Beranda / Romansa / Kisah cinta Naomi / 10. My First Kiss

Share

10. My First Kiss

Penulis: Vieneze
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Zhou Tian POV

”Mengapa bisa di sabotase?” Aku membentak Luo dan bawahannya.

Luo hanya menunduk saja. ”Maaf tuan kami lalai. Aku akan mengurus masalah ini.”

”Mengurus, hah? Tidak kau lihat kerugian yang kualami.” Kusandarkan punggungku ke bahu sofa dan kuletakkan tanganku diatas kepalaku. Tiba-tiba aku teringat Lei wulong pasti dia yang membakar Black kingdom. Aku tidak menyangka dia bisa bertindak sejauh ini.

Tiba-tiba ponsel kuberdering. Kulihat di layar Fan Yin yang menghubungi. Lalu segera kujawab panggilan itu.

”Ya. Ada apa?” Tanyaku.

”Gege, Naomi dibawa polisi.” Jawab Fan Yin tergesa-gesa.

”Apa? Mengapa bisa dibawa polisi?” Aku kaget mendengar kabar itu.

”Tadi kami pergi keluar makan di restoran. Namun, disini kebetulan ada beberapa polisi yang sedang mencari buronan. Lalu ketika mereka melihat Naomi, mereka meminta passport dan visa Naomi.”

Kupijat keningku dengan tangan kiriku. Kepalaku semakin pusing. Belum selesai masalah Black Kingdom tambah lagi masalah Naomi.

”Lalu dimana kalian sekarang? ” Tanyaku dengan nada tinggi.

”Pelabuhan Aberdeen."

Segera kuakhiri panggilan Fan Yin. Pikiranku kalut.  Aku mengkhawatirkan Naomi mungkin ia ketakutan sekarang. Lalu aku bangkit dari tempat dudukku.

”Aku pergi dulu. Kalian urus sisanya." Perintahku pada Luo.

Selain mengatakan itu, aku berlari menuju mobilku yang terparkir di luar. Kupacu mobilku menuju Aberdeen. Kulihat langit mulai gelap. Semakin kuinjak pedal gas mobil. Tak peduli speedometer sudah menunjukkan angka 120 km/hour . Dalam pikiranku hanya mengkhawatirkan Naomi.

Saat tiba di Aberdeen, kulihat Fan Yin duduk di kursi taman sendirian tanpa Naomi. Mataku mencari ke sekeliling tapi tak ada sosok Naomi. Fan Yin segera berdiri dan menghampiri aku.

”Gege.”

”Mana Naomi?” Tanyaku dengan cemas.

”Polisi membawanya ke kantor imigrasi. Gege, maaf kami pergi tidak memberitahumu.” ujar Fan Yin sambil menundukkan kepalanya.

”Seharusnya kalian di rumah saja. Mengapa kau membawanya keluar?” Aku membentak Fan Yin. ”Ya sudah aku akan ke kantor imigrasi sekarang. Kau pergilah bereskan masalah Black Kingdom.”

Kemudian aku masuk ke dalam mobil kuinjak pedal gas dan melaju ke departemen imigrasi. Setibanya disana aku segera berlari masuk ke dalam. Petugas di sana mencegatku masuk lebih jauh lagi.

”Maaf anda hanya bisa masuk sampai lobby. Jika ada keperluan bisa datangi bagian informasi nanti di sana akan diarahkan sesuai tujuan anda.” Ujar petugas keamanan.

”Aku ingin bertemu Pak Zhang Nian.” Jawabku.

”Maaf, anda tidak bisa bertemu dengan beliau. Sekarang dia sedang mengurus laporan para imigran gelap.”

Aku menghela napas dan kuterobos saja petugas itu. Dia mengejarku berusaha menghentikan langkahku. Lalu aku tiba di depan pintu yang bertuliskan Chief Zhang Nian. Aku masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu. Pria paruh baya itu kaget dengan kehadiranku .

”Aiya, Zhou Tian sudah lama kau tak berkunjung. Apa yang membawamu kemari?” Tanya Zhang Nian.

Aku berjalan ke arah sofa dan kujatuhkan bokongku di atas sofa. Kuletakkan kaki kananku di atas kaki kiriku dan kuluruskan tanganku di bahu sofa.

"Aku ingin kau membebaskan seorang wanita yang dibawa bawahanmu tadi.” Jawabku tanpa basa-basi.

Dia tertawa pelan. "Ha..ha.. Zhou Tian kau tidak pernah peduli pada wanita. Dan sekarang kau jauh-jauh datang kemari hanya untuk itu. Cek..cek..pasti dia gadis spesial kan?”

Aku hanya diam saja memperhatikannya. Lalu ia menimpali, ”maaf, aku tidak bisa melepaskannya. Itu sudah menjadi aturan disini. Aku tidak bisa mengorbankan jabatanku untuk itu.”

”Aku mohon.” Pintaku pada Zhang Nian.

”Bagaimana jika kau mengajukan permohonan suaka saja untuknya.” Saran Zhang Nian.

”Aku tidak mengerti urusan birokrasi. Itu akan memakan waktu yang lama. Lagipula ia tidak akan tahan dengan waktu selama itu. Kumohon padamu bantu aku.” Aku kembali memohon.

”Aku tidak berani mengambil resiko yang akan merusak reputasiku.” Dia menerangkan situasinya padaku.

Lalu aku bangkit berdiri dan menghampirinya. Kukeluarkan sebuah amplop coklat dari saku jaket kulitku. Dan kuletakkan di atas meja kerjanya. Ia terkejut namun juga tersenyum. Ia meraih amplop itu dan memeriksa isinya.

”200.000 Dollar . Ini tidak cukup.” Jawabnya.

Kuambil cek dari sakuku dan kutuliskan angka 300.000 dollar sebagai tambahannya. Zhang Nian tersenyum puas. Kemudian ia memanduku ke ruang tahanan para imigran gelap.

Mataku tertuju kepada Naomi yang meringkuk menundukkan kepalanya di sudut ruangan. Hatiku sakit melihatnya seperti itu. Zhang Nian membuka pintu sel nya dan seketika Naomi mengangkat kepalanya. Ia melihatku berdiri di ambang pintu. Matanya memerah lalu ia bangkit berdiri dan berlari ke arahku. Ia merebahkan badannya ke dadaku. Dan menangis.

Deg..deg.. Jantungku seakan mau melompat dalam pelukannya. Kau harus tenang Zhou Tian. Kubalas pelukannya dan kubelai rambutnya yang terurai .

”kau baik-baik saja?” Tanyaku padanya

Ia mengangguk dan mengatakan, ”kukira kau tak akan datang. Aku ketakutan.” Tangisnya semakin pecah.

”Maaf aku lama menjemputmu.” Kuhapus air mata Naomi dengan tanganku. ”Mari kita pulang.”

****

Dalam perjalanan pulang ia diam tak berbicara. Sesekali ia mengamati aku yang sedang menyetir. Aku tidak tahan di perhatikan seperti itu. Lalu aku pura-pura batuk untuk memecah keheningan diantara kami.

”Apa kau sedang flu?” Tanya Naomi dengan tatapan cemas.

”Ehmm..ehmm.. Tidak tenggorakanku  hanya terasa gatal.” Jawabku.

”Berhentilah.”

”Apa? Mengapa?” Aku reflek menghentikan laju mobilku.

Naomi membuka pintu dan turun dari mobil. Ia menoleh ke arahku dan mendelik, ”kau tak ikut turun?”

Aku lantas turun dan mengikutinya berjalan ke arah swalayan. Aku merasa heran. Apa yang akan ia lakukan. Ia mengambil sebotol air mineral dan memintaku untuk membayarnya di kasir.

”Aku tidak punya uang bisakah kau membayar ini untukku?” Ia bertanya padaku sambil menarik lengan jaket ku.

”Tentu saja.”

Setelah selesai membayar air mineral itu, Naomi mengajak aku duduk di kursi yang ada di depan swalayan. Ia membuka tutup botol dan memberikan air mineral itu padaku.

”Nah." Naomi menyodorkan botol itu padaku.

Aku merasa sedikit bingung dan kuambil botol itu dari tangan Naomi. ”Mengapa kau memberikannya padaku? Bukankah kau ingin minum?”

”Tidak. Aku membelikannya untukmu. Bukankah tenggorokanmu gatal tadi?” Ia tersenyum manis sekali dengan sebuah lesung pipi di wajahnya.

Aku merasa terharu dengan sikapnya itu. Ini pertama kalinya aku ditraktir wanita walaupun aku yang membayarnya.

”Terima kasih. Kau perhatian sekali.” Jawabku.

”Kau menolongku berkali-kali. Aku sangat berterima kasih padamu. Bila tidak ada kau mungkin aku sudah jadi wanita penghibur atau gelandangan atau mungkin jadi tahanan. Aku tidak akan melupakan kebaikan mu Tian.” Tutur Naomi dengan lirih sambil menatapku dengan mata indahnya.

Entah mengapa aku tidak bisa menahan diriku saat melihat bibir Naomi berbicara. Lalu kudekatkan wajahku dengannya dan kucium dengan lembut bibirnya. Naomi kaget dengan tindakan ku. Ia berusaha melepaskan ciumanku namun aku semakin mencumbu bibirnya lebih dalam. Pada akhirnya ia pun pasrah dengan cumbuanku. Ia terlihat menikmatinya. Lidah kami saling bertautan. Jadi seperti ini rasanya berciuman. Tubuhku terasa panas yang membuatku semakin berhasrat melumat bibir mungilnya.

Setelah aku menyelesaikan ciumanku, aku merasa malu dan canggung. Naomi menatapku dengan kebingungan. Terlihat raut wajahnya masih kaget dengan ciumanku tadi. Aku begitu malu untuk menatap Naomi, kualihkan pandanganku darinya. Lalu aku berdiri dan melangkah ke mobil sambil kupukuli pipiku. "Aiya, apa yang sudah kau lakukan Zhou Tian." Batinku dalam hati.

”Sudah malam ayo pulang.” Kataku tanpa menoleh ke belakang.

***

 

Bab terkait

  • Kisah cinta Naomi   11. Ada apa diantara kalian?

    Selama di perjalanan pulang aku hanya diam saja. Otakku masih memikirkan kejadian tadi. Ciuman Zhou Tian selalu terngiang di benakku. Kuletakkan tanganku di pipiku terasa panas karena merasa malu pada Zhou Tian. "Akhh...! Aku bisa gila tenanglah Naomi!" Teriakku dalam hati. Kuperhatikan Zhou Tian tidak berbicara sepatah kata pun. Ia fokus menyetir mobilnya. Tapi ia terlihat canggung . Bahkan ia tidak menjelaskan mengapa ia menciumku tadi. Haruskah aku yang menanyakannya. Tidak! Dia pasti mengira aku terlalu percaya diri. Namun aku tidak bisa menahannya. Kuberanikan saja bertanya padanya. ”kau?” ”kau?” Kami berbicara bersamaan. ”kau duluan.” Kataku padanya. ”Tidak. Kau saja.” Balasnya. Aku mengalah. ”Baiklah. Bukankah kau berhutang penjelasan kepadaku?” Tudingku padanya. Dia sala

  • Kisah cinta Naomi   12. Orang ketiga

    ”Ponsel? Untuk apa?" Zhou Tian bertanya padaku. ”Aku ingin membuka akun sosmedku. Mungkin aku bisa mengabari Ayah melalui itu agar tidak khawatir padaku.” Jelasku padanya. ”Oh..nih kau bisa menggunakannya.” Ujar Zhou Tian menyodorkan ponselnya kepadaku. Lalu kualihkan tubuhku menghadap Zhou Tian. Tanpa diduga saat aku membalikkan badanku, kepalaku langsung menghadap dada Zhou Tian terlihat tetesan air masih membasahi dada bidangnya. Seketika aku menjadi malu. ”Sepertinya kau sangat ingin melihatnya dari dekat bukan?” Zhou Tian menggodaku. Aku berdalih, ”Kau saja yang terlalu tinggi seperti tiang listrik.” Dia tertawa melihatku yang salah tingkah. ”Kau saja yang terlalu pendek.” Aku malu mengakui bahwa tinggi badanku hanya setinggi dadanya. Lalu kuraih ponsel Zhou Tian dari tanga

  • Kisah cinta Naomi   13. Raja Gombal

    ”Naomi ayo kita berfoto.” Ujar Fan Yin sembari mengambil ponsel baruku yang dibeli Zhou Tian. Kemudian ia merangkulku dan membuat pose wajah imut. Untuk seorang pria Fan Yin terlalu cantik. Pantas saja banyak wanita yang ingin selalu menjadi pasangannya walau hanya satu malam. Tentu Fan Yin memanfaatkan wajahnya dengan baik untuk bersenang-senang dengan para wanita cantik. Ia dan Zhou Tian berbeda jauh. Zhou Tian yang selalu bersikap dingin kepada wanita manapun. Namun meski demikian tak sedikit wanita yang berusaha untuk mendapatkan hatinya. Tatapan matanya yang tajam selalu membuat hatiku berdebar. Wajahnya sangat tampan seperti pahatan patung Michael angelo. ”Ini nomor ponselku.” Ujar Fan Yin mengetik nomornya di ponselku. Aku menoleh kearah Zhou Tian. Dan kusodorkan ponselku padanya.”Beri juga nomor ponsel

  • Kisah cinta Naomi   14. pura-pura Kekasih

    Seketika kuletakkan tanganku di dada kiriku. Terasa jantungku berdetak cepat. Aku segera bangkit berdiri dan melangkah menjauh dari Zhou Tian. Dia mengejarku dan menarik tanganku. Langkahku terhenti. ”Maaf, jika sikapku barusan membuatmu marah. Seharusnya aku tidak melakukan itu.” Ujar Zhou Tian memelas. Lantas aku membalikkan badanku. Kubulatkan mataku padanya. ”Kau tahu, kau selalu sesukamu. Kadang kau bersikap dingin kadang bersikap manis. Dan apa itu tadi? Kau selalu melakukan hal yang di luar dugaan. Apa menyenangkan mempermainkan hati seseorang?” Aku melontarkan semua yang mengganjal di hati. Ia tidak bergeming dengan pernyataanku barusan. Lalu kuteruskan langkahku. Namun tiba-tiba aku merasakan kehangatan. Zhou Tian memeluk akuu dari belakang. Pelukannya tidak sedingin sikapnya. Terasa hangat dan menenangkan, tetapi ak

  • Kisah cinta Naomi   15. Skenario Fan Yin

    Malam semakin gelap bintang tak lagi bersembunyi. Cahaya rembulan berpendar menembus jendelaku. Ku pandangi langit malam. Ada satu yang bersinar sangat terang. Penglihatan ku sangat aneh saat melihat bintang itu justru yang terlihat adalah wajah Zhou Tian. Ku kedipkan mataku beberapa kali seakan tak percaya.Mungkin aku sudah jatuh cinta padanya. Hatiku selalu merasa hangat bila di dekatnya. Sebelum nya aku tidak pernah mencintai seseorang seperti ini. Aku bahkan tidak pernah menjalin hubungan dengan pria manapun. Aku sibuk membantu Ayah mencari uang untuk menghidupi kami. Masa mudaku ku habiskan dengan bekerja. Hingga ayah memintaku untuk menikah dengan Adrian Sebastian.Seharusnya aku tidak mengiyakan kemauan Ayah saat itu. Adrian pria brengsek yang membuat hidupku hancur. Tapi jika Adrian tidak melakukan itu, Aku juga mungkin tidak akan pernah bertemu dengan Zhou Tian. Aku tidak tahu apakah aku harus senang atau sedih .Mataku terasa sangat lelah. Ku rebahkan ba

  • Kisah cinta Naomi   16. Skenario Fan Yin part II

    Aku hanya membalasnya dengan senyuman. Ku ulurkan tanganku. ”Aku Naomi. Dan kau ?”Ia tersenyum sinis. ”Julie Wang.” Ia bahkan tidak menyambut tanganku. Fan Yin sedari tadi hanya menenggak wine nya. Ku lihat botol wine isinya tinggal setengah. Kemudian ia merangkul ku dan menarik kepalaku agar bersandar di bahunya.”Aku sudah memiliki kekasih, jadi mari kita akhiri hubungan ini. Aku sudah bosan denganmu Julie. ” Kemudian Fan Yin berakting membelai pipiku.Ku ikuti saja permainan Fan Yin dan aku membalas dengan bergelayut dalam pelukannya. Julie terlihat kesal melihat kami yang bermesraan.”Cih! Apa kalian tidak menganggap ku disini. Dasar tidak tahu malu. Berengsek!” Julie melihat kami dengan sinis kemudian ia menenggak wine milik Fan Yin.”Julie berhentilah mengikuti ku. Aku tidak mencintai mu. Maaf jika ini menyakitkan bagimu tapi kau tahu sendiri kan aku pria seperti apa.” Ujar Fan Yin.Julie diam saja ia terlihat frustasi. Terpancar kesedihan

  • Kisah cinta Naomi   17. Jangan Marah Sayang

    Aku merasa kesal dengan Zhou Tian yang memarahi ku. Mengapa ia harus bersikap seperti itu. Memangnya aku siapa bagi dirinya sesukanya mengatur ku.”Berhenti.” Perintahku.Zhou Tian seketika menghentikan laju mobilnya. ”Kenapa?”Segera ku buka pintu mobil lalu aku turun ku banting pintu mobil dengan keras. Aku pergi berjalan kaki meninggalkannya. Hatiku terasa sakit. Bukan karena dia memarahiku. Tapi bila ia mengkhawatirkan aku mengapa ia tidak mengatakannya. Bila ia merasa cemburu seharusnya ia katakan saja. Bila ia tidak memiliki perasaan kepada ku harusnya jangan melakukan hal-hal yang membuat ku salah paham. Karena wanita butuh kepastian.Mobil Zhou Tian mengikutiku dari belakang seraya menghidupkan klakson mobilnya. Jelas saja itu menarik perhatian orang-orang.”Naiklah Nao. Ayo kita bicarakan baik-baik.” Ujar Zhou Tian memelas.Aku berpaling dan meneruskan langkahku. ”Aku tidak akan ikut denganmu. Pulanglah sendiri.””Lihat langitnya su

  • Kisah cinta Naomi   18. Dedaunan berguguran tapi kisah kita bersemi

    Zhou Tian membelalakkan matanya kepada Fan Yin yang duduk diantara kami. Mungkin ia merasa Fan Yin sengaja melakukannya.”Ah, kau bilang kau mencari Naomi ke kamarnya. Mengapa kau mengunjungi kamar seorang wanita?” Zhou Tian bertanya menyelidiki.”Aku hanya ingin bercerita saja. Aku kesepian dibawah. Dan kalian berdua”. Fan Yin melirikku lalu kemudian menoleh kearah Zhou Tian. ”Apa yang kalian lakukan berduaan dikamar?””Memandang hujan.” Jawab ku datar.”Hah?” Ia membulatkan matanya dengan mulut yang terbuka. Jelas sekali Fan Yin terlihat kebingungan dengan jawaban yang kuberikan. Kemudian ia melanjutkan kalimatnya. ”Aku yakin ada sesuatu diantara kalian. Apa kalian berkencan?” Wajahnya masih terlihat imut sekalipun ia sedang kaget dengan pertanyaannya sendiri.Aku kelabakan dengan pertanyaan yang dilontarkan Fan Yin begitu juga dengan Zhou Tian, ia pura-pura batuk dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela.”Aku baru ingat, pakaian ku belum ku

Bab terbaru

  • Kisah cinta Naomi   Epilog

    [Jika kau terlalu fokus, maka yang lain tak tampak bagimu. Jika kau terlalu jatuh ke dalam, maka kau akan sulit untuk naik. Jika kau terlalu memaksa mengejar sesuatu, segalanya belum tentu berakhir seperti yang kau inginkan.] Saat aku menulis cerita ini, aku menangis di pojokan karena merasa bersalah telah membuat ending yang menyedihkan seperti ini. Tapi dari awal aku buat cerita ini, memang sudah aku seting endingnya seperti ini. Jangan bully author ya😁 Tolong dimaafkan 😁😍 Memang tragis sih endingnya 😭😭😭😭 Sumpah aku nulisnya sambil mewek. Ga tega sama karakternya. Tapi cerita harus terus berlanjut. Terima kasih banyak buat kalian yang sudah baca Kisah Cinta Naomi. Aku bangga dan bahagia banget ceritaku ada yang baca. Pokoknya terima kasih, dear! Oh ya, kalian bisa baca buku aku yang lainnya. Seperti : KAU MILIKKU, kisah si cewek bar-bar dan superstar yang menderita philophobia Atau kalian suka genre Fanta

  • Kisah cinta Naomi   55. Akhir kisah kita (Fan Yin POV)

    Dulu aku tidak pernah peduli dengan yang namanya cinta. Wanita hanyalah mainan saja bagiku. Namun, kini semuanya berubah sejak aku bertemu dengan Naomi. Hanya dengan sebuah senyuman polos ia berhasil memikat hatiku. Segalanya kulakukan untuk menarik perhatiannya, tetapi di dalam pandangannya hanya ada Zhou Tian.Kini aku memiliki dirinya seutuhnya setelah melenyapkan Zhou Tian, tetapi aku tidak merasa bahagia. Kupikir jika Zhou Tian mati, Naomi akan membuka hatinya untukku. Namun sekarang ia malah seperti mayat hidup. Setiap harinya ia hanya membisu memandangi langit. Tubuhnya semakin kurus karena tak ingin makan.Dan aku semakin frustrasi melihatnya yang menyedihkan seperti itu. Apa yang aku cari? Apa yang aku kejar? Aku telah dibutakan cinta, tetapi cinta itu sendiri menyiksaku sampai ke tulang. Setiap hari aku membujuknya dan memohon maaf kepadanya. Sedikitpun ia tidak peduli dengan semua yang kulakukan.

  • Kisah cinta Naomi   54. Luka Untuk Semuanya

    Sepasang tangan terulur dan merangkul pinggangku lalu menarik aku dengan keras. Hingga kami terjungkal ke atas lantai. Dia meringis kesakitan karena aku mendarat di atas tubuhnya. Aku begitu marah telah diselamatkannya. Saat ini aku hanya ingin menemui Zhou Tian.”Kau sudah gila! Untuk apa kau berdiri di sana? Apa yang ada dalam pikiranmu, hah?!” Sergah Fan Yin.Dalam sekejap tatapan mata serta raut wajahnya berubah lembut, ”Nao, kumohon jangan lakukan lagi hal bodoh seperti itu. Aku tidak mau kehilanganmu, Nao.”Aku menatap lurus ke dalam matanya lalu tanganku reflek menampar wajahnya. Sangat keras sampi meninggalkan bekas merah di sana. Ia tertegun dengan sikapku. Aku tak ingin berbicara. Semua suaraku seakan pergi dengan Zhou Tian. Diam.Kemudian aku bangkit berdiri dan duduk di kursi yang mengarah langsung ke luar jendela. Menatap kosong ke luar sana. Menangis

  • Kisah cinta Naomi   53. Air Mata Darah

    Saat aku membuka mata, cahaya-cahaya putih membutakan mataku beberapa saat. Di sekeliling, tembok-tembok putih dengan sedikit warna keemasan di garis tepiannya mengelilingi aku. Tempat ini sangat asing bagiku. Aku tidak tahu ada di mana. Mengapa aku bisa ada di sini? Kupegangi kepalaku dan mengacak-acak rambutku. Tetiba aku teringat dengan Zhou Tian. Pikiranku kembali kalut. Aku mulai panik. Pintu besar berwarna coklat itu jadi sasaran kemarahanku. Kugedor-gedor pintunya bahkan aku menendang pintu itu hingga kakiku sakit. Tak hentinya aku berusaha membuka pintu. Kursi kayu yang ada di depan meja rias, aku ambil dan melemparkannya ke pintu, namun seinci pun tidak bergerak. Suara teriakanku bergema di ruangan ini. Berkali-kali aku minta tolong tak satupun suara dari luar sana yang terdengar. Sunyi. Sedari tadi hanya suaraku saja yang memenuhi ruangan ini. Zhou Tian, bagaimana keadaanmu sekarang? Aku sangat ingin bertemu denganmu. Kau harus

  • Kisah cinta Naomi   52. Pilar istana yang runtuh

    Tuxedo putih yang di kenakan Zhou Tian berubah menjadi merah gelap dan berbau anyir. Darah segar keluar dari lubang bekas timah panas itu, terus mengalir hingga mengenai gaunku. Aku tidak henti-hentinya menekan lubang kecil itu. Suara tangisanku meraung-raung, pikiranku kalut. Rasa takut kehilangan akan dirinya berhasil membuatku seperti orang gila. Walaupun pandanganku mulai gelap akibat tidak kuat melihat darah, aku tetap bertahan di sisinya. Memukul-mukul pipinya agar tetap tersadar. ”Tian-tian, jangan tinggalkan aku. Kau harus bertahan! Kau tidak boleh mati. Aku akan membunuhmu jika kau lakukan itu!” isakan tangisanku semakin menjadi. Duniaku sudah runtuh. Pilar istanaku sudah roboh. Tetapi pria ini masih bisa tersenyum di saat sedang sekarat. Dia bukan kucing yang memiliki sembilan nyawa. Apa ia pasrah dengan semua ini? Aku benci melihatnya tersenyum seperti itu. Aku merasa itu seakan yang terakhir kulihat.

  • Kisah cinta Naomi   51. Di Ujung Tanduk

    Seketika tubuhku gemetaran dan kalut. Aku takut hal buruk terjadi dengan Zhou Tian. Suaraku memekik berusaha meredakan ketegangan di antara mereka. Segera aku berdiri di depan Zhou Tian untuk menghalangi arah revolver Fan Yin.”Menyingkirlah, Nao! Aku tidak mau melukaimu. Aku hanya perlu menyingkirkan penghalang jalanku saja.” Fan Yin berusaha keras menguatkan genggamannya pada batang revolver itu. Bahkan revolver itu bergetar mengikuti getaran tangan Fan Yin.”Biar aku saja yang menggantikanya. Lakukanlah, aku harap itu bisa meredakan amarahmu. Tembak saja aku!” Aku berteriak kencang sampai-sampai tenggorokanku terasa sakit.Walaupun saat ini aku ketakutan dengan segala kengerian yang mungkin terjadi padaku, tetapi seinci pun kakiku tak bergeser. Kesunyian seketika melanda dikala matahari semakin menghilang. Gelap. Hanya ada cahaya dari lampu-lampu di garis batas pelabuhan. Gemuruh ombak yang men

  • Kisah cinta Naomi   50. Air susu dibalas dengan air tuba

    Samar-samar aku mendengar suara bising dan aroma amis yang kuat di sekitarku. Perlahan aku membuka mata masih tampak buram. Kepalaku masih pusing dan perutku terasa mual. ”Hei, Nao. Kau sudah sadar?” suara yang sangat aku kenali memanggil namaku. Itu suara Fan Yin. Kini aku bisa melihat jelas wajahnya. Kualihkan pandanganku ke sekitar. Kapal-kapal tampak berjejer, aku ada di pelabuhan. Bau amis yang menyengat mencuat dari kapal ikan yang bersandar di sana. Mengapa aku bisa ada di sini? Di mana Zhou Tian? Apa yang sedang terjadi? Semua pertanyaan itu bermunculan di kepalaku. Lalu aku menatap Fan Yin dengan sinis. ”A Yin, mengapa kita di sini? Mengapa kau membawa aku kemari?” aku memekik. Kupegangi kepalaku yang masih pusing. Ia berjalan mendekati aku dan duduk selonjoran di sampingku. Ia menyandarkan kepalanya di pundakku, menangis tersedu-sedu. ”Maafkan aku, Nao.

  • Kisah cinta Naomi   49. Bukan hari bahagiamu

    Suara berisik dari burung camar juga deburan ombak yang menghantam karang, membangunkan tidurku. Dari celah-celah tenda, semburat cahaya putih menelisik masuk, menerpa netra yang masih setengah sadar. Rupanya pagi datang lagi. Kubuka dengan keras ziper tenda, pemandangan yang disuguhkan sungguh memanjakan mata.Zhou Tian masih malas-malasan, ia semakin menarik selimutnya. Ia menutup matanya dengan tangannya, menghalau sinar matahari yang tumpah ke wajahnya. Bergeser ke kiri dan ke kanan. Aku menikmati tingkahnya yang menggemaskan seperti itu. Aku tergoda untuk mengusili dia yang sedang tertidur itu, lalu kuambil rambutku dan menggoyangkannya di hidung Zhou Tian. Ia menggerakkan wajahnya dan mengusap hidungnya. Namun, ia tetap tertidur. Ah, aku semakin menjahilinya hingga ia terbangun dan tampak kesal.”Bangunlah, hari sudah terang,” perintahku.”Nao, aku masih ngantuk. Tolong nanti saja bangunkan

  • Kisah cinta Naomi   48. Will You Marry me?

    Zhou Tian segera bangun dari posisi tidurnya dan duduk menghadapku. Lalu ia menggerakkan kepalanya, memberikan kode agar aku bangun mengikutinya. Aku merasa agak kebingungan dengan sikapnya yang terlihat canggung dan sedikit salah tingkah. Mataku menelisik jauh ke dalam bola mata berwarna coklat itu, ia terlihat gelisah. ”Ada apa? Mengapa kau sangat gusar? Apakah ada yang mengusik pikiranmu?” tanyaku. Zhou Tian menggelengkan kepalanya beberapa kali lalu meraih tanganku dan meremasnya dengan lembut. Sebuah senyuman terbit di wajahnya yang sedikit berpasir. Tatapannya pada saat itu sangat dalam dan penuh cinta. ”Nao, hmm sebenarnya a-aku...” bahkan suaranya terdengar bergetar, ”ada yang ingin aku berikan, tetapi pejamkan dulu matamu dan jangan mengintip.” Rasa bingung bercampur penasaran mengaduk-aduk hatiku. Dan sedetik kemudian aku memejamkan mataku. Sungguh, ia membuatku penasara

DMCA.com Protection Status