yang akan memberi tahu Jason sendiri untuk kejutan. Pokoknya, Papa tidak boleh bilang sebelum Jason yang lebih du
Menikah dengan Elena merupakan satu kebahagiaan besar yang pernah Jason capai. Dan sekarang, Elena sedang mengandung anaknya? Apakah dia tak salah mendengar? Jason ingin memastikan jika Elena tak sedang bergurau. “Kau ... tidak sedang membohongiku, bukan?” Telapak tangan besar dan kekar itu membelai perut Elena, seakan-akan ingin mencari tahu keberadaan buah hatinya sendiri. “Kenapa aku harus berbohong dengan berita yang membahagiakan ini?” “Sungguh?” tanya Jason dengan suara serak. Elena mengangguk penuh keharuan. Tak sia-sia Jason mengorbankan diri. Jika kehidupan yang sekarang hanya mimpi, Jason tak ingin bangun lagi. Dia ingin tinggal selamanya di tempat ini. Tanpa disadari, setetes air mata jatuh di pipi. Pria dewasa yang dulu berhenti menangis sejak usia lima tahun itu, tersenyum dan menangis tanpa peduli harga dirinya akan terjatuh. “Jason ... kau akan jadi seorang ayah.” Elena memeluk Jason sambil berlutut di ranjang. Jason membenamkan wajah di perut Elena sambil memelu
Senyuman di bibir Elena menghilang tatkala melihat ada orang lain di ruangan yang telah dipersiapkan William. Jason merangkul pinggang Elena dengan protektif. “Elena, cepat duduk sini.” William tersenyum canggung. “Paman Andrew, apa kabar?” sapa Elena, seolah-olah mereka lama tak berjumpa. Andrew mungkin ingin merahasiakan pertemuan mereka waktu itu, pikir Elena. “Kita bertemu kemarin. Aku sudah bicara dengan William.” Tak seperti dugaan Elena, Andrew justru jujur pada semua orang. Hal tersebut menghilangkan sedikit keraguan kepada sang paman. “Kau seharusnya mampir dulu ke sini. Kenapa mengganggu Elena?” keluh William, menyembunyikan rasa gelisah. “Aku ingin menyapa Elena sekaligus Jason karena ada bisnis di dekat kantormu.” “Sudah, sudah ... lihat, William sudah menyiapkan hidangan besar-besaran untuk kita. Kau pasti tahu kita akan datang ke sini, Kakak Ipar,” tebak Whitney, istri Andrew. Tebakan Whitney salah. Hidangan itu dikhususkan untuk merayakan berita membahagiakan Ele
Ruby memutar sebuah botol kecil di tangannya. Cairan bening di dalamnya beraroma wangi cukup tajam meski tertutup rapat. Wanita itu mengernyit dan menjauhkan botol dari hidungnya. Aroma tersebut membuatnya mual karena terlalu pekat. “Apa maksudmu berkata seperti itu? Selamat dari apa? Dan untuk apa aku harus memercayai orang asing yang bahkan tidak menyebutkan namanya?” cecar Ruby. Setelah tahu bahwa Elena mengandung anak Jason, Ruby yakin jika Elena mencintai pria itu. Tak mungkin dia akan melakukan sesuatu yang akan mencelakakan pria yang merupakan sumber kebahagiaan dan ayah dari anak pertama Elena. Orang itu tersenyum misterius. “Berikan dan katakan saja kepada Jason. Kau bisa bertanya padanya jika penasaran. Jika kau tidak memberikan itu dan terjadi sesuatu dengan mereka suatu saat nanti, semua karena salahmu.” “Sudah dulu, ya. Aku sudah berbaik hati menolong majikanmu sampai repot-repot datang ke sini. Katakan kepada Jason supaya tidak perlu mencariku lagi.” Sebelum Ruby me
Jason menyambar botol itu dari tangan Elena. Hampir saja Elena menyia-nyiakan cairan yang mungkin benar-benar penawar untuk dijadikan parfum. “Jason! Kenapa teriak-teriak!? Bagaimana kalau aku dan bayi kita kena serangan jantung!?” sergah Elena kaget. “Memangnya apa ini? Apa kau berniat membelikan parfum untuk wanita lain?” tuduhnya. “Maaf ... ini ... aku mendapatkan sampel ramuan untuk kutukan atau penyakit ini. Aku akan memeriksakan kandungannya lebih dulu.” Wajah Elena mengernyit curiga. “Sungguh? Kenapa aromanya sangat wangi? Siapa yang memberikan padamu? Mungkin dia salah mengambil parfum.” “Salah satu pengawal kita mendapatkan informasi dan segera membeli ramuan ini. Aku tidak tahu dia membeli di mana.” “Coba lihat ....” Elena kembali merebut botol kaca itu untuk mengamati dengan memicingkan mata. Seakan-akan dia sedang mencari sesuatu selain cairan bening di dalamnya. “Aku akan menyimpannya dulu, Elena. Ramuan ini hanya ada satu ....” Elena memberikan ramuan itu kepada Ja
“Apa!?” pekik Elena begitu mendengar permintaan Luna. ‘Wanita ini benar-benar menggelikan,’ batinnya. “Kau tidak mau?” Luna berkacak pinggang, seolah-olah ingin mengadukan Elena. Elena mencebik, kemudian meraih ponselnya. “Aku akan bilang Jason dulu.” “Yes!” Luna berseru senang. Jason masih di ruang rapat dan tak mengangkat telepon. Elena meninggalkan pesan singkat dan catatan kecil di meja kerja Jason supaya tak mencemaskan dirinya. “Wah, Nyonya Besar juga takut membuat Tuan Jason marah ternyata ....” Luna tersenyum remeh selagi mengintip tulisan Elena. “Siapa yang takut?! Aku menghargai suamiku! Tahu apa kau tentang hubungan rumah tangga?! Cepat berangkat!” sergah Elena. Luna terkekeh kecil sambil membuntuti Elena dengan sikap sopan. Saat ada orang lain di sekitar, wanita itu berubah wujud seperti karyawan teladan. Elena gegas memintakan izin kepada kepala divisi Luna, kemudian mereka meninggalkan kantor. Mobil yang dikendarai mereka sampai tempat tujuan hanya kurang dari lim
Pagi-pagi sekali, Luna menyapa dompet berjalannya dengan riang. Dia hanya mengangguk sekilas kepada Jason, lalu berbincang dengan Elena.Mereka berdua berjalan semakin cepat mendahului Jason. Seakan-akan pria itu tak ada di sana.Elena mulai terhanyut oleh pembicaraannya dengan Luna. Pada dasarnya, Elena pun suka bicara. Ditambah lagi, banyak kegemaran mereka yang ternyata sama.Luna juga ternyata sangat menyenangkan diajak bicara walaupun mata duitan. Namun, Elena tak bosan membicarakan apa pun dengannya, apalagi jika mereka mulai tak sependapat dan mendebatkan sesuatu.Luna seperti Jenna yang selalu menemani Elena di masa lalu. Bedanya, Jenna selalu menggunakan topeng tebal, menutupi kebusukannya, sedangkan Luna sedikit tak tahu malu kepadanya.“Akhir pekan ini, aku akan menginap di villa temanku. Kau mau ikut? Pasti akan menyenangkan jika kau ikut bersama kami. Lokasinya ada di pinggiran kota, dekat danau, dan hutan belantara,” ajak Luna.Tentunya, niat utama Luna supaya Elen
Elena seharusnya tak bertanya. Sekarang, dia jadi tak tenang hingga tak bisa memejamkan mata, biarpun Jason terus memeluknya sepanjang malam. ‘Besok aku akan mampir ke kampung Lucy. Siapa tahu, ada tetua lain yang bisa membantuku,’ batin Elena, tak mau kehilangan semangat. “Kau belum tidur?” tanya Jason. Elena dapat merasakan pipinya yang menyentuh dada Jason bergetar ketika pria itu bicara. “Aku gugup. Bagaimana jika mereka tidak menyukaiku? Aku tidak suka diabaikan,” dustanya. “Jangan khawatir. Jika mereka mengganggumu, aku akan memastikan mereka mendapat ganjaran yang setimpal.” “Jason ....” Elena mendongak, menatap mata Jason yang terpejam. Dia mengusap kelopak mata Jason yang tertutup menggunakan ibu jari. “Apa kau lelah?” Jason membuka mata. Sedetik kemudian, Elena menyentuh bibirnya dengan pagutan mesra. Jason tahu jika Elena sedang menginginkannya. Dia bergerak mundur menjauh, melepaskan bibir Elena. “Kemarin malam kita sudah melakukannya. Jangan setiap hari,” tolak Jaso
“Gemma! Kau ada di mana?” Elena sudah berkeliling di kediaman Wright untuk mencari keberadaan Gemma. Anak perempuan yang kini berusia enam tahun itu biasa bersembunyi saat Elena pulang dari kerja. Di belakang Elena, Jason membuntuti sang istri seperti biasa. Jason kini membuka kantor pribadi di kediamannya karena masih enggan menampakkan diri di JG Group jika bukan untuk menghadiri pertemuan penting. “Gemma pasti sedang bermain petak umpet bersama Brian, Elena. Biarkan saja ....” Elena menatap tajam sang suami. “Kenapa kau tidak mengawasi Gemma? Katanya, kau kerja di rumah karena selalu ingin bersama putrimu! Dan kenapa Brian ada di sini?” Jason menghentikan langkah Elena, lalu mengecup bibirnya yang tak berhenti mengomel. “Lucy sedang menghukum Brian sepertinya. Kau juga tahu, Lucy tidak suka saat Brian pulang terlambat walau satu menit.” Benar. Lima tahun lalu, Brian menikahi Lucy dan tinggal di Desa Redwood. Terkadang, Brian bosan dan jalan-jalan ke kota hingga lupa waktu. Keb
Setelah menghabiskan tiga hari bersama James, Vera pun tahu jika selama ini James hidup di rumah yang terletak di tengah-tengah hutan. Andaikan dirinya tak ke sana malam itu, mereka tak akan pernah bertemu. Vera tak berkutik melawan James Wright. Dia sudah seperti budak yang harus melayani James setiap saat. Meski Vera menginginkan wajah itu. Tetapi, sikap James jauh berbeda dari Jason. Nyaris tak ada kesamaan, selain wajah mereka.‘Dia gila … bagaimana caraku pergi darinya?’ “Ough, ya ampun … wanita di masa depan ternyata sangat pintar melayani pria. Bagus, Sayang, goyangkan tubuhmu lebih kencang.” Vera meliuk-meliuk di atas James sambil menggigit bibir. Dia tak bisa menikmati percintaan panas yang berulang setiap saat. ‘Orang ini benar-benar seperti binatang! Dia bahkan seratus kali lebih buruk dari Andrew,’ maki Vera dalam hati. Selesai menerima puncak kenikmatan, James mendorong Vera dengan kasar hingga tersungkur di lantai. “Ah, aku bosan. Saatnya aku keluar dari tempat meny
Mentari bersinar sangat terang seperti hari sebelum-sebelumnya. Di kota yang sangat sepi itu, Vera masih berusaha mencari keberadaan makhluk bernyawa selain dirinya. Sayang, bahkan serangga pun tak terlihat di tempat itu. Hanya ada dirinya yang mengulang waktu yang sama … setiap hari. Waktunya diam di tempat. Setiap pukul delapan malam, Vera akan mendengar dentuman keras di arah selatan tempat tinggalnya, dekat dengan tanah milik Keluarga Wright. Benar. Dirinya tinggal di kediaman Wright selama ini. Vera hidup di dunia dengan waktu yang sama dan berulang-ulang terus-menerus. Dia ingin melihat asal dentuman itu terjadi. Akan tetapi, ketika hari mulai gelap, Vera tak berani keluar dari rumah. Kota itu adalah kota yang sama, tetapi terasa asing karena memiliki pemandangan yang berbeda. Tak ada gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya. Tak ada pula lampu terang-benderang di setiap pinggiran jalan. Tempat tinggal keluarga Vera pun masih berupa tanah kosong dengan puluhan pohon-poho
Dokumen penting yang semula tertumpuk rapi itu jatuh berserakan di lantai saat Jason berlari keluar dari ruangan. Dengan wajah yang terlihat sangat panik, Jason gegas mengikuti Ruby ke kamar. “Elena!” seru Jason dengan napas terengah-engah. Tak seperti bayangan, Elena justru duduk tenang sambil mengelus perutnya meski keningnya berkeringat deras. “Jason, ada sedikit lendir bercampur darah keluar ... Bisakah kau membantuku berjalan sampai mobil? Kita ke rumah sakit sekarang.” Jason panik. Dia malah mondar-mandir sambil sesekali mengusap wajah. Bingung bagaimana caranya menggendong Elena. Bagaimana kalau bayi itu keluar di saat dia menggendong Elena dan lari ke mobil? “Bayiku bisa jatuh,” gumamnya. Tapi, jika dia tak segera membawa Elena ke rumah sakit, bagaimana cara Elena melahirkan? Jason sampai tak kepikiran memanggil dokter kandungan Elena ke rumah. “Tuan!” seru Ruby membangunkan lamunan Jason. “Bisakah Anda lebih cepat membopong Nyonya Elena!?” “Tapi, bagaimana-” “Elena!” W
“Apa benar dugaanku kalau Paman Andrew terkena pengaruh ramuan Vera?” tanya Elena begitu Logan pulang.“Betul, Nyonya. Tetapi, kadar ramuan yang ada di tubuh Tuan Andrew tidak begitu banyak,” terang Logan.Logan lantas mengatakan semua yang Tetua Michael pesankan saat dia meninggalkan Andrew. Tak sampai satu minggu, Logan akan menjemput dan memulangkan Andrew. Lalu, pembicaraan tentang Anna muncul saat Jason bertanya, “Bagaimana dengan dua wanita itu? Aku dengar, mereka akan pindah ke tempat lain lagi?”“Ini surat dari Nyonya Anna. Lebih baik Anda membacanya terlebih dulu.”Logan mengeluarkan sebuah amplop putih, lalu menyerahkan kepada Elena. Surat itu ditunjukkan untuk Elena dan William. William pun mendekat dan ikut membaca isinya.Surat itu berisi tentang penyesalan Anna, juga permohonan maaf atas semua yang sudah Anna dan Jenna rencanakan kepada William dan Elena. Karena pesan Brenda yang ingin supaya Anna menjaga suami dan putrinya jika terjadi sesuatu kepada dirinya, Anna jadi
Elena mengamati sikap Andrew, mulai dari gerakan tubuh, bibir, dan sorot matanya. Rose jelas mengatakan padanya jika Vera tak pernah memberikan ramuan atau mencuci otak Andrew. Tapi, kenapa Elena jadi meragukannya? Andrew terlihat seperti Rose sebelum mendapat pengobatan. Mata pria itu sedikit menggantung, seperti tak fokus bicara atau menatapnya.“Kenapa Paman ingin melihat perempuan itu lagi? Gara-gara Vera, Paman kehilangan perusahaan dan keluarga Paman,” pancing Elena. Kini, Andrew dengan jelas menunjukkan ekspresi yang menahan kemarahan. Sepertinya, Andrew tak suka mendengar Elena menyalahkan Vera. “Paman perlu melihat Vera sekarang.” Andrew masih bersikeras dengan keinginannya. Seolah semua yang telah terjadi tak berpengaruh apa pun padanya.“Tidak bisa, Paman. Maaf … sebaiknya Paman melupakan perempuan itu dan menata hidup Paman yang berantakan karena dirinya.” Saat mengatakan itu, Elena tiba-tiba memikirkan sesuatu. Andrew tak mungkin menyerah dan pasti akan terus mencari
“Jadi, sejak tadi Luna diam karena kau, Logan!?” Elena turut memukul punggung Logan dengan bantal. Logan masih meringkuk di kaki Luna selagi menutupi belakang kepala dengan kedua lengan. Dia takut menunjukkan wajahnya. Dua wanita itu menyerang Logan secara membabi-buta. ‘Aku lebih baik dikeroyok selusin berandalan daripada harus berada di situasi seperti ini!’ jerit Logan dalam hati. Ketika Logan melihat ke arah Jason, pria itu justru pura-pura tak melihatnya! Setelah kemarahan Elena dan Luna sedikit mereda, mereka pun duduk dengan tenang dan berhadap-hadapan. Luna melipat tangan di depan dada dan masih menatap Logan penuh amarah. “Sekarang, ceritakan padaku, Luna. Apa yang sudah Logan perbuat padamu? Kenapa kau minta kesucianmu lagi? Apa jangan-jangan, Logan sudah ….” Elena menggantung ucapannya selagi menatap tajam Logan. Dia akan menghukum Logan hingga merasakan penderitaan jika tebakannya benar. Elena pikir, Logan telah merudapaksa Luna sehingga membuat temannya itu sampai
Jason bersandar lemas di kursi dengan mulut sedikit terbuka. Dia tak menyangka jika Elena lebih cepat mengatasi masalah Vera dibanding dirinya.“Aku hanya beruntung karena Rose mau membantuku.” Elena tampaknya tahu apa yang dipikirkan sang suami.Jason merasa dirinya tak bisa melindungi Elena. Dia seharusnya bergerak cepat, tetapi malah berbaring di sembarang tempat selama beberapa hari ini.“Maaf, Elena, aku seharusnya sadar lebih cepat kalau Logan bergerak sendiri. Bagaimana kalau kau gagal dan perempuan itu membalas perbuatanmu?”Elena menyandarkan kepala di pundak Jason, lalu memeluk perutnya. “Yang penting, semua sudah berakhir sekarang. Dia tidak akan bisa mengganggu hidup kita lagi. Semua musibah yang terjadi juga disebabkan oleh Vera, bukan? Kita tidak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi sekarang, kecuali menanti kelahiran bayi kita.”Tak hanya Jason, William juga merasa tak bisa berbuat apa pun. “Lalu, bagaimana dengan perusahaan Andrew yang sekarang diambil alih oleh adik ipa
“Elena? Apa yang sudah Elena lakukan? Apa dia tahu aku ada di sini?” Jason tak pernah menduga kemungkinan itu lantaran dirinya pun baru mengetahui dari Logan beberapa jam sebelumnya. Akhir-akhir ini pun, Jason tak bisa berpikir apa-apa. Dia hanya fokus menikmati mual dan pusing yang selalu melanda di pagi hari dan ketika mencium aroma tertentu.“Benar. Elena yang membantuku untuk mendapatkan aset Andrew dengan mudah. Dia juga yang memintaku ke sini untuk membukakan jalan untukmu, Jason. Ayo, pulang sekarang! Bibi akan mengantar kalian sampai di kediaman Forbes.” Jason mengikuti Whitney masih dengan tampang kebingungan. Sementara itu, Logan menggendong Luna sampai masuk ke mobil Whitney. Dia meninggalkan mobil yang digunakan sebelumnya, yang merupakan milik pengawal Andrew. “Tunggu sebentar, Tuan. Ada yang perlu saya lakukan terlebih dulu,” ujar Logan tiba-tiba. “Kenapa lagi?” “Ada orang yang memukul saya dari belakang waktu itu.” Logan menyeringai ke arah Danny. Tanpa aba-aba, Lo