"Gue batalin aja Dis, kesepakatan kita kemarin, " tutur Kimberly dengan berat hati, saat menemui Diska di sebuah cafe.
Perasaanya saat ini berkecamuk, ingin mundur dan membatalkan perjanjian dengan Adis, tapi iya juga butuh uang. Apalagi sedikit uang itu sudah iya pakai untuk berobat Papahnya. Tapi jika diteruskan mau taro dimana mukanya? jika ternyata Kaivan mengenalinya di kantor. "Kenapa Kim? apa lo gagal bikin dia ilfil? dan engga jadi batalin perjodohan gue?"Kimberly menghela nafasnya kasar, karena bingung harus bagaimana lagi."Bukan cuma itu Dis," jawab Kim dengan ragu, "Lelaki yang akan dijodohkan sama lo, adalah atasan gue di kantor, "UHUK UHUK UHUK!Seketika Diska terbatuk karena tersedak--kopi yang baru saja diminum. Kimberly pun jadi panik, lalu menepuk-nepuk punggung Diska dengan pelan. "Lo engga bercanda kan? atasan Lo yang mana Kim? gue bahkan engga tau mau dijodohin sama siapa."Engga heran lagi sebenarnya dengan Diska, temanya satu ini memang cuek sekali dalam urusan apapun. Bahkan lelaki yang akan di jodohkan dengan Dia saja, Diska tidak tahu. Yang akhirnya, membuat Kimberly jadi masuk kekandang singa.Pagi kembali menyapa, kini Kimberly pun kembali ke aktifitasnya kembali. melakukan segelintir pekerjaanya dikantor. berkali-kali iya mencoba fokus, tapi sayang, fokusnya buyar. Karena rasa takut yang menggelayutinya."Woyy pagi-pagi udah ngelamun aja lo," tegur Vivi membuyarkan lamunan Kimberly.Membuat Kimberly jadi mengerjap kaget, kemudian menatap Vivi dengan lesuh."Lagi ngga semangat gue vi," tutur Kim mendesah."Alah masih pagi udah ngga semangat aja lo, semangat dong. Gimana mau dapet jodoh""Ck, ngga ada hubungannya kali, gue yang ngga semangat Sama ngga dapet jodoh," jawab Kim terheran.Brakkk!Kimberly terkejut, dengan reflek mendorong kursi yang iya duduki dengan keras. Saat Kaivan tiba-tiba datang, keruang editor. Ada perasaan takut, yang terpampang diwajah Kimberly, saking paniknya melihat Kaivan diruangan itu.begitu juga dengan Vivi, tidak kalah kaget. menegakkan tubuh saat ada didepan bos besarnya."Pagi pak Kaivan, ada perlu apa pak?" Sapa Vivi dengan sopan.Kimberly bahkan meneguk salivanya susah payah, tanpa mampu memperlihatkan wajahnya didepan Kaivan. Rambutnya yang cukup panjang, iya biarkan menutupi setengah wajahnya. agar Kaivan tak mampu mengenali Kimberly."Astagah! Kamu-" Kaivan memberi jeda "Rambut kamu tidak sesuai Sop kantor!" lanjutnya marah.Membuat Kim jadi gelagapan tak karuan, mengigit bibir bawahnya dengan gugup. Lalu menghela nafas lega, karena Kaivan malah salfok dengan rambutnya."Kim! rambut mu kenapa seperti Kuntilanak? cepat rapikan," titah Pak Handoko yang baru tiba."I.. Iya Pak baik."Dengan senang hati Kimberly setuju, dan membungkukkan badanya sebelum pergi.Ada perasaan lega saat iya meninggalkan ruangan itu, setidaknya Kimberly menjadi aman.keluar dari toilet, penampilan Kimberly kini terlihat lebih rapih. Rambutnya yang panjang, iya kuncir tinggi seperti ekor kuda. lalu berjalan gontai dan kembali lanjut bekerja diruangan yang sudah tidak ada kehadiran Kaivan.Ting!disela-sela aktifitasnya, suara notif pesan masuk berbunyi. Saat itu juga Kimberly meraih ponselnya yang tergeletak disamping meja. Desahan berat iya hempaskan lewat mulut, saat melihat nomor siapa yang tertera.Diska [Kim atasan lo, Kaivan. Dia minta ketemuan lagi Di cafe starlight jam 8. Gue harap kali ini lo bisa gagalin perjodohan gue :) please! ]Baru aja dia lega karena bisa menghindar dari atasanya itu, tapi malam ini malah harus bertemu kembali. Memutar otak, dan berfikir sekeras mungkin. Itulah saat ini yang iya lakukan, agar mendapat cara jitu menggagalkan perjodohanya ralat Diska.Seperti Pertemuan pertama,terlebih dahulu Diska mendandani Kimberly di sebuah salon. Agar penampilan temanya itu bisa sebeda mungkin, rupanya Diska juga takut jika penyamaran Kimberly ketahuan. bisa-bisa iya digantung oleh kedua orang tuanya.Setelah dirasa siap, Kimberly kini sudah sampai dicafe starlight. Kali ini Kaivan lebih dulu sampai dimeja yang memang sudah dibooking. jika pertemuan pertama lelaki itu hanya sendiri, berbeda dengan sekarang. Dia datang bersama Arvelio sahabat sekaligus staff Di kantornya juga."Malam," sapa Kim berasa-basi, lalu menggeser kursi dan duduk.Kaivan mengangkat kepalanya, sedari tadi dia asyik bermain dengan ponselnya. Entah apa yang iya lihat Kimberly pun masa bodo. Dari samping bisa Kimberly rasakan , tatapan Arvelio terus mengarah kearahnya. Ngga mau salah tingkah, Kimberly berlagak cuek tak peduli. "Malam juga, aku pikir kamu tidak akan datang. Mengingat kamu sepertinya tidak menginginkan perjodohan ini," ucap Kaivan dingin tanpa berekspresi.Kim tersenyum kecut, sedikit mencibir lelaki didepanya didalam hati."Hahah Iyakah? Kamu salah sangka sepertinya. Aku memang seperti ini kok orangnya, lagi pula kemarin itu aku hanya terkejut, dengan tindakan kamu yang terlalu terburu-buru. Bukankah kita baru saja memulai?" jawab Kim bohong.Dari sini Kim memulai aksinya, disaat Kaivan mengajaknya bicara. iya justru melakukan hal konyol yang sebelumnya tidak pernah dilakukan.mengupil didepan Kaivan serta Arvelio, adalah jurus terbaru yang dilakukannya. Entah lah dirinya pun ilfil melakukanya, jika tidak sandiwara seperti ini. "Van! elo yakin mau sama nih cewe?? aneh gitu anjir! geli gue," bisik Arvelio pada Kaivan, namun masih bisa didengar Kimberly dengan jelas."Gue yakin abis ini lo pasti ilfil," batin Kim bergumam.Yang dilakukan Kim sama sekali tidak membuat Kaivan jijik, bisa iya lihat, Kaivan menatap tanpa berekspresi. Sementara Arvelio udah berkidik merinding melihat kelakuan wanita didepanya."Elo yakin? mau tetep lanjutin perjodohan kalian? nih cewe aneh gue rasa. Ada kelainan," bisik Arvelio kembali.Sebuah senyum kemenangan terbit, Karena cara Kim kali ini sepertinya berhasil, bahkan Arvelio saja yang terkenal buaya nya kantor, mulai ilfil melihat kelakuanya."Baca dan tanda tangan," singkat, padat dan dingin. Itulah kata Kaivan.Dengan segera Kimberly membaca secarik kertas yang diberikan, melebarkan mata saat tau isi dari kertas putih tersebut."Kamu gilak? ini namanya Kamu memanfaatkan Aku," sewot Kim membelalak, menatap Kaivan penuh kebencian.Meskipun Perjodohan ini bukan untuknya, tapi Kim yakin. Diska pun akan marah jika diperalat lelaki ini."Pilihan ada Di kamu, Jika tetap menolak, aku tidak yakin perusahaan Kedua orang tuamu akan terus aman tanpa masalah," ancam Kaivan.Ada perasaan emosi menghadapi lelaki dingin didepanya. Di surat tersebut tertulis, keduanya tidak boleh memutuskan perjodohan . Sekalipun sampai menikah, sampai Kaivan berhasil mendapatkan hak waris penuh untuknya. Kalau menolak Perusahaan orang tua Diska akan dihancurkan Kaivan."Aku tidak menyangka, jika seorang-Ceo Perusahaan. Seperti kamu begitu menggilai harta serta licik seperti mu," tutur Kim tersenyum angkuh."Ternyata emang pantas julukan Lelaki dingin serta kanebo kering yang Di lontarkan oleh para karyawanmu,""Loh kok Kamu tau jika Kaivan mendapat julukan itu Di kantornya?" Arvelio kali ini ikut bicara, saat Kim tanpa sadar tidak sengaja mengatakan suatu hal yang seharusnya tidak diketahui oleh orang luar seperti Diska.Reflek saat itu juga Kimberly tersadar, melebarkan matanya saat tahu Dia sudah keceplosan."Jangan-jangan kamu-""Jangan-jangan kamu kepoin Kaivan?" tebak Arvelio menerka-nerka, dengan mata yang memicing. "Haha Mana mungkin," sanggah Kim terkekeh palsu, "aku hanya pernah mendengar kabar angin tentang kamu," tambahnya menyanggah tuduhan Arvelio, agar kedua lelaki itu tidak curiga padanya. "Kalau gitu tunggu apalagi, cepat tanda tangan disini." tunjuk Kaivan pada kolom yang diberi tanda kurung. Alhasil membuat Kimberly tercekat, karena bingung apakah tindakan yang Kim akan ambil. Adalah tindakan yang benar. Terutama tidak merugikan Kimberly, maupun Diska dan keluarganya. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Kimberly menuruti perjanjian yang diajukan oleh Kaivan. membuat lelaki di depannya itu tersenyum penuh kemenangan. keesokan paginya, waktu tidur Kimberly terganggu. Akibat Diska terus-menerus menggoncang tubuhnya agar terbangun."Kim, lo harus tanggung jawab pokonya!" Sarkasnya dengan emosi yang menggunung. Sementara Kim jadi meruntuk, karena tidurnya yang terusik. Membuatnya tak henti ber
"Maaf ini siapa? sepertinya anda salah sambung," jawab Kim, lalu memajukan ponsel miliknya sebentar. Dan melihat layar panggilan dari nomor tidak dikenal. "Kimberly Adelia, itukan nama kamu?" lelaki itu memberi jeda, "Atau Diska Arlego?"Bagai disambar petir, ucapan itu membuat Kimberly seolah mati kutu. Lalu kembali fokus, mendengarkan ucapan seseorang itu dengan secara jelas "Besok temuin saya Di Kantor, jika tidak datang nyawamu yang akan jadi taruhanya." ancam seseorang itu dengan sarkas, lalu detik itu juga mematikan panggilanya dengan sepihak. Keesokan paginya, Kimberly sudah tiba Di Kantor. Akan tetapi, pikiranya saat ini serasa berkecamuk ketika mengingat penelepon kemarin. Kakinya bahkan sampai bergetar hebat saat duduk di kursi kerjanya. "Arrrrghhh! bodoh-bodoh," racau Kim sambil mengigit-gigit kuku jarinya. "Lo kenapa si Kim? gue perhatiin lo gemetaran gitu sejak tadi. belum makan?" tanya Dimas, karena memang duduk tepat disebelah kanan Kimberly. "Gue ngga papa Dim,"
"Tidur dengan saya." Kimberly menegakkan kepalanya yang sejak tadi merunduk. Menatap geram lelaki didepanya saat mendengar syarat agar Kaivan tidak melaporkanya. "Bapak bercanda? jangan pikir harga diri saya bisa dibeli dengan uang!" jawab Kim penuh amarah, "Maaf saya bukan jalang yang harus Bapak tiduri hanya untuk mendapatkan uang," Kaivan menyunggingkan senyum mendengar jawaban dari Kimberly. Seketika merasa tertantang dengan wanita didepanya. "Oke jika itu mau kamu, besok siap-siap jika ada polisi yang akan mendatangi kamu dan Diska si penipu itu," ucapnya mengancam. "Pak, jangan. jangan tangkap saya Pak! saya mohon, Ayah saya sedang sakit keras, apa jadinya jika dia tahu saya masuk penjara karena telah menipu bos saya sendiri," Kimberly serasa sesak, ingin menolak tetapi bingung dengan biaya rumah sakit Ayahnya jika iya sampai masuk penjara. "Kalau gitu saya tunggu nanti malam Di Hotel Zeus kamar nomor. 13," putusnya sepihak tanpa bantahan apapun dari Kimberly. ***"What?
Plak! Radiv menampar wajah putra sulungnya dengan kasar, hingga membuat wajah Kaivan menoleh karena tamparan tersebut. "Dasar Anak kurang ajar! apa susahnya menerima perjodohan dengan Diska. Toh dia wanita baik-baik bahkan dari keluarga terhormat," tutur Radiv penuh emosi. "Tapi aku engga suka ataupun cinta sama dia Pah. Jadi aku mohon, berhenti untuk maksa aku nerima perjodohan itu," jelas Kaivan lalu mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Kimberly meremas kuat seprei yang iya tiduri, Diam-diam Kimberly mendengarkan percakapan kedua lelaki dengan beda usia tersebut. seperti perintah Kaivan. Kimberly hanya perlu ber pura-pura tidur, saat ada seseorang yang masuk Ke Kamar itu. Walau akhirnya Kimberly tidur beneran, lalu terbangun saat Ayahnya Kaivan memaksa masuk. "Alah persetan dengan cinta! Papah dan Mamah mu saja awalnya tidak saling cinta. Tapi seiring berjalanya waktu cinta itu juga muncul, dan lahir lah kamu. paham?" "Dan wanita murahan mana lagi itu yang kamu tiduri? en
Kaivan menyantap menu makan siangnya dengan lahap. Seperti biasa, dia akhirnya memilih makan siang di sebuah restoran yang jaraknya cukup dekat dari kantor. "Gue bingung deh, tadi lo sendiri yang ngajakin gue makan Di Kantin kantor. Sekarang malah berubah pikiran dan makan disini, ck aneh lo," Arvelio menggelengkan kepalanya, merasa heran dengan sikap sahabatnya yang mudah berubah-ubah. "Bawel, tinggal makan aja segala protes," jawab Kaivan ketus. Arvelio terkekeh, sudah hafal betul jika Kaivan tipe orang mood'ian. "Padahal gue tadi mau nolongin gebetan gue dulu, kasian tanganya pasti melepuh tuh kena kuah sup tadi," cetus Arvelio hingga membuat Kaivan hampir saja tersedak. Kaivan meraih gelas yang berisi air putih, lalu meneguknya sebentar dan menatap kearah Arvelio sambil menyatukan kedua alisnya. "Gebetan? lo kenal sama karyawan cewe tadi?" tanyanya datar walau sebenarnya sedikit kepo. "Kimberly? baru kenal beberapa hari lalu sih, cuma gue klik aja waktu liat dia. kayak ada
Kimberly meneguk ludah saat menatap Radiv, Dirut utama sekaligus pemilik perusahaan tempatnya bekerja. "Malam Om, perkenalkan saya Kimberly." uluran tangan Kimberly berikan saat ayahnya Kaivan menatapnya begitu intens. Radiv memiringkan kepalanya lalu menyipitkan mata seolah mengingat sesuatu. "Sepertinya wajah kamu tidak asing bagi saya," ucap Radiv berbicara. "Duduk dulu Pah, kasian pacarku jika berdiri seperti ini," pinta Kaivan memberi intruksi. Lalu Kaivan menuju meja makan, menarik kursi dan mempersilahkan Kimberly duduk lebih dulu. Sebuah act of servis yang membuat wanita manapun akan terkesima menatapnya. "Makasih," ucap Kim tersenyum walau dirinya tau bahwa yang dilakukan Kaivan hanyalah pura-pura. "Jadi kamu pacarnya Kaivan? sudah berapa lama? Kaivan tidak pernah bercerita sih kalo dia punya pacar," ucap mery, Mamahnya Kaivan. Kimberly mengangguk, "Iya tante, kita pacaran udah.. " Kimberly menjeda ucapanya, seketika gugup dan jadi bingung harus jawab apa. "Kami pac
Raina Hadju, seorang penulis terkenal yang sudah meluncurkan puluhan karya Novelnya diranah perbukuan. Pagi ini mendatangi perusahaan PT. Terbit terang dengan emosi yang menggebu-gebu. "Iya, saya Raina Hadju," ucapnya angkuh. "Wah senang bertemu dengan anda, Mbak," kata Kim dengan senyum merekah, karena dia ini termasuk penggemar berat karya-karyanya. "Gaush basa-basi! saya kesini bukan untuk berjumpa dengan editor semacam kamu," katanya memandang rendah Kimberly, sambil menatap name tag Kimberly yang menggantung di leher. Kimberly menarik senyum miring keatas, "Biarpun jabatan saya hanya editor, tapi attitude saya sepertinya lebih baik, daripada anda," ucap Kim menatap tajam dan jadi kesal karena ucapan wanita itu. Plak! Raina menampar wajah Kimberly tiba-tiba, membuat semua orang yang ada diruangan itu terkejut. "Kurang ajar! berani sekali kamu Kimberly terkejut dan melebarkan matanya saat pipinya ditampar begitu saja oleh Raina. "ini ada apa? kenapa ribut-ribut?" Kaiva
"Pecat wanita itu!" Pak Bambang, selaku HRD, di perusahaan miliknya tercengang, saat mendengar kalimat tajam atasanya. "Maaf, Pak. Maksud Bapak siapa yang harus saya pecat? saya tidak mengerti," ucap Pak Bambang kebingungan. "Editor di perusahaan ini yang bernama Kimberly," desisnya dengan tajam. "Tetapi Pak... Salah dia apa? sampai Bapak ingin memecatnya?" "Wanita itu sudah berani menggoda anak saya! dan saya tidak sudi, jika wanita biasa seperti dia berani berhubungan dengan Kaivan,"Pak Bambang terkejut bukan main, pasalnya selama ini tidak pernah ada yang tau Kaivan punya hubungan dengan Kimberly. Bahkan mereka tidak pernah sedikitpun melihat keduanya saling bertemu. "Bapak yakin?""Segera keluarkan dia dari perusahaan saya! mulai besok, saya tidak ingin wanita itu berada diperusahaan ini," titah Radiv tanpa bisa diganggu gugat. "Baik Pak akan saya laksanakan," walau menyayangkan keputusan atasanya, Pak Handoko tetap lah menuruti. Diapun hanyalah karyawan tidak bisa berbua
"Pak, apa kita langsung pulang?" tanya Kimberly. Acara makan malam telah selesai dan membuat Kaivan memutuskan untuk segera beranjak kembali ke dalam kamar, akan tetapi pertanyaan yang Kimberly lontarkan menghentikan langkahnya seketika. "Ya."Mendengar jawaban singkat itu, Kimberly mengerucutkan bibir bawahnya. padahal iya masih ingin jalan-jalan. "Wah sayang banget ya? padahal kesini berniat liburan tapi malah lebih banyak didalam kamar," celetuk Kimberly. Kaivan membalik badanya setelah dia berjalan lebih dulu membelakangi gadis itu. "Kamu-" DrttttKalimat Kaivan terjeda saat ponsel yang berada disaku celananya bergetar, buru-buru iya ambil benda pipih itu dan mengusap layarnya dengan segera. "Halo," [Kamu lagi liburan? kenapa engga ajak aku, sayang] terdengar suara seorang wanita dari sebrang sana. "Hem, maaf." [Sendiri?]pertanyaan dari wanita yang tak lain adalah Diska ; wanita yang statusnya kini menjadi tunanganya. Mendengar itu Kaivan melirik kearah Kimberly yang se
"M-mandi bareng? Bapak jangan gila!" sarkas Kimberly. Tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba minta mandi bareng, wanita mana sih yang tidak marah. terlebih lelaki didepanya itu adalah mantan suaminya. yah walaupun hanya menikah sirih dan umur pernikahan mereka seumur jagung. "Kamu pikir saya sudi? mandi bareng sama wanita pengkhianat sepertimu?" ucap Kalian begitu nyelekit. "Pengkhianat? saya tidak pernah merasa mengkhianati siapapun," Kimberly sedikit sakit hati dengan ucapan yang lelaki itu lontarkan, lagi-lagi kalimat menyakitkan menusuk relung hatinya begitu dalam. Tanpa mau memperdulikan Kaivan lagi Kimberly pun melangkah masuk kedalam kamar mandi. Brakkkk!!!Pintu kamar mandi dibanting dengan keras, membuat tubuh Kaivan sedikit terlonjak. "Dia... marah?" gumamnya. Setelah hampir 30 menit selesai mandi, Kimberly keluar dengan rambut basahnya serta pakaian yang sudah lengkap dan berganti. wajahnya terlihat segar tanpa polesan makeup sedikitpun, membuat wajah putih pucat
"Pak, lepaskan! Bapak mau bawa saya kemana?" Kimberly berusaha melepaskan cengraman tangan lelaki itu. Namun, usahanya gagal. "Jangan banyak tanya kamu!" sentak Kaivan. langkah keduanya berhenti tepat saat Kaivan membawa Kimberly masuk kedalam toko baju yang menjual beberapa baju-baju pantai dengan berbagai model. Kimberly bingung mengapa iya diajak masuk kedalan toko? apa atasanya itu ingin berbelanja? pikirnya begitu. Sementara Kaivan sibuk memilih beberapa dress pantai yang memang dijual disana, lalu mengambil satu baju yang menurutnya cukup sopan dan terbilang cocok untuk dipakai di area pantai. "Pakai Kim," suruh Kaivan. Kimberly mengerutkan alisnya karena bingung tiba-tiba disuruh mengganti bajunya dan memakai baju yang baru. "Kok buat saya Pak? saya engga minta lho?" jawab Kim polos. "Ck, saya bilang pakai ya, pakai. ganti baju mu yang kekurangan bahan itu dengan yang ini." "Kurang bahan? ini bagus kok cocok untuk dipantai. kata temen saya sih, heheh," jawab Kim terkek
Kaivan dan Kimberly benar-benar pergi berlibur, keduanya baru saja mendaratkan kaki di sebuah Bandara. Terlihat Kimberly kesusahan saat membawa koper miliknya dan milik Kaivan, dengan sengaja lelaki itu ingin mengerjai Kim hingga membuat wanita itu kesusahan. "Lelet! bawa koper dua aja, lelet!" ucap Kaivan. Kimberly terlonjak dengan ucapan atasanya, "Hah? lelet? gimana bisa cepet kalau gue bawa dua koper sekaligis!" gumamnya dalam hati. Tidak lama keduanya sampai pada sebuah hotel yang cukup mewah, lalu Kaivan memesan satu kamar dengan sengaja. "Ko kamarnya cuma satu Pak? terus saya tidur dimana?" imbuh Kimberly bingung. "Dijalanan." ucap asal Kaivan, hingga membuat Kimberly syok tidak percaya. "Disofa, dan saya dikasur. " lanjutnya dengan ketus.perjalanan yang cukup lama, membuat Kaivan akhirnya memutuskan tidak kemana-mana, dan hanya berdiam diri didalam kamar. Sementara Kimberly sudah membaringkan tubuhnya diatas sofa. "Tega banget sama mantan!" gumam Kim kesal, sementara s
"Kenapa makananya Bapak buang?" tanya Kim sambil menatap Kaivan penuh kesabaran. berkali-kali nafasnya terbuang kasar karena harus menghadapi sikap lelaki itu yang cukup membingungkan Kimberly. "Sudah saya bilang makanan yang tidak diinginkan sebaiknya di buang!" jelas Kaivan dengan galak bahkan beberapa karyawan menatap kearah keduanya dengan terheran. "Kalau mau perhatian jangan sambil marah-marah bisa Pak? saya akan makan tapi nanti setelah pekerjaan saya selesai," "Ck, apanya yang perhatian? saya cuma gamau karyawan saya ada yang sakit, paham?" lalu Kaivan pun pergi begitu saja dan membuat Kimberly bertanya-tanya dalam hatinya. "Aneh!" ucap Kimberly setelah kepergian Kaivan. Sementara itu diruanganya saat ini Kaivan terlihat Kebingungan, pertemuannya kembali dengan Kimberly membuat perasaanya yang telah iya kubur lama kembali bangkit. "Pokoknya aku harus bikin wanita itu sengsara selama dia bekerja disini, dia harus merasakan sakit hati yang pernH iya berikan kepadaku!" guma
"Kimberly?" ucap Diska terkejut, "Lo kerja disini? sejak kapan? kok gue baru tau ya kalau lo bekerja dikantor pacar gue?" lanjutnya sambil menghampiri Kimberly. Kimberly dan Diska mereka sama-sama terkejut. Keduanya ternyata tidak saling tau hubungan yang sempat Kimberly jalin bersama lelaki yang saat ini ternyata menjadi pacar Diska, rupanya seiring berjalanya waktu. Diska mau menerima perjodohanya dengan Kaivan, begitu juga sebaliknya. Kaivan akhirnya menuruti permintaan Papahnya walau dengan terpaksa. "Pa... pacar? bukanya kamu selalu menolak untuk dijodohkan denganya?" jawab Kim terbata. Diska terkekeh kecil, "Awalnya sih iya Kim, tapi lama kelamaan seiring berjalanya waktu, aku akhirnya bisa menerima Kaivan. Bahkan aku jadi suka dan sayang beneran sama dia," Kimberly menatap Kaivan dengan sorot mata yang sedih, semudah itukah Mas? kamu melupakan aku dalam hidupmu?, suara hati Kimberly tanpa sadar terus berbicara. Ada perasaan kecewa dalam hatinya melihat Kaivan kini bersama w
Kimberly tetap tenang, meski Kalian bersikap dingin padanya dan ingin memecatnya. Akan tetapi itu semua sia-sia karena di surat kontrak yang Kimberly tanda tangani, tidak ada yang dapat memecatnya jika Kim tidak melakukan kesalahan apapun. Dan Kimberly jelas dia tidak melakukan kesalahan. "Sayangnya Bapak tidak bisa memecat saya begitu saja, karena saya sudah terlanjur terikat kontrak, " jawabnya dengan berani. Kaivan pun merasa jengkel dengan yang diutarakan Kimberly, bayangan sakit hati karena ditinggalkan tanpa sebab, membuatnya membawa masalah pribadi pada pekerjaan. "Gimana? udah puas kaburnya selama satu tahun ini? Apa bahagia dengan lelaki pilihanmu itu?" emosi Kaivan seolah terpancing saat melihat wajah Kimberly kembali. "M... maksud nya kabur gimana? saya engga ngerti," Kimberly sedikit bingung dengan apa yang diutarakan Kaivan. Dulu, waktu dirinya diculik selama satu bulan penuh. Kimberly hancur karena dia tidak bisa bertemu Kaivan serta ibunya, bahkan dia harus kehilang
Kaivan terlihat cemas saat mengetahui sang istri sudah hampir 1 minggu tidak kunjung pulang kerumah, pamitnya pergi untuk menghadiri pernikahan teman. Akan tetapi sampai sekarang pun tidak ada kabarnya juga. "Bu bagaimana ini? Kimberly belum juga ada kabarnya, saya khawatir. Takut sesuatu terjadi kepadanya," ucap Kaivan memperlihatkan rasa cemas diwajahnya. "Ibu juga bingung, Nak. Tidak biasanya Kimberly seperti ini bahkan pergi berhari-hari tanpa kabar berita," Santi pun ikut khawatir meratapi kepergian putrinya yang tak kunjung pulang juga. "Saya sudah tanya beberapa teman Kimberly, tetapi mereka semua tidak ada yang tau keberadanya. Bahkan temanya yang menikah kemarin pun tidak meresa jika Kimberly datang kepernikahanya," "Apa? jadi dia tidak pergi ke pernikahan itu? lantas Kimberly kemana sampai sekarang tidak pulang juga," Santi pun menangis setelah mengetahui hal tersebut, sungguh perasaanya saat ini bercampur aduk. Satu bulan pun berlalu. Namun, Kimberly belum juga diketah
Kimberly membuka kedua matanya setelah obat bius yang iya hirup perlahan menghilang. matanya mengerjap-ngerjap mencoba meneliti keadaan sekitar. "Gue dimana?" ucapnya bertanya-tanya. lalu tidak lama seseorang masuk keruangan tersebut dengan seringai tajamnya. "Sudah bangun kamu?" ucap seorang lelaki paruh baya--yaitu Radiv. Kimberly menjadi terkejut, "Pak Radiv? jadi anda yang menculik saya?" Radiv terkekeh kecil dengan tatapan meremehkan menatap Kimberly. "Iya, saya yang menculik mu! bahkan lebih dari menculik pun saya bisa," kata Radiv terdengar seperti mengancam. "Saya salah apa Pak? kenapa Bapak tega melakukan ini kepada saya? bahkan saya ini menantu Bapak sendiri," tutur Kimberly merasa heran dengan bola mata yang melebar. Radiv kembali tertawa, lalu meraih rokok disaku celananya dan menghisapnya setelah menyalakanya dengan korek. "Menantu? bahkan saya tidak sudi mempunyai menantu seperti kamu! kalangan rendahan seperti kamu tidak pantas menjadi menantu saya!" desisnya be