Selama di perjalanan pulang aku hanya diam saja. Otakku masih memikirkan kejadian tadi. Ciuman Zhou Tian selalu terngiang di benakku. Kuletakkan tanganku di pipiku terasa panas karena merasa malu pada Zhou Tian. "Akhh...! Aku bisa gila tenanglah Naomi!" Teriakku dalam hati.
Kuperhatikan Zhou Tian tidak berbicara sepatah kata pun. Ia fokus menyetir mobilnya. Tapi ia terlihat canggung . Bahkan ia tidak menjelaskan mengapa ia menciumku tadi. Haruskah aku yang menanyakannya. Tidak! Dia pasti mengira aku terlalu percaya diri. Namun aku tidak bisa menahannya. Kuberanikan saja bertanya padanya.
”kau?”
”kau?” Kami berbicara bersamaan.
”kau duluan.” Kataku padanya.
”Tidak. Kau saja.” Balasnya.
Aku mengalah. ”Baiklah. Bukankah kau berhutang penjelasan kepadaku?” Tudingku padanya.
Dia salah tingkah. Kemudian ia terbatuk-batuk. Aku yakin pasti itu bukan batuk sungguhan. Dia masih tidak menjawab pertanyaanku.
”Kau tidak ingin menjawabnya bukan? Kau tahu, itu membuatku gila. Selalu saja terbayang di otakku. Aku tidak ingin salah paham denganmu.” Ungkapku padanya.
Tapi ia semakin gusar. Dia terlihat bingung menjawab pertanyaanku. Lalu ia menimpali, ”emmm...eh kita sudah sampai. Hoaamm...aku ngantuk sekali. Ayo turun.” Ia mengalihkan topik pembicaraan dan kemudian Zhou Tian turun dari mobil.
Aku membelalakkan mataku. Ia melangkah ke dalam rumah bahkan dia meninggalkan aku sendirian di mobil.
”Huh.. Apa-apaan itu. Kalau tidak mau menjawab bilang saja. Kenapa harus meninggalkan aku.” Aku menggerutu sambil keluar dari dalam mobil.
Kulangkahkan kakiku masuk kedalam rumah. Fan yin sedang berbincang dengan Zhou Tian. Juga Luo, orang kepercayaan Zhou Tian ada disitu . Saat melihatku datang, Fan Yin melompat dari duduknya. Dan berlari menghampiriku serta merentangkan tangannya hendak memelukku.
”Naomi, akhirnya kau bebas. Maaf aku tidak bisa melakukan apa-apa tadi. Tapi aku senang kau kembali.” Fan yin mengungkapkan kegembiraannya dan memelukku.
Aku kaget dengan tindakannya. Lalu kudorong pelan tubuh Fan Yin kebelakang. Dan kusunggingkan senyuman padanya.
”Tidak apa-apa.” Balasku padanya.
”Sungguh aku senang melihatmu pulang.” Kata Fan Yin sambil merentangkan tangannya hendak memelukku lagi.
Namun dengan sigap Zhou Tian menarik kerah baju Fan Yin. Hingga membuat Fan Yin merasa kesal. Ia membalikkan badannya tepat dimana Zhou Tian berdiri.
”Hei..kenapa kau menarik aku?” Gerutu Fan Yin.
Zhou Tian menanggapinya dengan dingin. ”Jangan mencari kesempatan. Kau belum menyelesaikan masalah Black Kingdom. Bagaimana laporannya?” Tanya nya pada Fan Yin.
”Eh..? Bukankah aku sudah melaporkannya tadi? Apa kau lupa?” Ekspresi wajah Fan Yin terlihat bingung.
Tingkah Zhou Tian terlihat aneh. Dia menghindari bertatapan denganku.
”Benarkah? Ah..mungkin aku sudah mulai pikun. Hoaamm.... mataku sangat lelah sekali." Zhou Tian membuat gerakan seperti orang yang sedang menguap karena kantuk. Lalu ia melanjutkan kalimatnya. ”Ya sudah, kalau begitu aku ke atas dulu. Lanjutkan saja pertemuan lovey dovey kalian.” Ujar Zhou Tian dan ia pergi menaiki anak tangga.
Seketika mimik wajah Fan Yin terlihat kebingungan. Ia mengangkat alisnya dan mulutnya hampir terbuka lebar melihat sikap Zhou Tian barusan. Kutepuk punggung Fan Yin.
”Hei..jika kau membuka lebih lebar lagi ku jamin nyamuk akan masuk kedalam mulutmu.” Kataku.
”Kau lihat itu kan?” Fan Yin menunjuk ke arah Zhou Tian. ”Dia tidak pernah bertingkah seperti itu. Entah mengapa sikapnya menjadi seperti itu setelah kalian kembali." Tiba-tiba Fan Yin tersenyum creepy kepadaku. ”Hmm...apa terjadi sesuatu diantara kalian?” Ia melihatku dengan tatapan yang penasaran.
Aku kelimpungan dengan pertanyaan Fan Yin barusan. Lalu kualihkan topik pembahasannya.
”Kau tahu, aku sangat lelah sekali. Aku juga ingin istirahat. Besok saja kita lanjutkan pembahasannya ya." Ujarku lalu aku pergi meninggalkan Fan Yin yang kebingungan.”Kau juga bersikap seperti itu. Aku tahu ada sesuatu diantara kalian.” Teriak Fan Yin frustasi.
Sebenarnya aku merasa kasihan melihat Fan yin frustasi seperti itu. Tapi aku merasa malu membahasnya dengan Fan Yin jikalau tadi Zhou Tian menciumku. Jantungku saja masih berdebar karena itu.
Sambil berjalan ke kamar aku menebak-nebak isi pikiran Zhou Tian. Apa dia juga memikirkan hal ciuman itu. Aku terus bertanya dalam hati tapi tak kutemukan jua jawabannya. Kurebahkan badanku di atas ranjang. Pikiranku melayang jauh. Aku teringat Ayah. Seketika hatiku sakit menahan rindu pada ayah.
”Ayah..maafkan aku. Aku merindukan mu, Ayah.” Gumanku dalam hati.
Tiba-tiba terlintas di pikiranku untuk membuka akun sosmedku. Aku bisa mengabari ayah lewat itu. Tapi ponselku sudah hilang di dalam air saat aku jatuh ke bawah jembatan waktu itu.
Entah mengapa aku malah kepikiran untuk meminjam ponsel Zhou Tian. Kulihat jam di atas meja menunjukkan pukul 22.00. Mungkin dia belum tidur batinku. Aku menghela napas dan kukumpulkan keberanianku.
Lalu aku pergi ke kamar Zhou Tian yang ada disebelah kamar yang kutempati. Kuketuk pintu kamarnya. Namun tidak ada jawaban. Kucoba sekali lagi tapi nihil. Akhirnya kubuka sedikit pintu kamarnya. Mataku mencari ke dalam tapi tidak ada sosok Zhou Tian dikamar.
Rasa penasaranku membawaku masuk kedalam kamarnya. Kamar Zhou Tian sangat luas. Kesan kuat terpancar dari warna kamarnya bernuansa coklat gelap. Ia menata rapi barang di kamar nya. Juga ada sebuah kursi santai berwarna hitam yang langsung menghadap keluar jendela kaca.
Seketika Zhou Tian keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di pinggangnya. Aku terperanjat dan berteriak. Lalu dengan segera kututup mataku dengan telapak tanganku.
”Dasar mesum.” Teriakku padanya.
”Aku? Atau kau yang mesum tanpa izin masuk ke kamarku.” Zhou Tian menudingku. ”Oh, mungkin kau mau mengulang ciuman tadi?” Godanya sambil berjalan mendekati aku.
Aku merasa malu dan kuputar badanku membelakanginya. ”Maaf, aku masuk tanpa izin. Tadi aku sudah mengetuk pintunya tapi kau tidak menjawab.” Aku menjelaskan situasinya. ”Aku ingin meminjam ponsel mu.”
to be continued....