Kouza dan rombongannya melanjutkan perjalanan saat matahari dirasa cukup hangat untuk mengawali perjalanan mereka. Karena melewati ibu kota, tak lupa mereka membeli bekal tambahan lagi untuk perjalanan yang akan mereka lalui selanjutnya.
Setelah melewati ibu kota yang ramai, mereka memasuki wilayah pedesaan. Wilayah itu di dominasi oleh hamparan perkebunan dan tanah pertanian yang luas. Mereka melewati juga ladang-ladang penduduk yang subur.
Hingga malam menjemput, mereka akhirnya mulai masuk ke daerah Hutan Kelam. Kouza memutuskan untuk beristirahat dan bermalam di dalam hutan.
Mereka saling duduk mengitari api unggun kecil yang menghangatkan dan memberi penerangan di sekitar mereka.
Suara binatang malam dan dinginnya kabut membuat suasana terasa mencekam. Hanya dengan api itulah mereka bisa merasakan kehadiran satu sama lain.
"Apa perjalanan kita masih jauh Kouza?" tanya Myan sembari mengamati ke sekelilingnya dengan was-was.
I
Myan berpindah ke suatu ruangan besar. Ruangan terang dengan langit-langit yang tinggi. Hampir seluruh perabotan dan warna ruangan itu di dominasi oleh warna putih dan emas. Perpindahan yang mendadak ini membuatnya merasa sedikit mual. Kepalanya terasa berputar. Myan mencengkeram erat karpet bulu tempat di mana dirinya mendarat saat teleportasi tadi. "Selamat datang, Kisha..." Seorang pria merentangkan kedua tangannya dan tersenyum menyambut Myan. Ia berjalan dengan langkah tenang dengan jubah emasnya yang berkilauan. Rambut kebiruan, mata tajamnya, serta suaranya mengingatkan Myan pada sosok seseorang yang pernah masuk ke dalam mimpinya. "Roun..." ucapnya begitu tersadar. Roun, pria itu tersenyum mendengar Myan menyebutkan namanya. "Kau mengingatku rupanya," Roun berlutut di depan Myan, mengulurkan tangannya, meraihnya untuk berdiri. "Apa yang terjadi, mengapa aku di sini? Di mana Kouza?" tanya Myan dengan
Dengan secepat kilat Kouza melesat dan mengayunkan pedangnya ke arah Roun. Tak kalah gesit, Roun seketika meloncat dan menghindari serangan Kouza. Kouza menyentuhkan telapak tangannya ke wajah Myan. Seketika Myan tersentak dan dapat bergerak kembali. Mengikuti instingnya, Myan segera berlindung di balik Kouza. Roun melesat maju. Kali ini ia menyerang Kouza dengan pedang yang telah diraihnya. Kouza melompat dan menahan serangannya. Kouza kembali membalas disertai dengan kekuatan menghempasnya. Hingga pada satu titik, Roun terpelanting tak dapat menghindari serangan Kouza. Perbedaan kekuatannya dengan Kouza masih kalah jauh. "Penjagaa...!!!!" teriak Roun terengah-engah. Para penjaga istana berderap-derap memasuki ruangan. Tampak sesosok pria tua berjubah putih, dan seorang wanita muda yang mencolok mengikuti para penjaga tersebut. Kouza melesat, secepat kilat menghampiri dan menyembunyikan Myan di belakangnya. Ia menangkap sosok Siraz pria tua penyihir kerajaan Coda, dan Amala wani
Roun duduk di singgasananya dengan wajah murka. Amala dan Siraz saling pandang penuh arti. "Kau lihat kekuatan Kouza? Roh Murninya belum sepenuhnya bebas, tetapi kekuatannya sudah melampauiku!" ucapnya penuh amarah. "Yang Mulia, hamba akan menyiapkan mantra yang lebih kuat untuk menambah kekuatan Yang mulia" Siraz menunduk memberi hormat pada rajanya. "Aku hanya butuh Sang Pembebas untuk melepaskan Roh Murniku!" Roun berkeras. Mengingat dengan mudahnya Kouza mengalahkannya, Roun kembali meradang. "Hamba memiliki cara, Yang mulia." Amala maju menghadap Roun. Siraz menatapnya seperti hendak memperingatkannya. Tetapi Amala tidak mempedulikan tatapan Siraz. Sedangkan Roun sendiri tampak tertarik dengan apa yang hendak dikatakan Amala. "Biarkan hamba menjadi media Anda untuk menyalurkan semua Roh Hitam melewati tubuh hamba, agar dapat membangkitkan Roh Murni yang berada di dalam tubuh Yang Mulia sendiri. Dengan kekuatan Roh Hitam, hamba yak
Rombongan berkuda Kouza saling berdiri berjajar dan beriringan, tak jauh dari tempat tujuan mereka. Tempat yang mereka sebut Gua Gil. Dan mereka telah tiba di tempat itu. Myan melepas penutup mukanya. Dari kejauhan ia bisa melihat sekumpulan pemukiman dan orang-orang yang sedang beraktivitas di sana. "Itukah tempat tujuan kita?" tanyanya pada Kouza. "Ya... kita sudah sampai Myan. Ini adalah rumah keduaku." Jawab Kouza dengan bangga. Gua Gil. Tempat tujuan mereka merupakan daerah pemukiman kecil yang dikelilingi oleh hamparan padang rumput hijau yang sejuk. Pemukiman tersebut terletak tepat di bawah perbukitan. Di bawah naungan bukit yang menjulang di atasnya, pemukiman itu tampak begitu tenang dan asri. Kedatangan Kouza dan rombongan di sambut dengan hangat oleh para pemukim. Sebagian besar dari mereka merupakan para pengawal rahasia Kouza, yang berbaur dengan penduduk yang lainnya. Tidak hanya lelaki dewasa, di sana ban
Kouza duduk di antara Aroka dan para pengawal kepercayaannya. Mereka sebelumnya terlibat diskusi yang begitu serius. Roun telah melakukan pergerakan dengan menculik Myan. Kouza tentu tidak akan tinggal diam. Kouza tahu Roun berencana untuk menggunakan Myan agar dapat membantunya menambah kekuatannya. Myan adalah "Sang Pembebas" yang sangat diincar oleh mereka yang berkepentingan untuk memperbesar kekuatannya. Kekuatan yang dimiliki Myan akan sangat menguntungkan bagi siapa pun yang bersekutu atau memilikinya. Kouza tak ingin membiarkan hal itu terjadi. Bagaimana pun caranya, Kouza akan berusaha untuk melindungi Myan. Baik itu dari musuh-musuh yang mengincarnya, maupun dari keluarganya sendiri. Terlebih dari pembunuh-pembunuh bayaran yang mereka kirim untuk menghabisi dirinya maupun Myan, tampak jelas ada begitu banyak pihak yang memiliki motif yang berbeda. "Seperti yang sudah aku rencanakan sebelumnya, aku akan memulai
"Aku tidak akan lama, jaga dirimu," Kouza melepaskan pelukannya dari Myan yang mengantarkan keberangkatannya pagi ini. "Berhati-hatilah, jaga dirimu juga ya, kembalilah dengan selamat." Myan memeluk Kouza lagi. "Jangan sampai aku gunakan kemampuanku untuk membawamu kembali" godanya. "Jangan ragu membawaku kembali jika kau berada dalam bahaya. Kau harus melakukannya. Berjanjilah," balas Kouza serius. Myan mengangguk dan tersenyum menenangkan Kouza. "Tunggu aku kembali, Cintaku..." lanjutnya. Kouza melepaskan pelukannya dan mencium Myan penuh perasaan. "Oh... aku akan sangat merindukanmu," ucapnya, dan kembali memeluk Myan sekali lagi dengan erat seolah belum rela untuk berpisah darinya. Kouza menghirup aroma dan sejenak merasakan kehangatan tubuh Myan dengan memejamkan matanya. Setelah dirasa cukup, ia melepaskan pelukannya sebelum akhirnya naik ke atas kudanya. Kouza kemudian berangkat bersama beberapa pen
"Apa kau sudah mendapatkan semua Makhluk Hitam yang dibutuhkan untuk sekarang?" Amala memasuki ruangan gelap tempat Siraz mengerjakan segala keperluan sihirnya. Siraz terkekeh mendengar Amala mempertanyakan hasil kerjanya. Dalam ruang remang-remang itu Siraz muncul mendekatkan dirinya agar dapat menatap Amala dengan jelas. "Kau pikir dengan kemampuanmu yang tidak seberapa itu, kau bisa menampung semua Makhluk Malam hanya dengan melakukan ritual sekali saja?" "Jika ini tidak terlalu beresiko, aku akan memasukkan langsung ke dalam tubuh Yang Mulia tanpa perlu perantaramu. Tapi jika aku lakukan itu secara langsung, aku khawatir akan terjadi pertentangan yang begitu besar yang akan menghancurkan tubuh Yang Mulia sendiri. Yang Mulia akan terlalu berlebihan menyerap Makhluk Malam tanpa bisa mengontrolnya" "Benar, jadi memang aku media sempurna untuk Makhluk Malam, bukan? Tak ada alasan bagi
Moun mengerutkan alisnya menatap Myan yang sedari tadi hanya memainkan makanannya. "Apakah hidangannya tidak membuatmu berselera makan?" tanya Moun. Myan sedikit tersentak. Sadar karena telah melamun dan tenggelam dalam pikirannya sendiri, Myan menggeleng. "Bukan begitu Moun, aku hanya sedang memikirkan tentang pertemuanku semalam dengan Ratu Savia" "Savia? Ratu Savia dari bangsa Avia?" Moun mendadak tercengang. "I ... iya benar. Mereka bisa berubah menjadi kecil, bersayap, dan terbang. Ada apa?" Myan bertanya karena reaksi Moun yang seolah terkejut mendengarnya. Bahkan dirinya pun masih merasa takjub dengan pertemuannya semalam. "Kau sungguh bertemu dengan bangsa Avia? Apa yang mereka katakan?" "Ya ... mm ... tidak banyak, Ratu Savia hanya mengatakan bahwa dirinya dan bangsanya siap untuk melayaniku, yang aku tidak begitu mengerti apa maksudnya. Dan ia memperingati tentang Makhluk Malam dan Roun. Apakah ada sesua