“Baik anak anak, untuk materi yang akan Ibu sampaikan ini, Ibu ingin kalian membentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok berisi 4 orang” Ibu Tati, selaku guru Bahasa Indonesia mengisi pelajaran pertama hari ini.
Para siswa di kelas itupun mulai menengok kesana kemari untuk memilih siapa yang akan ia jadikan kelompok hari ini. “Kelompoknya akan Ibu acak” Kata Bu Tati yang melihat para siswanya sedang sibuk memilih kelompoknya sendiri sendiri. Alhasil mendengar perkataan Bu Tati barusan, para siswa jadi kecewa karena mereka tidak bisa memilih sesuka mereka. Namun sikap Bu Tati memang lebih baik, dibandingkan meminta para siswanya untuk memilih sendiri. Pastinya mereka hanya akan memilih orang orang yang mereka suka, tidak memandang bagaimana hasil kerja kelompok mereka nanti yang penting mereka menyukai kelompoknya.Kalau begini, mereka yang tidak di ajak berkelompok pastinya akan merasa bingung dan berkecil hati. Mereka akan berkata bahwa aku tidak di ajak karena aku tidak disukai oleh mereka. Aku tidak diajak, karena aku tidak pantas untuk mereka dan juga pemikiran rendah diri lainnya. Padahal, dengan siapapun kamu bekerja tidak masalah, asalkan pekerjaanmu selesai dengan baik kenapa tidak?
Bu Tati menulis nama nama kelompok di papan tulis, ternyata pembagiannya tidak buru. Pembagian kelompok di pilih sesuai urutan tempat duduk, di hitung 4 ke samping. Itu artinya Raina akan satu kelompok dengan Clara, Vano, dan Reynal. Dan benar saja, di papan tulis namanya ada di urutan kelompok ke 4 dengan anggota yang sudah ia tebak tadi.Semua kelompok sedang sibuk dengan tugas yang di berikan oleh Bu Tati, mereka sudah menduga kalau ada kerja kelompok pasti ada tugas, dan ternyata benar. Tugas untuk membuat artikel tentang berita hangat yang sedang terjadi di Indonesia.
Saat kelompok lain sudah selesai membagi tim mereka dan memutuskan siapa yang akan menjadi ketua dan lain lain, berbeda dengan tim Raina yang masih fokus memilih ketua tim kelompok mereka hingga saat ini.
“Siapa yang jadi ketua? Sekretaris?” tanya Clara sambil melihat ketiga temannya kini. “Na, kamu mikir apa?” tanya Clara lagi sambil menepuk pundak Raina. “Lagi mikir siapa yang jadi ketua” Raina berpikir. “Kamu mau jadi ketua nggak Na?” tanya siswa bernama Vino. “Ha?” tanya Raina kaget. “Jangan dia” seorang siswa yang bernama Raynal itu akhirnya membuka suaranya. “Kenapa?” tanya Clara. “Pokoknya jangan dia” protes Raynal. “Emang kamu pikir aku juga mau apa?” tanya Raina agak sedikit keras sehingga seluruh isi kelas termasuk Bu Tati yang sedang duduk di depan mendengar suaranya. “Ada masalah Raina?” tanya Bu Tati dari tempat duduknya. “Eh, nggak kok bu. Nggak ada masalah” Raina tersenyum kepada gurunya sambil kembali berdiskusi. “Semuanya gara gara kamu” protes Raina melihat ke arah Raynal. Namun orang yang ia omeli justru tidak mendengarkan dan merespon dirinya. Raina sempat bertanya di dalam hati apakah Raynal adalah seseorang yang kurang dalam pendengaran?Tapi bukankah tadi ia sempat protes ketika dirinya ditunjuk jadi ketua. Raina melihat Raynal dengan seksama lalu menemukan benda berwarna hitam seperti kabel alias earphone yang menempel di telinganya.
Pantas saja.
Raina berencana menarik paksa earphone yang terpasang di telinga Raynal. Namun sebelum Raina sempat menariknya hingga lepas, si pemilik pun langsung memegang tangan Raina yang sudah memegangi earphonenya. Ia menghadap ke arah Raina, bisa ia lihat wajah Raina yang terkejut akibat respon cepatnya itu.
Kedua mata mereka bertemu pandang sebentar sebelum kedua temannya menyadarkan mereka dengan suara batuk yang di buat buat ala anak remaja pada umumnya. Raina segera memalingkan wajahnya, begitu juga dengan Raynal yang langsung melepas tangan Raina yang sempat ia genggam.
“Kita lanjut diskusi” kata Raina membuka suara kembali setelah heing sesaat. “Kukira akan menonton drama gratis” kata Clara tertawa kecil yang langsung diam ketia mendapat lirikan dari Raina. “Ok, kita sepakat ya kalau Vino jadi ketuanya dan Clara wakil ketuanya karena rumah kalian berdekatan jadi mudah kalau mau cari bahan besok” Raina meyakinkan kedua temannya yang sudah pasrah itu. “Ok, kalau gitu kamu dan Raynal yang jadi sekretarisnya dan pergi ke perpustakaan kota besok” kata Clara kemudian. “Bukannya hanya aku saja ya yang pergi kesana?” tanya Raina terkejut. Clara menggelengkan kepalanya pelan. “Kalian berdua harus kerja sama” jawab Clara. “Tapi” Raina belum selesai protes tiba tiba bel istirahat berbunyi. “Baik anak anak, tugas dikumpulkan minggu depan ya” Bu Tati pergi meninggalkan kelas setelah berpesan untuk mengumpulkan tugas minggu depan. “Selamat bertugas kalian” kata Clara lalu berdiri dan kembali ke tempat duduknya. “Ra, masa aku sama Raynal sih ke Perpustakaannya” protes Raina yang tiba tiba merasa menyesal telah memilih Clara sebagai wakil ketua kelompoknya.Tahu begini ia akan mengajukan diri jadi ketua, tidak peduli si manusia satu itu setuju atau tidak.
“Memang ada masalah apa kamu sama dia?” tanya Clara. “Ya nggak ada sih” jawab Raina.***
Bel pulang sekolah berbunyi, seperti biasanya Clara akan di jemput duluan oleh kakaknya dan Raina menolak ikut bersama Clara karena memilih untuk naik bus saja. Sudah beberapa menit ia menunggu di halte namun bus belum juga tiba. Sebenarnya salah Raina sendiri karena ia tadi harus mampir ke toko buku lagi untuk membeli sesuatu, alhasil ia tadi ketinggalan bus sore yang biasanya ia naiki seperti hari biasa.Raina melihat jam tangannya, waktu sudah menunjukkan jam 5 sore dan ia masih di halte seorang diri. Padahal biasanya Raina yakin kalau bus selanjutnya akan datang tepat pukul 5 sore, namun sampai saat ini belum juga tiba.
Raina frustasi dan sempat berpikir akan berjalan kaki sembari menunggu bus yang lewat nanti. Saat Raina baru akan melangkahkan kakinya meninggalkan halte, sebuah sepeda motor berhenti di depannya.
Seorang laki laki yang duduk di atas sepeda motor itu pun membuka helmnya.
“Ayo naik” kata laki laki dengan setelan jaket kulit dan celana hitamnya. “Raynal?” Raina terkejut melihat siapa wajah dibalik helm tersebut. “Kamu pikir aku siapa? Artis?” tanya Raynal masih memandangi Reina yang terkejut. “Ayo naik, mau pulang nggak?” tanya Raynal lagi. “Kok kamu sudah nggak pakai seragam? Ngapain disini?” tanya balik Raina. “Naik dulu, keburu sore” suruh Raynal. “Helmnya” kata Raina sambil menunjuk sebuah helm yang berada di bagian depan motor Raynal. Raynal mengikuti arah yang ditunjuk Raina lalu memberikan helm itu pada perempuan itu. Raina memakai helm tersebut lalu naik ke motor Raynal mengingat hari sudah semakin gelap saja. Terlebih lagi ia juga tidak melihat ada tanda tanda bus yang akan datang. “Jawab pertannyaanku yang tadi” kata Raina setelah Raynal menjalankan motornya menuju rumah Raina. “Yang mana?” tanya Raynal. “Jangan pura pura lupa, nanti lupa beneran tau rasa” teriak Raina. “Oh, kenapa nggak pakai seragam dan kenapa bisa ada di halte? Lagian jam pulang sekolah sudah dari tadi, pastinya aku sudah ganti baju dan pergi kesuatu tempat. Memangnya kamu kelayapan masih pakai seragam sekolah”Jawab Raynal sambil terus fokus pada jalanan.
“Siapa yang kelayapan, kamu lihat sendiri tadi tidak ada bus yang lewat pastinya nungguin lah” protes Raina. “Seharusnya kamu jalan kaki daripada nungguin sampai malam” kata Raynal. “Ya sudah aku mau jalan kaki saja, turunin aku di depan” Raina menunjuk sebiuah pinggir jalan di depannya. “Serius mau jalan? Kalau iya aku berhenti di depan” tanya Raynal. Raynal memberhentikan motornya tepat di pinggir jalan yang ditunjuk Raina barusan. Sambil mematikan mesin motornya ia lalu melepas helmnya dan menengok ke arah Raina. “Katanya mau turun” kata Raynal sambil turun dari motornya. Raina turun dari motor Raynal lalu melepas helmnya. “Nih!” Raina memberikan helm Raynal dengan kesal lalu mulai berjalan kaki meninggalkan Raynal. Raynal pun segera memekai helmnya kembai dan menaiki motornya, setelah itu ia langsung pergi meninggalkan Raina yang sudah mulai berjalan kaki tanpa sepatah katapun. “Dia nggak tahu aja rumahku sudah ada di depan” kata Raina setelah memastika motor Raynal menjauh dari dirinya. “Aku tahu rumahmu sudah ada didepan, maka dari itu aku berani menurunkanmu di sana” kata Raynal dalam hati sambil terus mengendarai motornya.
Jam sudah menunjukkan jam 8 pagi, ketika sinar matahari sudah terasa hangat menghilangkan embun pagi yang menghiasi dedaunan kala itu. Sudah banyak dari sekian banyak orang menghabiskan waktu Hari Minggu mereka dengan bersantai atau berlibur dengan keluarganya masing masing. Memanfaatkan waktu luang untuk bersama dengan keluarga, melihat anak mereka berlari larian, menikmati jalan santai bersama pasangan dan tak jarang juga yang masih sibuk dengan pekerjaannya karena deadline. Hari ini sinar mentari sedang bersahabat, tidak terlalu terik dan juga tidak ada tanda tanda akan turun hujan. Berbeda dengan Raina yang masih nyaman tidur dikasurnya lengkap dengan selimut yang masih menutupi leher hingga ujung kakinya seperti orang kedinginan. Memang suhu semalam lumayan dingin, namun bukankah pagi ini sudah terasa lebih hangat. Kebiasaan Raina ketika hari libur pasti akan ia manfaatkan untuk tidur sepuasnya, karena pastinya ketika malam minggu atau malam hari libur ia
“Nih” Raynal yang beberapa menit yang lalu menghilang ternyata pergi membeli dua gelas kopi panas, satu untuknya dan satunya lagi ia berikan pada Raina.“Pantes ilang, ternyata beli kopi” kata Raina sambil melihat cup kopi yang di berikan oleh Rayna.“Habis, tadi kamu ngerjain tugas apa ndengerin lagu tidur sih sampai nguap beberapa kali” Raynal menarik kembali tangan kanan beserta kopinya yang barusan akan ia berikan ada Raina.“Kamu main hp, kenapa tahu kalau aku nguap berkali kali” protes Raina sambil mengambil cup kopi yang masih di pegang Raynal.“Mau lanjut kemana?” tanya Raynal.“Pulang” jawab Raina singkat.“Ok, setelah kopimu habis” Raynal menunjuk cup kopi milik Raina yang masih penuh.“Yang benar saja ini masih
Raina berjalan dari arah kantin menuju kelasnya seorang diri, karena kedua temannya masih sibuk dikantin untuk makan. Sedangkan Raina memutuskan untuk kembali ke kelasnya lebih awal untuk membaca novel.Biasanya ia akan pergi dan menyendiri diperpustakaan, namun kali ini ia memilih untuk tidak pergi kesana dan memilih dikelasnya saja. Kebetulan jam istirahat masih panjang, jadi dikelasnya pasti tidak terlalu ramai.Raina mengintip keruang kelasnya melalui jendela, dan benar saja kelasnya amsih sepi. Hanya ada beberapa anak yang masih tinggal dikelas untuk membaca buku atau menyelesaikan catatan pelajaran mereka.“Na!”Langkah Raina yang hendak memasuki kelas terhenti ketika ada suara seseorang memanggilnya dari kejauhan.Ia pun menengok ke asal suara itu, dan ternyata Andra sudah berdiri tepat dibelakangnya.“Kak Andra? Tumben lewat sini? Kelas kakak kan
“Kak, kita sebenarnya mau kemana?” tanya Raina untuk yang kesekian kalinya.Saat ini Raina dan Andra sedang berada dalam bus untuk perjalanan menuju ke tempat yang masih dirahasiakan Andra. Namun saking penasarannya Raina, ia dari tadi terus bertanya pada Andra.“Nanti kamu akan liat tempatnya sendiri” Andra menjawab dengan kalimat yang sama untuk kesekian kalinya juga.Andra baru tahu ternyata Raina adalah gadis yang selalu penasaran apabila ia belum mendapatkan jawaban yang dia inginkan.Raina memang anak yang akan terus menanyakan hal yang ketika jawabannya belum ia dapatkan. Namun, ia mampu membatasi hal tersebut. Jika dirasa hal tersebut adalah sebuah privasi, maka ia akan menahan keingintahuannya. Terlebih lagi, ia juga menyukai buku bacaan. Jadi apapun yang membuat ia penasaran akan ia cari dalam buku atau internet agar menambah keingintahuannya.Raina kembal
Alarm Raina berbunyi nyaring, gadis itu hanya beranjak sebentar lalu mematikan alarm itu dan kembali pada tidurnya.Hari ini adalah hari Minggu, seperti biasa Raina masih terlihat tidur nyenyak dikamarnya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Sudah kebiasaannya akan bangun siang ketika Minggunya tidak ada jadwal.Bagi Raina, hari Minggu adalah cara ia membalas waktu tidurnya yang berkurang akibat jadwal sekolah yang padat. Dan hari Minggu adalah hari dimana ia malas diganggu, entah itu teman atau hal lain yang menurutnya tidak penting. Ia hanya ingin menikmati me time nya di hari seperti ini.“Na, sarapan dulu” seseorang mengetuk pintu kamar Raina perlahan, siapa lagi kalau bukan kakaknya.“Na, itu Bu Inah udah masakin sarapan” Kak Kevin mengetuk pintu kamar Raina sekali lagi.“Nanti kak, masih males” jawab Raina dari dalam kamarnya dengan mata
Salah satu papan pengumuman sekolah dipenuhi oleh banyak siswa pagi ini. Itu karena hari ini tepat pengumuman pembagian kelas awal semester. Banyak para siswa yang menantikan moment ini khususnya siswa dan siswi baru. Namun berbeda bagi siswa siswi yang akan naik ke kelas berikutnya, bukan karena tidak senang naik kelas, tapi karena di moment pergantian kelas ini mereka artinya akan berpisah dengan teman sekelas mereka saat semester dulu. Bahkan mungkin hanya akan ada satu atau dua siswa yang mendapatkan kelas sama selebihnya akan berpencar. “Na, kira kira kita satu kelas nggak ya di SMA ini” salah satu siswi baru berambut pendek itu menepuk pundak teman disebelahnya. “Entahlah, bukankah kemungkinannya kecil?” tanya seorang siswi berambut panjang yang tadi ditepuk oleh siswi berambut pendek itu. Setelah papan pengumuman sudah mulai terlihat karena satu persatu siswa sudah pergi menuju kelasnya masing masing setela
Setelah jam pelajaran berakhir Raina pulang seorang diri, Clara sudah dijemput oleh kakaknya dan Raina menolak tawaran Clara untuk ikut dengannya dengan alasan ingin mampir dahulu ke toko buku. Itu bukan hanya alasan, tapi memang ia ingin pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku baru yang bisa ia gunakan untuk belajar dan ia berencana juga ingin membeli beberapa buku fiksi untuk dibaca di waktu luang. Raina memang sangat menyukai buku, entah itu buku pelajaran maupun buku fiksi seperti novel dan komik. Namun diantara banyaknya jenis buku fiksi, ia paling suka dengan novel. Menurutnya itu sangat bagus, melihat banyaknya ide yang penulis tuangkan di dalam sebuah cerita hingga menjadi sebuah buku yang lumayan tebal bahkan sampai yang sangat tebal sekalipun. Raina tiba di depan sebuah toko buku lumayan besar yang terletak tidak terlalu jauh dari sekolahnya, sehingga ia hanya perlu berjalan kaki beberapa menit dari sekolahnya. Ia melihat ke dalam t
Alarm Raina berbunyi nyaring, gadis itu hanya beranjak sebentar lalu mematikan alarm itu dan kembali pada tidurnya.Hari ini adalah hari Minggu, seperti biasa Raina masih terlihat tidur nyenyak dikamarnya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Sudah kebiasaannya akan bangun siang ketika Minggunya tidak ada jadwal.Bagi Raina, hari Minggu adalah cara ia membalas waktu tidurnya yang berkurang akibat jadwal sekolah yang padat. Dan hari Minggu adalah hari dimana ia malas diganggu, entah itu teman atau hal lain yang menurutnya tidak penting. Ia hanya ingin menikmati me time nya di hari seperti ini.“Na, sarapan dulu” seseorang mengetuk pintu kamar Raina perlahan, siapa lagi kalau bukan kakaknya.“Na, itu Bu Inah udah masakin sarapan” Kak Kevin mengetuk pintu kamar Raina sekali lagi.“Nanti kak, masih males” jawab Raina dari dalam kamarnya dengan mata
“Kak, kita sebenarnya mau kemana?” tanya Raina untuk yang kesekian kalinya.Saat ini Raina dan Andra sedang berada dalam bus untuk perjalanan menuju ke tempat yang masih dirahasiakan Andra. Namun saking penasarannya Raina, ia dari tadi terus bertanya pada Andra.“Nanti kamu akan liat tempatnya sendiri” Andra menjawab dengan kalimat yang sama untuk kesekian kalinya juga.Andra baru tahu ternyata Raina adalah gadis yang selalu penasaran apabila ia belum mendapatkan jawaban yang dia inginkan.Raina memang anak yang akan terus menanyakan hal yang ketika jawabannya belum ia dapatkan. Namun, ia mampu membatasi hal tersebut. Jika dirasa hal tersebut adalah sebuah privasi, maka ia akan menahan keingintahuannya. Terlebih lagi, ia juga menyukai buku bacaan. Jadi apapun yang membuat ia penasaran akan ia cari dalam buku atau internet agar menambah keingintahuannya.Raina kembal
Raina berjalan dari arah kantin menuju kelasnya seorang diri, karena kedua temannya masih sibuk dikantin untuk makan. Sedangkan Raina memutuskan untuk kembali ke kelasnya lebih awal untuk membaca novel.Biasanya ia akan pergi dan menyendiri diperpustakaan, namun kali ini ia memilih untuk tidak pergi kesana dan memilih dikelasnya saja. Kebetulan jam istirahat masih panjang, jadi dikelasnya pasti tidak terlalu ramai.Raina mengintip keruang kelasnya melalui jendela, dan benar saja kelasnya amsih sepi. Hanya ada beberapa anak yang masih tinggal dikelas untuk membaca buku atau menyelesaikan catatan pelajaran mereka.“Na!”Langkah Raina yang hendak memasuki kelas terhenti ketika ada suara seseorang memanggilnya dari kejauhan.Ia pun menengok ke asal suara itu, dan ternyata Andra sudah berdiri tepat dibelakangnya.“Kak Andra? Tumben lewat sini? Kelas kakak kan
“Nih” Raynal yang beberapa menit yang lalu menghilang ternyata pergi membeli dua gelas kopi panas, satu untuknya dan satunya lagi ia berikan pada Raina.“Pantes ilang, ternyata beli kopi” kata Raina sambil melihat cup kopi yang di berikan oleh Rayna.“Habis, tadi kamu ngerjain tugas apa ndengerin lagu tidur sih sampai nguap beberapa kali” Raynal menarik kembali tangan kanan beserta kopinya yang barusan akan ia berikan ada Raina.“Kamu main hp, kenapa tahu kalau aku nguap berkali kali” protes Raina sambil mengambil cup kopi yang masih di pegang Raynal.“Mau lanjut kemana?” tanya Raynal.“Pulang” jawab Raina singkat.“Ok, setelah kopimu habis” Raynal menunjuk cup kopi milik Raina yang masih penuh.“Yang benar saja ini masih
Jam sudah menunjukkan jam 8 pagi, ketika sinar matahari sudah terasa hangat menghilangkan embun pagi yang menghiasi dedaunan kala itu. Sudah banyak dari sekian banyak orang menghabiskan waktu Hari Minggu mereka dengan bersantai atau berlibur dengan keluarganya masing masing. Memanfaatkan waktu luang untuk bersama dengan keluarga, melihat anak mereka berlari larian, menikmati jalan santai bersama pasangan dan tak jarang juga yang masih sibuk dengan pekerjaannya karena deadline. Hari ini sinar mentari sedang bersahabat, tidak terlalu terik dan juga tidak ada tanda tanda akan turun hujan. Berbeda dengan Raina yang masih nyaman tidur dikasurnya lengkap dengan selimut yang masih menutupi leher hingga ujung kakinya seperti orang kedinginan. Memang suhu semalam lumayan dingin, namun bukankah pagi ini sudah terasa lebih hangat. Kebiasaan Raina ketika hari libur pasti akan ia manfaatkan untuk tidur sepuasnya, karena pastinya ketika malam minggu atau malam hari libur ia
“Baik anak anak, untuk materi yang akan Ibu sampaikan ini, Ibu ingin kalian membentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok berisi 4 orang” Ibu Tati, selaku guru Bahasa Indonesia mengisi pelajaran pertama hari ini.Para siswa di kelas itupun mulai menengok kesana kemari untuk memilih siapa yang akan ia jadikan kelompok hari ini.“Kelompoknya akan Ibu acak” Kata Bu Tati yang melihat para siswanya sedang sibuk memilih kelompoknya sendiri sendiri.Alhasil mendengar perkataan Bu Tati barusan, para siswa jadi kecewa karena mereka tidak bisa memilih sesuka mereka. Namun sikap Bu Tati memang lebih baik, dibandingkan meminta para siswanya untuk memilih sendiri. Pastinya mereka hanya akan memilih orang orang yang mereka suka, tidak memandang bagaimana hasil kerja kelompok mereka nanti yang penting mereka menyukai kelompoknya.Kalau begini, mereka yang tidak di ajak berkelompok pastinya akan merasa bi
Setelah jam pelajaran berakhir Raina pulang seorang diri, Clara sudah dijemput oleh kakaknya dan Raina menolak tawaran Clara untuk ikut dengannya dengan alasan ingin mampir dahulu ke toko buku. Itu bukan hanya alasan, tapi memang ia ingin pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku baru yang bisa ia gunakan untuk belajar dan ia berencana juga ingin membeli beberapa buku fiksi untuk dibaca di waktu luang. Raina memang sangat menyukai buku, entah itu buku pelajaran maupun buku fiksi seperti novel dan komik. Namun diantara banyaknya jenis buku fiksi, ia paling suka dengan novel. Menurutnya itu sangat bagus, melihat banyaknya ide yang penulis tuangkan di dalam sebuah cerita hingga menjadi sebuah buku yang lumayan tebal bahkan sampai yang sangat tebal sekalipun. Raina tiba di depan sebuah toko buku lumayan besar yang terletak tidak terlalu jauh dari sekolahnya, sehingga ia hanya perlu berjalan kaki beberapa menit dari sekolahnya. Ia melihat ke dalam t
Salah satu papan pengumuman sekolah dipenuhi oleh banyak siswa pagi ini. Itu karena hari ini tepat pengumuman pembagian kelas awal semester. Banyak para siswa yang menantikan moment ini khususnya siswa dan siswi baru. Namun berbeda bagi siswa siswi yang akan naik ke kelas berikutnya, bukan karena tidak senang naik kelas, tapi karena di moment pergantian kelas ini mereka artinya akan berpisah dengan teman sekelas mereka saat semester dulu. Bahkan mungkin hanya akan ada satu atau dua siswa yang mendapatkan kelas sama selebihnya akan berpencar. “Na, kira kira kita satu kelas nggak ya di SMA ini” salah satu siswi baru berambut pendek itu menepuk pundak teman disebelahnya. “Entahlah, bukankah kemungkinannya kecil?” tanya seorang siswi berambut panjang yang tadi ditepuk oleh siswi berambut pendek itu. Setelah papan pengumuman sudah mulai terlihat karena satu persatu siswa sudah pergi menuju kelasnya masing masing setela