"Jangan-jangan kamu kepoin Kaivan?" tebak Arvelio menerka-nerka, dengan mata yang memicing.
"Haha Mana mungkin," sanggah Kim terkekeh palsu, "aku hanya pernah mendengar kabar angin tentang kamu," tambahnya menyanggah tuduhan Arvelio, agar kedua lelaki itu tidak curiga padanya."Kalau gitu tunggu apalagi, cepat tanda tangan disini." tunjuk Kaivan pada kolom yang diberi tanda kurung.Alhasil membuat Kimberly tercekat, karena bingung apakah tindakan yang Kim akan ambil. Adalah tindakan yang benar. Terutama tidak merugikan Kimberly, maupun Diska dan keluarganya.Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Kimberly menuruti perjanjian yang diajukan oleh Kaivan. membuat lelaki di depannya itu tersenyum penuh kemenangan.keesokan paginya, waktu tidur Kimberly terganggu. Akibat Diska terus-menerus menggoncang tubuhnya agar terbangun."Kim, lo harus tanggung jawab pokonya!" Sarkasnya dengan emosi yang menggunung.Sementara Kim jadi meruntuk, karena tidurnya yang terusik. Membuatnya tak henti berdecak."Aduh apasih Dis, gue masih ngantuk! hoamm," jawabnya sambil mengucek kedua mata."Lo bilang apa sama Kaivan? sampai dia bilang ke orang tuanya, untuk mempercepat pernikahan gue sama dia. Hah?" tanya Diska marah.Mendengar penuturan Diska, Kimberly jadi melotot. Dan teringat dengan perjanjianya semalam dengan lelaki itu."Ya ampun Dis, sumpah! si Kaivan tuh licik banget asli. Gue udah ngelakuin hal paling konyol didepan dia, tapi..ya gitu. Dia kayanya tetep kekeh deh pengen dijodohin sama lo," jelas Kim menyesal.Membuat Diska kelimpungan tidak karuan, sekalipun Diska sudah melihat foto Kaivan. Tapi tetap saja, Kaivan bukanlah tipenya."Terus gue harus gimana Kim? gue gamau dijodohin sama dia. Apalagi lo bilang dia orangnya kaku abis! dih bisa mati berdiri gue, kalo punya suami kaya dia," Diska menggeleng takut, saat membayangkan seperti apa jika dia dan Kaivan sampai menikah."Ya gimana? gue aja bingung. Atau lo ngaku aja deh kedia, kalo selama ini lo udah nipu dia," saran Kim ."Yang bener aja lo, bisa digantung gue sama papah," sahutnya kesal, "atau lo terusin aja deh Kim sandiwara ini. Biar lo aja yang terus ketemu saja Kaivan. Siapa tau dia jadi naksir lo beneran. Terus ngga bakalan marah tuh, kalo ternyata dia dibohongin. Gimana?" ucap Diska memberi ide.Ide yang Diska ucapkan sedikit membuat Kimberly kelimpungan, pasalnya dua kali berhadapan dengan Kaivan saja sudah membuat Kim naik darah. Lah ini disuruh terusin perjodohan, bahkan sampai membuat Kaivan naksir padanya? bisa gila Kimberly lama-lama."Nggak mau, lo sama aja dong jerumusin gue Ke kandang singa. Dia atasan gue Dis, apa jadinya kalo nanti penyamaran gue terbongkar?" tolak Kim."Ck, emang lo mau duit 500 juta yang udah gue kasih, terus gue minta lagi?" ancam Diska.Kimberly memejamkan mata sesaat, merasa bingung harus bagaimana. Di satu sisi iya butuh uang, tapi disisi lain iya juga engga mau membohongi Kaivan yang sudah jelas dia adalah atasanya--Di kantor.Detik kemudian Kimberli mengangguki keinginan Diska, walau hatinya bertolak belakang dengan mulut serta pikiranya.Siang harinya, Kimberly berkunjung kerumah sakit. Di mana papahnya saat ini sedang dirawat. Sambil menenteng satu kantong buah segar kesukaan papahnya."Siang Pah," sapa Kim saat melihat Dirga sedang duduk menonton tv Di atas kasur."Hai, Kim. mamah mu baru saja keluar untuk makan siang," balas Dirga meraih tangan putrinya hendak bersalaman."Hm, kangen. udah sebulan kayanya, aku engga jenguk papah disini," ucapnya manja, memeluk Dirga penuh cinta."Kamu terlalu sibuk sih,lagian Kapan nikahnya putri papah kalo kerja terus," goda Dirga bercanda penuh tawa."Dih, papah kaya netizen aja nanya-nanya kapan nikah? nanti kalo udah ketemu yang klik juga pasti langsung nikah."Percakapan antara putri dan ayah itupun terhenti, saat perempuan paruh baya memasuki kamar inap tersebut."Akhirnya datang juga kamu Kim. Lihat tuh, papah mu udah ngomel dari kemarin. Sejak kamu hanya mengirimkan kami uang, tapi kamunya tidak menjenguk," tegur Santi."heheh maaf mah, biasalah kerjaan dikantor numpuk! liat nih putrimu aja sampai kurus begini," candanya sambil terkekeh.Santi menabok lengan Kimberly "Dasar kamu, pinter memang kalo menyahuti omongan orang tua."Percakapan Kimberly dan orang tuanya terus berlanjut dengan santai, sesekali terdengar tawa Kimberly yang terbahak-bahak. Sungguh keluarga yang bahagia bukan?.Setelah dirasa puas bercengkrama dengan kedua orang tuanya. Kimberly pun pulang, lalu jadi teringat jika persediaan cemilanya dikamar habis. Akhirnya Kimberly menyempatkan mampir terlebih dahulu. Ke Minimarket.Menyusuri lorong demi lorong. Kimberly akhirnya mengulurkan tanganya. Saat melihat Snack jagung kesukaanya.Srekkk!"Eh!" kaget Kim, lalu menoleh dan tergugup saat melihat sosok yang iya kenali."Loh? kamu yang Di lift itu kan? kebetulan banget ketemu, ingat saya kan?" sapa Arvelio sambil tersenyum.Ada perasaan was-was, saat Arvelio mengenalinya, mengenali dalam artian sebagai Kim bukan Diska palsu."Iya Pak saya inget," tuturnya seramah mungkin dengan suara yang sedikit diubah."Wah jangan panggil Bapak dong, saya kan bukan Bapak Mu," ucap Arvelio kecewa diselingi sebuah candaan."Ah? hahah jangan dong Pak, Bapak kan atasan saya juga," rasanya Kimberly ingin sekali berlari ke langit ketujuh. agar tidak bertemu dengan orang-orang yang berhubungan dengan Kaivan"Tidak apa, saya kan sama seperti kamu. Hanya Karyawan. jadi kalau diluar gini panggil nama aja oke,""Atau mau panggil Sayang. juga boleh," canda Arvelio yang sudah mengeluarkan taring playboynya.Membuat Kim hanya bisa mengulum bibir. Karena gombalan Arvelio kali ini sangatlah ngena di hatinya."Oh iya, kamu mau beli ini juga?" tanya Arvelio.Kimberly mengangguk setuju, lalu meriah dua bungkus snack jagung dan memasukkanya ke keranjang belanjaanya."Iya Pak eh Arvelio maksudnya," ucapnya kikuk."Gaush gugup gitu dong Kim, panggil saja Lio. biar kita makin akrab," celetuknya dengan santai, lalu diangguki Kimberky dengan sebuah senyuman.Setelah usai berkutik dengan keperluanya, Kimberly pun memutuskan untuk pulang. Entah Kim habis bertapa dimana. Tapi dia hari ini beruntung, karena bisa bertemu Arvelio diluar kantor.Secara, Arvelio itu adalah Lelaki incaran para Wanita-wanita Di kantor, termasuk Kimberly sendiri.Namun sayangnya, Kim hanya sebatas ngefans. Ngga seperti teman-temanya yang bahkan pada Berharap menjadi pacarnya Arvelio.Ting!Satu panggilan masuk ke telepon milik Kimberly. Lalu dengan santai Kimberly menekan tombol hijau."Halo ini siapa?" tanya Kim berbicara pada seseorang dibalik benda tipis itu."Maksud kamu apa membohongi saya?" suara seorang lelaki terdengar jelas ditelinga Kimberly, detik itu juga Kimberly dibuat syok."Maaf ini siapa? sepertinya anda salah sambung," jawab Kim, lalu memajukan ponsel miliknya sebentar. Dan melihat layar panggilan dari nomor tidak dikenal. "Kimberly Adelia, itukan nama kamu?" lelaki itu memberi jeda, "Atau Diska Arlego?"Bagai disambar petir, ucapan itu membuat Kimberly seolah mati kutu. Lalu kembali fokus, mendengarkan ucapan seseorang itu dengan secara jelas "Besok temuin saya Di Kantor, jika tidak datang nyawamu yang akan jadi taruhanya." ancam seseorang itu dengan sarkas, lalu detik itu juga mematikan panggilanya dengan sepihak. Keesokan paginya, Kimberly sudah tiba Di Kantor. Akan tetapi, pikiranya saat ini serasa berkecamuk ketika mengingat penelepon kemarin. Kakinya bahkan sampai bergetar hebat saat duduk di kursi kerjanya. "Arrrrghhh! bodoh-bodoh," racau Kim sambil mengigit-gigit kuku jarinya. "Lo kenapa si Kim? gue perhatiin lo gemetaran gitu sejak tadi. belum makan?" tanya Dimas, karena memang duduk tepat disebelah kanan Kimberly. "Gue ngga papa Dim,"
"Tidur dengan saya." Kimberly menegakkan kepalanya yang sejak tadi merunduk. Menatap geram lelaki didepanya saat mendengar syarat agar Kaivan tidak melaporkanya. "Bapak bercanda? jangan pikir harga diri saya bisa dibeli dengan uang!" jawab Kim penuh amarah, "Maaf saya bukan jalang yang harus Bapak tiduri hanya untuk mendapatkan uang," Kaivan menyunggingkan senyum mendengar jawaban dari Kimberly. Seketika merasa tertantang dengan wanita didepanya. "Oke jika itu mau kamu, besok siap-siap jika ada polisi yang akan mendatangi kamu dan Diska si penipu itu," ucapnya mengancam. "Pak, jangan. jangan tangkap saya Pak! saya mohon, Ayah saya sedang sakit keras, apa jadinya jika dia tahu saya masuk penjara karena telah menipu bos saya sendiri," Kimberly serasa sesak, ingin menolak tetapi bingung dengan biaya rumah sakit Ayahnya jika iya sampai masuk penjara. "Kalau gitu saya tunggu nanti malam Di Hotel Zeus kamar nomor. 13," putusnya sepihak tanpa bantahan apapun dari Kimberly. ***"What?
Plak! Radiv menampar wajah putra sulungnya dengan kasar, hingga membuat wajah Kaivan menoleh karena tamparan tersebut. "Dasar Anak kurang ajar! apa susahnya menerima perjodohan dengan Diska. Toh dia wanita baik-baik bahkan dari keluarga terhormat," tutur Radiv penuh emosi. "Tapi aku engga suka ataupun cinta sama dia Pah. Jadi aku mohon, berhenti untuk maksa aku nerima perjodohan itu," jelas Kaivan lalu mengusap wajahnya dengan telapak tangan. Kimberly meremas kuat seprei yang iya tiduri, Diam-diam Kimberly mendengarkan percakapan kedua lelaki dengan beda usia tersebut. seperti perintah Kaivan. Kimberly hanya perlu ber pura-pura tidur, saat ada seseorang yang masuk Ke Kamar itu. Walau akhirnya Kimberly tidur beneran, lalu terbangun saat Ayahnya Kaivan memaksa masuk. "Alah persetan dengan cinta! Papah dan Mamah mu saja awalnya tidak saling cinta. Tapi seiring berjalanya waktu cinta itu juga muncul, dan lahir lah kamu. paham?" "Dan wanita murahan mana lagi itu yang kamu tiduri? en
Kaivan menyantap menu makan siangnya dengan lahap. Seperti biasa, dia akhirnya memilih makan siang di sebuah restoran yang jaraknya cukup dekat dari kantor. "Gue bingung deh, tadi lo sendiri yang ngajakin gue makan Di Kantin kantor. Sekarang malah berubah pikiran dan makan disini, ck aneh lo," Arvelio menggelengkan kepalanya, merasa heran dengan sikap sahabatnya yang mudah berubah-ubah. "Bawel, tinggal makan aja segala protes," jawab Kaivan ketus. Arvelio terkekeh, sudah hafal betul jika Kaivan tipe orang mood'ian. "Padahal gue tadi mau nolongin gebetan gue dulu, kasian tanganya pasti melepuh tuh kena kuah sup tadi," cetus Arvelio hingga membuat Kaivan hampir saja tersedak. Kaivan meraih gelas yang berisi air putih, lalu meneguknya sebentar dan menatap kearah Arvelio sambil menyatukan kedua alisnya. "Gebetan? lo kenal sama karyawan cewe tadi?" tanyanya datar walau sebenarnya sedikit kepo. "Kimberly? baru kenal beberapa hari lalu sih, cuma gue klik aja waktu liat dia. kayak ada
Kimberly meneguk ludah saat menatap Radiv, Dirut utama sekaligus pemilik perusahaan tempatnya bekerja. "Malam Om, perkenalkan saya Kimberly." uluran tangan Kimberly berikan saat ayahnya Kaivan menatapnya begitu intens. Radiv memiringkan kepalanya lalu menyipitkan mata seolah mengingat sesuatu. "Sepertinya wajah kamu tidak asing bagi saya," ucap Radiv berbicara. "Duduk dulu Pah, kasian pacarku jika berdiri seperti ini," pinta Kaivan memberi intruksi. Lalu Kaivan menuju meja makan, menarik kursi dan mempersilahkan Kimberly duduk lebih dulu. Sebuah act of servis yang membuat wanita manapun akan terkesima menatapnya. "Makasih," ucap Kim tersenyum walau dirinya tau bahwa yang dilakukan Kaivan hanyalah pura-pura. "Jadi kamu pacarnya Kaivan? sudah berapa lama? Kaivan tidak pernah bercerita sih kalo dia punya pacar," ucap mery, Mamahnya Kaivan. Kimberly mengangguk, "Iya tante, kita pacaran udah.. " Kimberly menjeda ucapanya, seketika gugup dan jadi bingung harus jawab apa. "Kami pac
Raina Hadju, seorang penulis terkenal yang sudah meluncurkan puluhan karya Novelnya diranah perbukuan. Pagi ini mendatangi perusahaan PT. Terbit terang dengan emosi yang menggebu-gebu. "Iya, saya Raina Hadju," ucapnya angkuh. "Wah senang bertemu dengan anda, Mbak," kata Kim dengan senyum merekah, karena dia ini termasuk penggemar berat karya-karyanya. "Gaush basa-basi! saya kesini bukan untuk berjumpa dengan editor semacam kamu," katanya memandang rendah Kimberly, sambil menatap name tag Kimberly yang menggantung di leher. Kimberly menarik senyum miring keatas, "Biarpun jabatan saya hanya editor, tapi attitude saya sepertinya lebih baik, daripada anda," ucap Kim menatap tajam dan jadi kesal karena ucapan wanita itu. Plak! Raina menampar wajah Kimberly tiba-tiba, membuat semua orang yang ada diruangan itu terkejut. "Kurang ajar! berani sekali kamu Kimberly terkejut dan melebarkan matanya saat pipinya ditampar begitu saja oleh Raina. "ini ada apa? kenapa ribut-ribut?" Kaiva
"Pecat wanita itu!" Pak Bambang, selaku HRD, di perusahaan miliknya tercengang, saat mendengar kalimat tajam atasanya. "Maaf, Pak. Maksud Bapak siapa yang harus saya pecat? saya tidak mengerti," ucap Pak Bambang kebingungan. "Editor di perusahaan ini yang bernama Kimberly," desisnya dengan tajam. "Tetapi Pak... Salah dia apa? sampai Bapak ingin memecatnya?" "Wanita itu sudah berani menggoda anak saya! dan saya tidak sudi, jika wanita biasa seperti dia berani berhubungan dengan Kaivan,"Pak Bambang terkejut bukan main, pasalnya selama ini tidak pernah ada yang tau Kaivan punya hubungan dengan Kimberly. Bahkan mereka tidak pernah sedikitpun melihat keduanya saling bertemu. "Bapak yakin?""Segera keluarkan dia dari perusahaan saya! mulai besok, saya tidak ingin wanita itu berada diperusahaan ini," titah Radiv tanpa bisa diganggu gugat. "Baik Pak akan saya laksanakan," walau menyayangkan keputusan atasanya, Pak Handoko tetap lah menuruti. Diapun hanyalah karyawan tidak bisa berbua
Kaivan menatap iba kesedihan Kimberly saat ini, mau menghibur tetapi tidak mungkin. Karena memang mereka tidak sedekat itu. "Andai Pak Radiv tidak mengatakan itu ke Ayah saya, mungkin dia masih ada saat ini, hiks," tangis Kim tersedu-sedu. "Papah saya menemui Ayahmu?" tanya Kaivan terkejut. "Sudah lah, Pak. lebih baik anda pergi dari sini sebelum semuanya semakin runyam." usirnya dengan tatapan dingin. Kaivan meraih lengan Kimberly tiba-tiba, dengan pikiran yang bercabang serta bertanya-tanya. "Papah saya bilang apa sama kamu dan Ayahmu? apa yang dia ucapkan hingga Ayahmu meninggal?" tanyanya beruntun. Kim menepis genggaman Kaivan, merasa muak jika berurusan dengan orang kaya seperti dia. "Saya bilang anda pergi!" lagi, Kimberly mengusir dengan dingin. "Kim!!" dari kejauhan seorang wanita berlarian sambil memanggil namanya. "Diska, Ayah... " kata Kim parau, memeluk Diska dengan erat. Diska pun memeluk Kimberly, sempat melirik Kaivan yang berada disampingnya. "Ganteng juga k
"Pak, apa kita langsung pulang?" tanya Kimberly. Acara makan malam telah selesai dan membuat Kaivan memutuskan untuk segera beranjak kembali ke dalam kamar, akan tetapi pertanyaan yang Kimberly lontarkan menghentikan langkahnya seketika. "Ya."Mendengar jawaban singkat itu, Kimberly mengerucutkan bibir bawahnya. padahal iya masih ingin jalan-jalan. "Wah sayang banget ya? padahal kesini berniat liburan tapi malah lebih banyak didalam kamar," celetuk Kimberly. Kaivan membalik badanya setelah dia berjalan lebih dulu membelakangi gadis itu. "Kamu-" DrttttKalimat Kaivan terjeda saat ponsel yang berada disaku celananya bergetar, buru-buru iya ambil benda pipih itu dan mengusap layarnya dengan segera. "Halo," [Kamu lagi liburan? kenapa engga ajak aku, sayang] terdengar suara seorang wanita dari sebrang sana. "Hem, maaf." [Sendiri?]pertanyaan dari wanita yang tak lain adalah Diska ; wanita yang statusnya kini menjadi tunanganya. Mendengar itu Kaivan melirik kearah Kimberly yang se
"M-mandi bareng? Bapak jangan gila!" sarkas Kimberly. Tidak ada hujan tidak ada angin, tiba-tiba minta mandi bareng, wanita mana sih yang tidak marah. terlebih lelaki didepanya itu adalah mantan suaminya. yah walaupun hanya menikah sirih dan umur pernikahan mereka seumur jagung. "Kamu pikir saya sudi? mandi bareng sama wanita pengkhianat sepertimu?" ucap Kalian begitu nyelekit. "Pengkhianat? saya tidak pernah merasa mengkhianati siapapun," Kimberly sedikit sakit hati dengan ucapan yang lelaki itu lontarkan, lagi-lagi kalimat menyakitkan menusuk relung hatinya begitu dalam. Tanpa mau memperdulikan Kaivan lagi Kimberly pun melangkah masuk kedalam kamar mandi. Brakkkk!!!Pintu kamar mandi dibanting dengan keras, membuat tubuh Kaivan sedikit terlonjak. "Dia... marah?" gumamnya. Setelah hampir 30 menit selesai mandi, Kimberly keluar dengan rambut basahnya serta pakaian yang sudah lengkap dan berganti. wajahnya terlihat segar tanpa polesan makeup sedikitpun, membuat wajah putih pucat
"Pak, lepaskan! Bapak mau bawa saya kemana?" Kimberly berusaha melepaskan cengraman tangan lelaki itu. Namun, usahanya gagal. "Jangan banyak tanya kamu!" sentak Kaivan. langkah keduanya berhenti tepat saat Kaivan membawa Kimberly masuk kedalam toko baju yang menjual beberapa baju-baju pantai dengan berbagai model. Kimberly bingung mengapa iya diajak masuk kedalan toko? apa atasanya itu ingin berbelanja? pikirnya begitu. Sementara Kaivan sibuk memilih beberapa dress pantai yang memang dijual disana, lalu mengambil satu baju yang menurutnya cukup sopan dan terbilang cocok untuk dipakai di area pantai. "Pakai Kim," suruh Kaivan. Kimberly mengerutkan alisnya karena bingung tiba-tiba disuruh mengganti bajunya dan memakai baju yang baru. "Kok buat saya Pak? saya engga minta lho?" jawab Kim polos. "Ck, saya bilang pakai ya, pakai. ganti baju mu yang kekurangan bahan itu dengan yang ini." "Kurang bahan? ini bagus kok cocok untuk dipantai. kata temen saya sih, heheh," jawab Kim terkek
Kaivan dan Kimberly benar-benar pergi berlibur, keduanya baru saja mendaratkan kaki di sebuah Bandara. Terlihat Kimberly kesusahan saat membawa koper miliknya dan milik Kaivan, dengan sengaja lelaki itu ingin mengerjai Kim hingga membuat wanita itu kesusahan. "Lelet! bawa koper dua aja, lelet!" ucap Kaivan. Kimberly terlonjak dengan ucapan atasanya, "Hah? lelet? gimana bisa cepet kalau gue bawa dua koper sekaligis!" gumamnya dalam hati. Tidak lama keduanya sampai pada sebuah hotel yang cukup mewah, lalu Kaivan memesan satu kamar dengan sengaja. "Ko kamarnya cuma satu Pak? terus saya tidur dimana?" imbuh Kimberly bingung. "Dijalanan." ucap asal Kaivan, hingga membuat Kimberly syok tidak percaya. "Disofa, dan saya dikasur. " lanjutnya dengan ketus.perjalanan yang cukup lama, membuat Kaivan akhirnya memutuskan tidak kemana-mana, dan hanya berdiam diri didalam kamar. Sementara Kimberly sudah membaringkan tubuhnya diatas sofa. "Tega banget sama mantan!" gumam Kim kesal, sementara s
"Kenapa makananya Bapak buang?" tanya Kim sambil menatap Kaivan penuh kesabaran. berkali-kali nafasnya terbuang kasar karena harus menghadapi sikap lelaki itu yang cukup membingungkan Kimberly. "Sudah saya bilang makanan yang tidak diinginkan sebaiknya di buang!" jelas Kaivan dengan galak bahkan beberapa karyawan menatap kearah keduanya dengan terheran. "Kalau mau perhatian jangan sambil marah-marah bisa Pak? saya akan makan tapi nanti setelah pekerjaan saya selesai," "Ck, apanya yang perhatian? saya cuma gamau karyawan saya ada yang sakit, paham?" lalu Kaivan pun pergi begitu saja dan membuat Kimberly bertanya-tanya dalam hatinya. "Aneh!" ucap Kimberly setelah kepergian Kaivan. Sementara itu diruanganya saat ini Kaivan terlihat Kebingungan, pertemuannya kembali dengan Kimberly membuat perasaanya yang telah iya kubur lama kembali bangkit. "Pokoknya aku harus bikin wanita itu sengsara selama dia bekerja disini, dia harus merasakan sakit hati yang pernH iya berikan kepadaku!" guma
"Kimberly?" ucap Diska terkejut, "Lo kerja disini? sejak kapan? kok gue baru tau ya kalau lo bekerja dikantor pacar gue?" lanjutnya sambil menghampiri Kimberly. Kimberly dan Diska mereka sama-sama terkejut. Keduanya ternyata tidak saling tau hubungan yang sempat Kimberly jalin bersama lelaki yang saat ini ternyata menjadi pacar Diska, rupanya seiring berjalanya waktu. Diska mau menerima perjodohanya dengan Kaivan, begitu juga sebaliknya. Kaivan akhirnya menuruti permintaan Papahnya walau dengan terpaksa. "Pa... pacar? bukanya kamu selalu menolak untuk dijodohkan denganya?" jawab Kim terbata. Diska terkekeh kecil, "Awalnya sih iya Kim, tapi lama kelamaan seiring berjalanya waktu, aku akhirnya bisa menerima Kaivan. Bahkan aku jadi suka dan sayang beneran sama dia," Kimberly menatap Kaivan dengan sorot mata yang sedih, semudah itukah Mas? kamu melupakan aku dalam hidupmu?, suara hati Kimberly tanpa sadar terus berbicara. Ada perasaan kecewa dalam hatinya melihat Kaivan kini bersama w
Kimberly tetap tenang, meski Kalian bersikap dingin padanya dan ingin memecatnya. Akan tetapi itu semua sia-sia karena di surat kontrak yang Kimberly tanda tangani, tidak ada yang dapat memecatnya jika Kim tidak melakukan kesalahan apapun. Dan Kimberly jelas dia tidak melakukan kesalahan. "Sayangnya Bapak tidak bisa memecat saya begitu saja, karena saya sudah terlanjur terikat kontrak, " jawabnya dengan berani. Kaivan pun merasa jengkel dengan yang diutarakan Kimberly, bayangan sakit hati karena ditinggalkan tanpa sebab, membuatnya membawa masalah pribadi pada pekerjaan. "Gimana? udah puas kaburnya selama satu tahun ini? Apa bahagia dengan lelaki pilihanmu itu?" emosi Kaivan seolah terpancing saat melihat wajah Kimberly kembali. "M... maksud nya kabur gimana? saya engga ngerti," Kimberly sedikit bingung dengan apa yang diutarakan Kaivan. Dulu, waktu dirinya diculik selama satu bulan penuh. Kimberly hancur karena dia tidak bisa bertemu Kaivan serta ibunya, bahkan dia harus kehilang
Kaivan terlihat cemas saat mengetahui sang istri sudah hampir 1 minggu tidak kunjung pulang kerumah, pamitnya pergi untuk menghadiri pernikahan teman. Akan tetapi sampai sekarang pun tidak ada kabarnya juga. "Bu bagaimana ini? Kimberly belum juga ada kabarnya, saya khawatir. Takut sesuatu terjadi kepadanya," ucap Kaivan memperlihatkan rasa cemas diwajahnya. "Ibu juga bingung, Nak. Tidak biasanya Kimberly seperti ini bahkan pergi berhari-hari tanpa kabar berita," Santi pun ikut khawatir meratapi kepergian putrinya yang tak kunjung pulang juga. "Saya sudah tanya beberapa teman Kimberly, tetapi mereka semua tidak ada yang tau keberadanya. Bahkan temanya yang menikah kemarin pun tidak meresa jika Kimberly datang kepernikahanya," "Apa? jadi dia tidak pergi ke pernikahan itu? lantas Kimberly kemana sampai sekarang tidak pulang juga," Santi pun menangis setelah mengetahui hal tersebut, sungguh perasaanya saat ini bercampur aduk. Satu bulan pun berlalu. Namun, Kimberly belum juga diketah
Kimberly membuka kedua matanya setelah obat bius yang iya hirup perlahan menghilang. matanya mengerjap-ngerjap mencoba meneliti keadaan sekitar. "Gue dimana?" ucapnya bertanya-tanya. lalu tidak lama seseorang masuk keruangan tersebut dengan seringai tajamnya. "Sudah bangun kamu?" ucap seorang lelaki paruh baya--yaitu Radiv. Kimberly menjadi terkejut, "Pak Radiv? jadi anda yang menculik saya?" Radiv terkekeh kecil dengan tatapan meremehkan menatap Kimberly. "Iya, saya yang menculik mu! bahkan lebih dari menculik pun saya bisa," kata Radiv terdengar seperti mengancam. "Saya salah apa Pak? kenapa Bapak tega melakukan ini kepada saya? bahkan saya ini menantu Bapak sendiri," tutur Kimberly merasa heran dengan bola mata yang melebar. Radiv kembali tertawa, lalu meraih rokok disaku celananya dan menghisapnya setelah menyalakanya dengan korek. "Menantu? bahkan saya tidak sudi mempunyai menantu seperti kamu! kalangan rendahan seperti kamu tidak pantas menjadi menantu saya!" desisnya be