"Tidak, ini bukan sesuatu yang buruk, bayimu tidak apa-apa. Ini hanya tentang mual tidak normal yang Rena alami, penyebab dan pencegahan agar tidak lagi sering terulang. Tenangkan dirimu dan pastikan kamu mendengar penjelasanku." Hongli berdehem sebentar lalu memperbaiki posisi duduknya. Dapat dilihat dari ekor matanya Luke sempat mengangguk kecil.
"Kejadian tidak normal ini bisa terjadi karena beberapa faktor. Salah satu penyebabnya bisa karena seorang ibu mengandung anak kembar. Tapi kandungan Rena masih terlalu kecil untuk diketahui apakah janin yang berada dalam rahim Rena terdapat lebih dari satu bakal janin. Hal lain yang mungkin terjadi adalah bisa saja Rena pernah mengonsumsi papermint sebelum tidur sehingga memicu morning sickness. Apa kamu melakukan itu, Rena?" Hongli berbicara panjang lebar dan diakhiri pertanyaan pada Rena yang langsung berupaya mengingat.
"Kurasa tidak. Maaf, tapi aku tidak menyukai p
“Ah! Rena! Ben bilang Riana juga tidak akan ke sini.” Suara Bella berubah lagi menjadi tinggi dan ceria, membuat Rena yang tadi menunduk menjadi mengangkat kepala dengan wajah yang tampak kebingungan.“Kata Ben, Jeff membawanya pergi. Luke yang meminta seperti itu. Ia meminta Riana untuk pergi memilih beberapa furnitur untuk rumah maupun acara pernikahan kalian, karena ia tahu kamu dan Riana memiliki selera yang sama.” Bella mengatakannya dengan cara biasa ia berbicara, tapi entah mengapa itu mempengaruhi Rena. Pipinya tampak merona dan ia menunduk dengan senyum malu-malu.Pernikahan. Rena jadi sedikit melupakannya karena mereka tidak pernah membicarakan tentang hal itu dengan cara yang sangat serius. Tapi Rena tidak tahu kalau Luke benar-benar mengingatnya bahkan telah sampai mulai melakukan persiapan.“Astaga! Aku baru ingat sesuatu. Aku tidak boleh di sini terlalu lama. Aku akan pergi. Tadi aku ke sini hanya i
Berjalan dengan cepat dan menyambar kerah baju Hendry, Luke ingin langsung menamparnya. Tapi ia hanya bernapas beringas, berusaha mengendalikan diri. Jika Hendry memang menyakiti Rena, dia baru akan menampar.“Di mana Rena?” tanyanya dengan desis penuh kemarahan. Tapi dia menjadi lebih marah lagi saat Hendry malah terkekeh. Apa dia ingin mati?“Di mana dia?” Dia berteriak lebih marah, mengguncang tubuh Hendry kencang.“Kamu pikir aku akan di sini jika aku ingin mengganggunya?” Ucapan Hendry membuat rasa lega menyeruak dari dada Luke. Dia kemudian melepaskan cengkramannya kasar.Diedarkannya pandangan ke sekitar dan menemukan banyak mata menatapnya. Tapi dia tidak peduli karena rasa marah masih mengisinya. Dia kemudian berlari tergesa menuju lift setelah selesai menatap tajam orang-orang di sekitarnya.“Itu lebih baik untuknya segera pergi menemui Rena seperti ini.” Ben berujar s
Sunyi, hanya sunyi yang bisa ia dengarkan saat ini, bahkan gemuruh bunyi kendaraan seakan tidak mengusik kesendirian yang sedari tadi menemaninya. Atau malah sejak kelahirannya? Ia tidak menyalahkan takdir, tidak pernah. Karena hal itu hanya akan sia-sia. semua telah terjadi dan itu hanya akan membuatnya semakin tampak bodoh jika menyalahkan hal yang tidak akan mampu kembali terulang. Satu-satunya hal yang mampu ia lakukan adalah menjadi orang tua terbaik bagi anaknya, bersama Luke.Rena menghela napasnya sekali lalu memejamkan mata. Ia tidak tahu mengapa hanya ada pikiran menyedihkan yang menghinggapi kepalanya. Ia tidak tahu.“Dasar tidak berguna!”“Apa gunanya kamu dilahirkan di dunia ini? Kamu tidak berguna!”“Dimana orang tuamu? Apa kamu dibuang? Kata ayahku, seorang anak yang dibuang adalah anak yang tidak diinginkan. Mereka anak nakal dan memalukan. Mereka tidak patut dibanggakan.&rd
“Apa ia baik-baik saja? Bayi kita?” Luke memecahkan keheningan di antara mereka. Tangannya yang memeluk tubuh kecil calon istrinya mulai bergerak mengelus perut yang belum membesar itu.“Ia baik. Aku pastikan ia sehat.” Rena menyahut dengan rasa bahagia yang membuncah di dada, ia sangat menikmati saat mereka membicarakan tentang bayi mereka.“Itu bagus. Ia akan menjadi anak yang indah dan kuat.” Luke mengecup Rena lagi, kali ini di perpotongan lehernya.“Ya, Luke.” Diam-diam di dalam hati Rena membenarkan dengan sangat semangat. Bayi mereka akan menjadi indah dan kuat karena memiliki ayah yang tangguh.“Sampaikan maafku padanya.” Luke kembali berbicara lirih. Rena memang tidak melihatnya, tapi Luke sebenarnya sedang menutup mata penuh penyesalan.“Ya?” Rena mengernyitkan kening. Luke mengatakan itu dengan terlalu tiba-tiba, menjatuhkan lagi suasana yang sudah terb
Rena tercengang setelah mendengar ucapan pria itu. Rasanya tidak lama saat pria itu pernah meneriakinya bahwa ia tidak berguna dan tidak berharga. Tapi sekarang pria itu malah membicarakan tentang cinta. Pria itu berbicara tentang sesuatu yang membuat jantung Rena berdetak dengan kencang."Luke, apa kamu …" Rena terdengar ragu. Ia tidak tahu apakah Luke serius dengan apa yang ia katakan. Ia ingin bertanya tapi ia tidak ingin membuat Luke tersinggung."Rena, aku bukan orang baik. Jika ada yang pernah merasakan sedikit kebaikanku, aku hanya sedang bermurah hati. Tapi percayalah, sekarang aku hanya ingin jujur. Aku melakukan apa yang orang baik lakukan, aku jujur padamu mengenai perasaanku."Rena tampak sedikit terkejut."Aku serius, aku tidak bermaksud untuk membuatmu terkejut. Tapi aku memang harus mengatakan ini sebelum konferensi pers pernikahan kita." Kesungguhan muncul di wajah tampan itu.Sekarang Rena berubah menatap bingu
"Sudah rapi?" Luke bertanya pada Rena setelah Rena merapikan kerah kemejanya. Ia memang hanya akan bekerja di ruangan ini, tapi ia tetap harus tampak rapi karena ia adalah seorang pemimpin. "Sudah. Kamu tampak sangat tampan." Rena memuji dengan malu-malu tapi senyum puas hadir tanpa pamit di bibirnya lalu tangannya mengusap dada Luke yang bidang. "Dan kamu sangat cantik. Bahkan di saat kamu belum membersihkan diri seperti saat ini." Luke menyahut dengan godaan kecil lalu mengusap rambut Rena dangan lembut. "Maaf. Aku pasti terlihat kurang pantas." Rena tertunduk malu, nada sesal terdengar sayup-sayup. "Jangan meminta maaf. Kamu adalah makhluk tercantik. Apapun keadaanmu, kamu akan selalu menjadi satu-satunya perempuan tercantik yang pernah aku temui." Luke menghiburnya dan memberikan senyuman lembut. Rena tersenyum kecil. Jari-jarinya lalu meraih tangan Luke dan memainkannya. Itu adalah sebuah kebiasaan barunya karena ia merasa
Kata-kata itu terdengar berbahaya. Ada sesuatu di sana, ada sebuah makna. Namun Luke tidak mengerti apa makna tersembunyi yang coba Tiffany sampaikan. Yang ia tahu itu adalah ancaman untuk bayi dan calon istrinya. “Apa maksudmu? Sampaikan dengan jelas, kamu memiliki mulut untuk mengatakannya.” Luke menatap Tiffany dengan tatapan yang terasa sanggup membuat lubang di antara kedua matanya. Tapi Tiffany malah tertawa kecil. Melihat Phoenix yang seperti ini, ia tahu seorang penguasa itu tengah merasa panik. “Kamu seperti bukan Phoenix. Aku tidak mengenal seseorang yang sangat mudah panik hanya karena seorang perempuan yang tengah mengandung.” Tiffany mencemooh, tangannya bergerak di sekitar dada bidang Luke dengan gamang. Bibirnya yang mungil menyunggingkan senyum yang terlampau jahat. Tapi wanita itu berteriak tertahan setelahnya, gerakan Luke yang sangat cepat cukup mengejutkannya. Luke tiba-tiba saja sudah memeluknya dengan cukup erat da
Thomas tampak sangat terkejut lalu menjatuhkan senjata. Setelah senjata itu menyentuh lantai, Ben memberikan isyarat agar salah satu dari pengawal mereka mengamankannya. Sedangkan Luke tersenyum remeh, hanya dengan gertakan seperti ini Thomas telah gentar. Benar-benar makhluk lemah yang menjijikkan.“Siapa orang itu?! Siapa yang mengirim kalian kemari?!” Kali ini Hendry yang berbicara. Di tangannya telah berada senjata yang sama dengan milik Luke.“Se-seorang rival.” Dahi Thomas mengerut dan ia menunduk dengan kekhawatiran dan ketakutan yang mengisinya. Suasana ini, bagaimana mungkin terjadi secepat ini? Sebelumnya ia yang memegang kendali, tapi bagaimana bisa menjadi seperti ini?Tiffany tampak marah juga sedikit ketakutan lalu merapatkan tubuh ke tubuh suaminya. Thomas melirik Tiffany sebentar lalu tangannya menarik wanita itu ke dalam dekapannya. Berusaha untuk terlihat menjadi suami yang luar biasa.“Katakan
Rena bergerak ke dalam pelukan suaminya. Kulit mereka yang sama polosnya menyentuh satu sama lain. Ini adalah malam hari jadi pernikahan tahun kelima mereka. Riana dan Jeffrey membawa Edrick untuk menginap di rumah Hendry untuk bermain bersama putri Hendry dan Amora, Liliana Lewis. Mereka bermaksud memberikan waktu berdua pada Luke dan Rena untuk menikmati waktu mereka. Hingga mereka sekarang berada di atas tempat tidur, memutuskan untuk mengakhiri hari jadi pernikahan untuk saling menghangatkan.Rena tersenyum samar dan perlahan menangkup wajah suaminya. Luke terlihat tampan meski keringat mulai membasahi wajah. Menatap Luke seperti ini perlahan membuat Rena mengingat lagi tentang masa lalu mereka. Ia kembali mengingat bagaimana Luke saat dulu pertama kali menyentuhnya. Ia juga kembali mengingat bagaimana raut wajah yang ia tunjukkan. Dahulu wajah tampan itu terisi dengan belas kasihan dan sedikit rasa peduli. Tapi sekarang wajah itu menunjukkan cinta dan kebah
Rena hampir menangis karena air susunya tidak cukup untuk menyusui Edrick. Untung saja ibu mertuanya ikut ke rumah Ploy dan mengambil air susu di lemari pendingin. Ia sempat memerah air susunya sesaat sebelum ia berangkat untuk menyelamatkan Luke.“Sudah, tidak apa-apa. Kamu harus lebih tenang agar produksi susumu baik untuk menyusui Edrick selanjutnya. Air susu perah ini hanya cukup untuk menyusuinya sekali ini saja.” Ibu Luke yang menggendong Edrick dan membantunya meminum susunya, membiarkan Rena menenangkan dirinya sendiri.“Baik, Ibu. Aku mengerti.” Rena menyahut setelah menghela napas panjang untuk sedikit menenangkan diri. Sebenarnya ia tidak bisa tenang saat Luke harus menghadapi bahaya. Tapi ia akan berusaha karena bahkan Ibu Luke sekalipun menunjukkan sikap tubuh penuh ketenangan.“Bagus. Kamu harus tenang. Sebenarnya bukan hanya untuk Edrick tapi juga dirimu sendiri. Kalau kamu terlalu stress dan kelelahan k
Orang-orang itu memasuki sebuah ruangan dengan tenang, mengabaikan wajah terkejut banyak laki-laki di sana. Mereka adalah tamu yang tidak disangka akan datang. Mereka adalah Phoenix dan King. Mereka orang-orang terkejam yang sanggup membunuh untuk menunjukkan eksistensi dan kekuatan mereka. Terlebih, mereka datang setelah musibah yang menghampiri Phoenix dan terlihat sama sekali tidak terpengaruh oleh itu.“Ini wilayahku dan kalian masuk tanpa persetujuanku. Apa yang kalian lakukan di sini?” Suara Mark yang geram menyambut keduanya.“Bukankah kamu juga melakukan hal yang sama? Aku hanya melakukan apa yang kamu lakukan sebelumnya. Hanya saja aku lebih bermoral karena tidak memasuki wilayahmu dengan menyelundup.” Luke menyahut dengan tenang sementara matanya berpendar mencari seseorang lagi pembuat masalah. Hingga ia menemukannya, Jane yang mendekati Mark setelah keluar dari sebuah ruangan,“Sialan. Apa yang ingin kamu l
“Aku tidak bangun untuk melihatmu menangis, Rena.” Suara laki-laki yang masih terdengar lemah itu berisi dengan rasa khawatir. Ia baru saja terbangun lalu menemukan Rena yang langsung menangis.Sedangkan Rena malah menangis semakin keras karena Luke yang berupaya menenangkannya. Rasa lega yang menerjangnya terasa terlalu keras hingga ia sendiri kelimpungan dalam menanggapi. Ia hanya terlalu lega hingga kini membuat Luke yang berubah khawatir padanya.“Apa yang harus dikhawatirkan? Lihatlah! Aku baik-baik saja.” Jawaban Luke membuat ibunya menghela napas jengah.“Kamu membuatku khawatir, Luke. Kamu kehilangan kesadaran di depan wajahku. Saat tenaga medis berusaha menyelamatkanmu, kamu dalam kondisi tidak stabil karena kekurangan darah. Sedangkan di rumah sakit ini hanya tersisa satu kantong darah untukmu dan itu tidak banyak membantu. Aku panik sekali.” Kini Rena yang berbicara, nada suaranya terdengar sedikit kes
Luke tengah berada di ruang operasi. Tenaga medis tengah melakukan operasi kecil untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuhnya. Tapi operasi itu berjalan lama karena kondisi Luke yang tidak stabil. Ia kehilangan banyak darah, sehingga penanganannya harus sangat hati-hati.“Rena, aku tahu kamu cemas. Tapi aku mohon duduklah sebentar, kamu sudah berdiri terlalu lama. Aku tidak mau kamu pingsan saat nanti Edrick harus kau susui.” Itu Alexa yang berbicara. Ia cerewet hari ini karena melihat Rena yang terlalu ceroboh untuk dirinya sendiri. Sebenarnya ia lebih cerewet sebelumnya saat ia menyuruh Rena mengganti baju dengan baju yang Riana bawa. Ia memang sengaja meminta Riana untuk segera menyusul ke rumah sakit dengan bantuan Ben dan membawa setelan baju yang seukuran dengan tubuh kurus Rena. Ia hanya khawatir saat melihat tubuh Rena berbalut darah. Ia juga seseorang yang rela untuk sangat direpotkan saat membantu Rena untuk menghapus noda-noda dara
Alexa masuk bersama Hendry, Jeffrey, Joseph dan Rena. Sebenarnya Hendry, Jeffrey dan Joseph sudah meminta Alexa untuk tinggal. Tapi mereka berakhir berada di tempat itu karena Rena ingin ikut, membuat Alexa ingin menemaninya. Alexa hanya tidak ingin Rena kehilangan pengendalian diri karena ia mungkin saja masih mengingat kejadian mengerikan yang ia dan Bella hadapi hari itu.“Pelacur sialan! Bagaimana kamu bisa berada di sini?” Jane berteriak marah. Rencananya ia hanya mengundang Rena, tapi pelacur sialan ini malah ikut.“Aku tidak hanya pintar untuk menjajakan tubuhku, tapi juga menggunakan otakku. Itu yang disebut dengan pelacur yang cerdas. Tidak murahan yang memperkosa seorang laki-laki.” Alexa menjawab dengan kesombongan di nada bicaranya. Ia murka, ia tidak terima seorang teman dekat sekaligus suami sahabatnya diperlakukan sebegitu rendah.Sebenarnya tidak hanya Alexa yang merasa amarah membakarnya, terlebih lagi Rena.
Meronta saat merasakan kulitnya dicengkram erat begitu tali-tali di tubuhnya dilepaskan. Ia berencana untuk melepaskan diri, tapi efek obat bius masih membuat ia cukup lemas. Sedangkan Jane hanya diam saat melihat Luke mulai berteriak frustasi. Ia memang mencintai Luke, namun ia tidak bisa diam saat rasa sakit menggigit hatinya. “Apa yang kamu rencanakan? Apa yang ingin kamu lakukan?!” Luke berteriak marah lalu mencoba memberontak. BUG! “Sialan!” Luke berteriak marah pada Mark yang tiba-tiba memukulnya. Ia benar-benar marah pada mereka serta tubuhnya yang terasa seperti bukan tubuhnya sendiri. “Kamu hanya perlu diam dan nikmati apa yang kami berikan padamu. Saatnya kamu yang kalah, Phoenix. Saatnya kau yang merasakan dipermalukan. Saatnya kamu yang merasakan perasaan tidak berdaya.” Mark tertawa setelah itu, merasa puas melihat ketidakmampuan Luke membalas pukulannya. “Hentikan ini sekarang juga! Kamu pikir apa yang akan kamu la
Tubuh laki-laki itu terlihat lemas bersandar pada sebuah kursi di ruangan yang kumuh. Ia terikat oleh seutas tali tambang yang kasar. Posisi tubuhnya terlihat benar-benar tidak nyaman. Sementara orang-orang di sana hanya memandangnya dan menunjukkan wajah yang tenang. “Seberapa banyak dosis obat bius yang kamu berikan?” Seorang laki-laki bertanya pada seorang perempuan di sana. Nada suaranya mulai terdengar tidak sabar. “Bukan aku yang memberikannya, aku meminta dokter pribadiku. Kenapa kamu tidak bersabar sedikit?” Perempuan itu menyahut dengan kesal. “Jane, aku ke sini tidak untuk membuang banyak waktu. Jika aku tahu akan jadi sebegini terlambat, aku akan menunda untuk datang lebih dulu.” Tapi si laki-laki menyahut tidak kalah kesal. Ia memiliki banyak hal yang ingin ia jadikan pencapaian hingga menunggu seperti ini benar-benar terasa tidak berguna. “Lalu apa? Bukankah ini adalah apa yang juga kamu tunggu, Mark? Kamu ingin melihat dia
Cahaya bintang terlihat redup saat ditatap dari taman belakang yang berisi bunga-bunga yang ditanam seorang perempuan cantik belakangan hari saat ia masih mengandung. Udara mendinging dan suara menyepi. Hari telah berubah semakin larut tapi Luke masih terjaga. Rasa rindu pada Rena semakin tidak tertahankan sedangkan ia masih harus bertahan pada kesunyian yang sama demi meluluskan diri dari ujian kesabaran yang ia buat sendiri. Rena selalu pandai bersabar, maka ia juga harus bisa. Memiliki cinta seorang malaikat membuatnya harus merubah diri walau terasa menyakitkan.“Rena, bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu. Tidakkah kamu juga merasakan hal yang sama?” Tangan Luke terangkat untuk mencengkram dadanya sendiri. Ia telah sekarat karena rindu yang mulai berkarat.Rasa rindu teramat dalam ini seperti akan merenggut kewarasannya. Oh Tuhan, jika iblis sepertinya boleh memohon. Maka ia memohon jika saat waktu memaksa mereka untuk berpisah, ia ingin ia