Zhou Tian POV
”Mengapa bisa di sabotase?” Aku membentak Luo dan bawahannya.
Luo hanya menunduk saja. ”Maaf tuan kami lalai. Aku akan mengurus masalah ini.”
”Mengurus, hah? Tidak kau lihat kerugian yang kualami.” Kusandarkan punggungku ke bahu sofa dan kuletakkan tanganku diatas kepalaku. Tiba-tiba aku teringat Lei wulong pasti dia yang membakar Black kingdom. Aku tidak menyangka dia bisa bertindak sejauh ini.
Tiba-tiba ponsel kuberdering. Kulihat di layar Fan Yin yang menghubungi. Lalu segera kujawab panggilan itu.
”Ya. Ada apa?” Tanyaku.
”Gege, Naomi dibawa polisi.” Jawab Fan Yin tergesa-gesa.
”Apa? Mengapa bisa dibawa polisi?” Aku kaget mendengar kabar itu.
”Tadi kami pergi keluar makan di restoran. Namun, disini kebetulan ada beberapa polisi yang sedang mencari buronan. Lalu ketika mereka melihat Naomi, mereka meminta passport dan visa Naomi.”
Kupijat keningku dengan tangan kiriku. Kepalaku semakin pusing. Belum selesai masalah Black Kingdom tambah lagi masalah Naomi.
”Lalu dimana kalian sekarang? ” Tanyaku dengan nada tinggi.
”Pelabuhan Aberdeen."
Segera kuakhiri panggilan Fan Yin. Pikiranku kalut. Aku mengkhawatirkan Naomi mungkin ia ketakutan sekarang. Lalu aku bangkit dari tempat dudukku.
”Aku pergi dulu. Kalian urus sisanya." Perintahku pada Luo.
Selain mengatakan itu, aku berlari menuju mobilku yang terparkir di luar. Kupacu mobilku menuju Aberdeen. Kulihat langit mulai gelap. Semakin kuinjak pedal gas mobil. Tak peduli speedometer sudah menunjukkan angka 120 km/hour . Dalam pikiranku hanya mengkhawatirkan Naomi.
Saat tiba di Aberdeen, kulihat Fan Yin duduk di kursi taman sendirian tanpa Naomi. Mataku mencari ke sekeliling tapi tak ada sosok Naomi. Fan Yin segera berdiri dan menghampiri aku.
”Gege.”
”Mana Naomi?” Tanyaku dengan cemas.
”Polisi membawanya ke kantor imigrasi. Gege, maaf kami pergi tidak memberitahumu.” ujar Fan Yin sambil menundukkan kepalanya.
”Seharusnya kalian di rumah saja. Mengapa kau membawanya keluar?” Aku membentak Fan Yin. ”Ya sudah aku akan ke kantor imigrasi sekarang. Kau pergilah bereskan masalah Black Kingdom.”
Kemudian aku masuk ke dalam mobil kuinjak pedal gas dan melaju ke departemen imigrasi. Setibanya disana aku segera berlari masuk ke dalam. Petugas di sana mencegatku masuk lebih jauh lagi.
”Maaf anda hanya bisa masuk sampai lobby. Jika ada keperluan bisa datangi bagian informasi nanti di sana akan diarahkan sesuai tujuan anda.” Ujar petugas keamanan.
”Aku ingin bertemu Pak Zhang Nian.” Jawabku.
”Maaf, anda tidak bisa bertemu dengan beliau. Sekarang dia sedang mengurus laporan para imigran gelap.”
Aku menghela napas dan kuterobos saja petugas itu. Dia mengejarku berusaha menghentikan langkahku. Lalu aku tiba di depan pintu yang bertuliskan Chief Zhang Nian. Aku masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu. Pria paruh baya itu kaget dengan kehadiranku .
”Aiya, Zhou Tian sudah lama kau tak berkunjung. Apa yang membawamu kemari?” Tanya Zhang Nian.
Aku berjalan ke arah sofa dan kujatuhkan bokongku di atas sofa. Kuletakkan kaki kananku di atas kaki kiriku dan kuluruskan tanganku di bahu sofa.
"Aku ingin kau membebaskan seorang wanita yang dibawa bawahanmu tadi.” Jawabku tanpa basa-basi.
Dia tertawa pelan. "Ha..ha.. Zhou Tian kau tidak pernah peduli pada wanita. Dan sekarang kau jauh-jauh datang kemari hanya untuk itu. Cek..cek..pasti dia gadis spesial kan?”
Aku hanya diam saja memperhatikannya. Lalu ia menimpali, ”maaf, aku tidak bisa melepaskannya. Itu sudah menjadi aturan disini. Aku tidak bisa mengorbankan jabatanku untuk itu.”
”Aku mohon.” Pintaku pada Zhang Nian.
”Bagaimana jika kau mengajukan permohonan suaka saja untuknya.” Saran Zhang Nian.
”Aku tidak mengerti urusan birokrasi. Itu akan memakan waktu yang lama. Lagipula ia tidak akan tahan dengan waktu selama itu. Kumohon padamu bantu aku.” Aku kembali memohon.
”Aku tidak berani mengambil resiko yang akan merusak reputasiku.” Dia menerangkan situasinya padaku.
Lalu aku bangkit berdiri dan menghampirinya. Kukeluarkan sebuah amplop coklat dari saku jaket kulitku. Dan kuletakkan di atas meja kerjanya. Ia terkejut namun juga tersenyum. Ia meraih amplop itu dan memeriksa isinya.
”200.000 Dollar . Ini tidak cukup.” Jawabnya.
Kuambil cek dari sakuku dan kutuliskan angka 300.000 dollar sebagai tambahannya. Zhang Nian tersenyum puas. Kemudian ia memanduku ke ruang tahanan para imigran gelap.
Mataku tertuju kepada Naomi yang meringkuk menundukkan kepalanya di sudut ruangan. Hatiku sakit melihatnya seperti itu. Zhang Nian membuka pintu sel nya dan seketika Naomi mengangkat kepalanya. Ia melihatku berdiri di ambang pintu. Matanya memerah lalu ia bangkit berdiri dan berlari ke arahku. Ia merebahkan badannya ke dadaku. Dan menangis.
Deg..deg.. Jantungku seakan mau melompat dalam pelukannya. Kau harus tenang Zhou Tian. Kubalas pelukannya dan kubelai rambutnya yang terurai .
”kau baik-baik saja?” Tanyaku padanya
Ia mengangguk dan mengatakan, ”kukira kau tak akan datang. Aku ketakutan.” Tangisnya semakin pecah.
”Maaf aku lama menjemputmu.” Kuhapus air mata Naomi dengan tanganku. ”Mari kita pulang.”
****
Dalam perjalanan pulang ia diam tak berbicara. Sesekali ia mengamati aku yang sedang menyetir. Aku tidak tahan di perhatikan seperti itu. Lalu aku pura-pura batuk untuk memecah keheningan diantara kami.
”Apa kau sedang flu?” Tanya Naomi dengan tatapan cemas.
”Ehmm..ehmm.. Tidak tenggorakanku hanya terasa gatal.” Jawabku.
”Berhentilah.”
”Apa? Mengapa?” Aku reflek menghentikan laju mobilku.
Naomi membuka pintu dan turun dari mobil. Ia menoleh ke arahku dan mendelik, ”kau tak ikut turun?”
Aku lantas turun dan mengikutinya berjalan ke arah swalayan. Aku merasa heran. Apa yang akan ia lakukan. Ia mengambil sebotol air mineral dan memintaku untuk membayarnya di kasir.
”Aku tidak punya uang bisakah kau membayar ini untukku?” Ia bertanya padaku sambil menarik lengan jaket ku.
”Tentu saja.”
Setelah selesai membayar air mineral itu, Naomi mengajak aku duduk di kursi yang ada di depan swalayan. Ia membuka tutup botol dan memberikan air mineral itu padaku.
”Nah." Naomi menyodorkan botol itu padaku.
Aku merasa sedikit bingung dan kuambil botol itu dari tangan Naomi. ”Mengapa kau memberikannya padaku? Bukankah kau ingin minum?”
”Tidak. Aku membelikannya untukmu. Bukankah tenggorokanmu gatal tadi?” Ia tersenyum manis sekali dengan sebuah lesung pipi di wajahnya.
Aku merasa terharu dengan sikapnya itu. Ini pertama kalinya aku ditraktir wanita walaupun aku yang membayarnya.
”Terima kasih. Kau perhatian sekali.” Jawabku.
”Kau menolongku berkali-kali. Aku sangat berterima kasih padamu. Bila tidak ada kau mungkin aku sudah jadi wanita penghibur atau gelandangan atau mungkin jadi tahanan. Aku tidak akan melupakan kebaikan mu Tian.” Tutur Naomi dengan lirih sambil menatapku dengan mata indahnya.
Entah mengapa aku tidak bisa menahan diriku saat melihat bibir Naomi berbicara. Lalu kudekatkan wajahku dengannya dan kucium dengan lembut bibirnya. Naomi kaget dengan tindakan ku. Ia berusaha melepaskan ciumanku namun aku semakin mencumbu bibirnya lebih dalam. Pada akhirnya ia pun pasrah dengan cumbuanku. Ia terlihat menikmatinya. Lidah kami saling bertautan. Jadi seperti ini rasanya berciuman. Tubuhku terasa panas yang membuatku semakin berhasrat melumat bibir mungilnya.
Setelah aku menyelesaikan ciumanku, aku merasa malu dan canggung. Naomi menatapku dengan kebingungan. Terlihat raut wajahnya masih kaget dengan ciumanku tadi. Aku begitu malu untuk menatap Naomi, kualihkan pandanganku darinya. Lalu aku berdiri dan melangkah ke mobil sambil kupukuli pipiku. "Aiya, apa yang sudah kau lakukan Zhou Tian." Batinku dalam hati.
”Sudah malam ayo pulang.” Kataku tanpa menoleh ke belakang.
***