Share

Kisah Tukang Pijat Tunanetra
Kisah Tukang Pijat Tunanetra
Author: Arvin

Bab 1

Author: Arvin
last update Last Updated: 2024-11-14 18:14:08
Namaku Yoga, aku adalah seorang penjual produk.

Beberapa tahun terakhir ini, karena pandemi, bisnis perusahaan memburuk. Aku bersyukur bisa mempertahankan pekerjaan ini, meskipun tanpa mendapatkan komisi penjualan.

Tidak ada cara lain. Untuk menghidupi istri dan anak-anakku, aku mencari pekerjaan paruh waktu di bidang yang pernah kupelajari, yaitu sebagai terapis pijat.

Aku tidak pernah kuliah. Setelah lulus SMA, aku langsung masuk ke sekolah teknik khusus dan belajar banyak tentang teknik pijat titik akupunktur dalam pengobatan tradisional.

Namun, aku tidak terlalu bangga terhadap keahlian ini, jadi aku mencari pekerjaan sebagai staf penjualan setelah aku lulus.

Jika bukan karena kesulitan finansial, aku tidak akan berpikir untuk menekuni keahlian ini lagi.

Ketika aku sedang mencari pekerjaan paruh waktu sebagai tukang pijat, aku mengetahui bahwa tukang pijat tunanetra bisa menghasilkan lebih banyak uang, lalu muncullah niat buruk.

Aku membeli kacamata hitam dan berpura-pura buta, lalu melamar kerja di panti pijat tunanetra.

Karena aku memiliki keahlian yang baik, aku mendapatkan pekerjaan paruh waktu ini dengan mudah.

Jadi, pada siang hari aku bekerja di bagian penjualan dan pada malam hari aku berpura-pura buta untuk menjadi terapis pijat.

Aku pikir hidup akan terus seperti ini. Pendapatan dari pijat tunanetra sudah cukup untuk menghidupi keluarga.

Namun, setelah bekerja sebagai tukang pijat tunanetra selama setengah bulan, tiba-tiba bosku menemuiku.

"Yoga, kamu sudah kerja di sini selama setengah bulan, 'kan?" tanya bos sambil menepuk pundakku.

Aku mengangguk dan berkata dengan gugup, "Iya, Bos. Apa ada yang salah dengan pekerjaanku?"

Bos melambaikan tangannya dan berkata, "Nggak, kamu bekerja dengan baik. Semua pelanggan bilang teknikmu bagus dan pijatannya sangat nyaman."

Aku menghela napas lega.

Dia melanjutkan, "Yoga, karena performamu bagus, aku mau memberimu kesempatan. Apa kamu mau dapat uang lebih banyak?"

Aku terkejut dan segera mengangguk. "Mau!"

Bos mengangguk puas.

Aku merasa sedikit bersemangat. Namun, setelah itu bosku menatapku dan tiba-tiba mengulurkan tangannya ke arah mataku.

Tubuhku gemetar dan ingin refleks menghindar.

Namun, aku menahan diri. Aku sedang pura-pura buta, seharusnya tidak bisa melihat sama sekali!

Jika aku bergerak, bukankah aku akan ketahuan?

Jari bos berhenti di depan mataku dan aku tetap tidak bergerak.

Dia mengangguk, meraih tanganku, dan berkata, "Yoga, sebenarnya kami punya layanan tersembunyi di panti pijat kami, di lantai paling atas."

"Bos, layanan apa itu?" tanyaku.

Dia berkata dengan nada penuh arti, "Sebagai terapis pijat, kamu pasti tahu bahwa ada titik tertentu pada tubuh yang bisa membuat seseorang merasa sangat rileks dan puas, 'kan?"

Aku mengangguk. Aku mempelajari semua ini di sekolah teknik.

Setelah bekerja selama setengah bulan di sini, aku juga bertemu dengan beberapa orang dengan tubuhnya relatif sensitif dan langsung merasa nyaman setelah dipijat sedikit.

"Mereka yang datang ke lantai atas adalah tamu VIP. Kamu harus hati-hati agar nggak mengecewakan mereka."

"Selama kamu membuat mereka nyaman, uangmu akan banyak. Tip dari mereka mungkin lebih tinggi dari gajimu."

Setelah aku mendengar ini, mataku terbelalak di balik kacamata hitam.

Sebagus itu?

Aku menelan ludah, menepuk dadaku dan berjanji, "Jangan khawatir, Bos. Aku akan bekerja dengan baik!"

"Oke, kamu bisa pergi ke lantai atas besok. Aku percaya padamu." Dia menepuk bahuku dan pergi.

Setelah dia pergi, aku mengepalkan tanganku dengan erat dan terlihat bersemangat.

Keesokan harinya setelah pulang kerja, aku bergegas ke panti pijat.

Aku dibawa ke lantai paling atas dan ditempatkan di sebuah ruangan.

Aku melihat dekorasi di ruangan itu dan tercengang.

Dekorasi ruangan ini sangat mewah, tampak seperti di luar jangkauan orang biasa.

"Yoga, bersiaplah. Tamu VIP akan segera datang."

Supervisorku masuk dan memberitahuku.

Aku menjawab dan berdiri di depan pintu, lalu menunggu sambil menunduk.

Beberapa saat kemudian, pintu terbuka.

Aku melihat sepasang kaki panjang mengenakan sepatu hak tinggi dan stoking hitam.

"Selamat datang, tamu VIP. Terapis nomor 888 akan melayani Anda dengan senang hati."

Aku masih menundukkan kepala dan menyapa dengan hormat.

"Kamu terapis baru?" tanya dia sambil berdiri di depanku.

Aku mengangguk, "Ya, benar."

"Angkat kepalamu," ujarnya.

Aku segera mengangkat kepalaku.

Di balik kacamata hitam, aku bertatapan dengannya.

Saat melihatnya, aku benar-benar tercengang.

Siena Laudy? Kenapa bisa dia?

Siena Laudy, Direktur Departemen Administrasi cantik di perusahaanku.

Hampir semua rekan pria di perusahaan suka padanya, termasuk aku.

Aku juga pria normal. Meskipun aku sudah menikah, sulit untuk tidak berpikir macam-macam ketika melihat wanita cantik seperti Siena.

Namun, aku tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini.

"Lepaskan kacamata hitammu. Aku nggak suka orang bicara denganku sambil memakai kacamata hitam."

Badanku gemetar, tetapi aku tetap melepas kacamata hitamku.

Mataku tampak kosong dan tidak fokus, menatap lurus ke depan.

Untuk masuk ke panti pijat ini, aku berusaha sangat keras untuk belajar berpura-pura buta.

Siena menatap mataku dengan saksama.

Aku tidak berani berkedip sampai mataku terasa perih, barulah dia mengalihkan pandangannya.

Aku menghela napas lega. Untungnya, aku tidak menonjol di perusahaan. Dia adalah bos tingkat tinggi, jadi tentu saja dia tidak mengenalku.

"Kamu lumayan juga. Ayo, aku mau mencoba pijatanmu."

Siena melepas pakaiannya di depanku sambil berbicara.

Ketika melihat pakaian di tubuhnya lepas satu per satu, tenggorokanku terasa kering.

Akhirnya, dia telanjang bulat dan berbaring di meja pijat.

Related chapters

  • Kisah Tukang Pijat Tunanetra   Bab 2

    Aku terus berkata pada diri sendiri bahwa aku tidak boleh membongkar kebohongan ini. Kemudian, aku mulai memijatnya.Kulit Siena sangat lembut dan halus, rasanya sangat luar biasa.Aku memijat dengan cara biasa, tetapi setelah beberapa saat, Siena mulai mengeluh."Apa yang kamu lakukan? Bukankah bosmu sudah kasih tahu cara yang benar?"Aku terkejut dan tidak menjawab.Dia langsung menarik tanganku dan menempatkannya di bokongnya.Aku menelan ludah dan memijat bokongnya dengan tangan gemetar.Meskipun aku sudah menebak apa layanan tersembunyi di lantai paling atas ketika bos memberitahuku kemarin, ketika aku benar-benar melakukannya, aku masih agak takut.Tanganku terus memijat. Tak lama kemudian, Siena mulai mengeluarkan suara lirih.Aku melihatnya menggigit bibir bawahnya dengan ekspresi menggoda. Aku hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak menerkamnya.Aku berusaha sebisaku untuk membuat Siena merasakan klimaks beberapa kali."Lumayan, teknikmu sangat bagus."Setelah selesai, Sien

  • Kisah Tukang Pijat Tunanetra   Bab 3

    Kali ini, aku tidak melawan.Pertama, dia memberiku banyak uang. Kedua, aku memang tidak ingin menolaknya.Dia menghabiskan waktu setengah jam denganku.Pinggangku hampir patah.Setelah itu, dia merokok dan tidak mengatakan apa-apa.Aku mengusap pinggangku dan bergumam dalam hati.Bukankah Siena sudah menikah? Kenapa dia terlihat seperti wanita yang kelaparan selama bertahun-tahun?Apa mungkin suaminya tidak bisa melakukannya?Aku memikirkan berbagai kemungkinan dalam hati."Yoga, Yoga!"Saat aku melamun, protofon di pakaianku berbunyi.Aku tersadar dan segera mengambil protofonku."Kak Nael, ada apa?"Kak Nael berteriak dengan cemas, "Cepat dan bawa tamu VIP ke jalan rahasia! Seseorang akan datang!"Aku sangat terkejut hingga punggungku berkeringat dingin.Setiap ruangan di lantai atas panti pijat ini memiliki jalan rahasia. Jika terjadi keadaan darurat, para pelanggan panti pijat bisa keluar dengan tenang.Tanpa berpikir panjang, aku segera berjalan ke pojok dan menekan tombol rahasi

  • Kisah Tukang Pijat Tunanetra   Bab 4

    Aku menundukkan kepalaku, tidak berani menatap mata Siena.Tidak perlu dipikirkan lagi, pasti tatapannya penuh dengan kemarahan terhadapku.Selama proses pemberian hadiah, aku tetap diam tanpa mengatakan apa pun.Setelah penyerahan hadiah, aku segera turun dari panggung seolah-olah sedang melarikan diri.Malamnya, ketika aku pergi ke panti pijat, aku bertemu dengan bos segera setelah aku memasuki pintu."Yoga, ikut aku."Bos tampak serius.Aku memikirkan sesuatu yang buruk dan berkata, "Bos, kita mau ke mana?"Sambil berbicara, aku pura-pura meraba dinding.Bos menatapku sambil mencibir dan berkata, "Sudahlah, berhentilah berpura-pura. Aku tahu semuanya, kamu nggak buta!"Tubuhku gemetar.Benar saja, akhirnya momen ini datang juga!Aku tahu pasti Siena yang mengatakannya. Dia melihatku hari ini dan merasa sangat marah.Aku menurunkan tanganku dan melihat ke arah bos, menunggu dia berbicara."Ikuti aku."Dia membawaku ke kantornya.Bos duduk di kursi dan melihatku dari atas ke bawah. Ke

  • Kisah Tukang Pijat Tunanetra   Bab 5

    "Steven! Kamu masih belum puas membuat keributan?"Siena keluar dengan wajah muram.Dia melihat sekeliling dengan tatapan dingin. Tidak ada yang berani melihatnya. Semua orang kembali ke tempat kerja masing-masing.Aku merasa seperti berhalusinasi. Tatapannya seolah tertuju pada wajahku sejenak?Aku menggelengkan kepala dan segera kembali ke tempat kerjaku.Siena menarik pria tua itu ke kantor lagi dan menutup pintu.Beberapa saat kemudian, terdengar suara pemukulan dan omelan serta suara benda berat berjatuhan dari dalam kantor."Steven! Apa yang kamu inginkan dariku? Kamu menikah denganku dan membiarkanku hidup seperti janda selama bertahun-tahun. Apa yang masih kamu inginkan dariku?"Siena berlari keluar kantor dengan memar di wajahnya."Aku akan membunuhmu!"Steven tampak marah, dia mengejar Siena dengan tongkat besi di tangannya.Aku terkejut. Jika tongkat itu menghantamnya, bisa gawat.Ketika melihat Siena berlari ke arahku, ekspresiku berubah. Pada akhirnya, aku berdiri dan meng

  • Kisah Tukang Pijat Tunanetra   Bab 6

    Aku menoleh dan melihat Siena.Dia sedang duduk di tepi ranjang rumah sakit sambil mengupas apel."Bu Siena."Aku segera duduk.Siena mendorongku ke belakang, "Berbaringlah dan istirahat yang cukup.""Bu Siena, kamu membawaku ke rumah sakit?"Siena mengangguk dan berkata, "Saat aku pulang kerja, aku melihatmu pingsan di lantai.""Terima kasih, Bu Siena." Aku menatapnya dengan penuh rasa terima kasih.Siena melambaikan tangannya dan menatapku dalam-dalam."Yo … uh ...."Saat dia hendak berbicara, dia tiba-tiba mual. Dia menutup mulutnya dan membungkuk di depan tempat sampah."Bu Siena, apa kamu baik-baik saja?"Aku merasa sedikit khawatir.Setelah Siena muntah, dia menyeka mulutnya dan menatapku dengan saksama.Aku merasa sedikit tidak nyaman saat dia menatapku."Yoga, aku hamil." Dia tiba-tiba berkata.Aku tertegun sejenak dan menatapnya dengan ragu.Setelah Steven membuat keributan, semua orang di perusahaan tahu tentang kehamilannya.Siena terdiam beberapa saat dan menggigit bibir ba

  • Kisah Tukang Pijat Tunanetra   Bab 7

    "Jangan bergerak!"Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, mereka mendorongku ke tanah.Pikiranku menjadi kosong.Setelah aku dibawa ke kantor polisi, aku baru sadar.Aku ditipu oleh Siena!"Pak Polisi! Aku dijebak! Aku nggak membunuh Steven!"Polisi itu berkata dengan tenang, "Semalam, Steven dan gerombolannya memukulimu.""Aku .…""Tenggorokan Steven terpotong dan dia kehabisan darah. Sidik jarimu ada di senjata itu dan tubuhmu juga berlumuran darah Steven.""Selain itu, CCTV di rumah Steven juga telah dirusak.""Kami punya alasan kuat untuk mencurigaimu melakukan pembunuhan sebagai balas dendam."Dia tidak mengatakan sepatah kata pun dan wajahku menjadi pucat."Nggak! Aku nggak melakukannya! Siena memintaku pergi ke rumahnya! Dia membiusku, dialah yang membunuh Steven!"Aku berteriak histeris, tapi polisi hanya menatapku dengan wajah datar.Dia mulai menanyakan beberapa pertanyaan kepadaku dan aku menjawab semuanya."Pak Doni, ada yang nggak beres. Sidik jari di rumah Steven terlalu ber

Latest chapter

  • Kisah Tukang Pijat Tunanetra   Bab 7

    "Jangan bergerak!"Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, mereka mendorongku ke tanah.Pikiranku menjadi kosong.Setelah aku dibawa ke kantor polisi, aku baru sadar.Aku ditipu oleh Siena!"Pak Polisi! Aku dijebak! Aku nggak membunuh Steven!"Polisi itu berkata dengan tenang, "Semalam, Steven dan gerombolannya memukulimu.""Aku .…""Tenggorokan Steven terpotong dan dia kehabisan darah. Sidik jarimu ada di senjata itu dan tubuhmu juga berlumuran darah Steven.""Selain itu, CCTV di rumah Steven juga telah dirusak.""Kami punya alasan kuat untuk mencurigaimu melakukan pembunuhan sebagai balas dendam."Dia tidak mengatakan sepatah kata pun dan wajahku menjadi pucat."Nggak! Aku nggak melakukannya! Siena memintaku pergi ke rumahnya! Dia membiusku, dialah yang membunuh Steven!"Aku berteriak histeris, tapi polisi hanya menatapku dengan wajah datar.Dia mulai menanyakan beberapa pertanyaan kepadaku dan aku menjawab semuanya."Pak Doni, ada yang nggak beres. Sidik jari di rumah Steven terlalu ber

  • Kisah Tukang Pijat Tunanetra   Bab 6

    Aku menoleh dan melihat Siena.Dia sedang duduk di tepi ranjang rumah sakit sambil mengupas apel."Bu Siena."Aku segera duduk.Siena mendorongku ke belakang, "Berbaringlah dan istirahat yang cukup.""Bu Siena, kamu membawaku ke rumah sakit?"Siena mengangguk dan berkata, "Saat aku pulang kerja, aku melihatmu pingsan di lantai.""Terima kasih, Bu Siena." Aku menatapnya dengan penuh rasa terima kasih.Siena melambaikan tangannya dan menatapku dalam-dalam."Yo … uh ...."Saat dia hendak berbicara, dia tiba-tiba mual. Dia menutup mulutnya dan membungkuk di depan tempat sampah."Bu Siena, apa kamu baik-baik saja?"Aku merasa sedikit khawatir.Setelah Siena muntah, dia menyeka mulutnya dan menatapku dengan saksama.Aku merasa sedikit tidak nyaman saat dia menatapku."Yoga, aku hamil." Dia tiba-tiba berkata.Aku tertegun sejenak dan menatapnya dengan ragu.Setelah Steven membuat keributan, semua orang di perusahaan tahu tentang kehamilannya.Siena terdiam beberapa saat dan menggigit bibir ba

  • Kisah Tukang Pijat Tunanetra   Bab 5

    "Steven! Kamu masih belum puas membuat keributan?"Siena keluar dengan wajah muram.Dia melihat sekeliling dengan tatapan dingin. Tidak ada yang berani melihatnya. Semua orang kembali ke tempat kerja masing-masing.Aku merasa seperti berhalusinasi. Tatapannya seolah tertuju pada wajahku sejenak?Aku menggelengkan kepala dan segera kembali ke tempat kerjaku.Siena menarik pria tua itu ke kantor lagi dan menutup pintu.Beberapa saat kemudian, terdengar suara pemukulan dan omelan serta suara benda berat berjatuhan dari dalam kantor."Steven! Apa yang kamu inginkan dariku? Kamu menikah denganku dan membiarkanku hidup seperti janda selama bertahun-tahun. Apa yang masih kamu inginkan dariku?"Siena berlari keluar kantor dengan memar di wajahnya."Aku akan membunuhmu!"Steven tampak marah, dia mengejar Siena dengan tongkat besi di tangannya.Aku terkejut. Jika tongkat itu menghantamnya, bisa gawat.Ketika melihat Siena berlari ke arahku, ekspresiku berubah. Pada akhirnya, aku berdiri dan meng

  • Kisah Tukang Pijat Tunanetra   Bab 4

    Aku menundukkan kepalaku, tidak berani menatap mata Siena.Tidak perlu dipikirkan lagi, pasti tatapannya penuh dengan kemarahan terhadapku.Selama proses pemberian hadiah, aku tetap diam tanpa mengatakan apa pun.Setelah penyerahan hadiah, aku segera turun dari panggung seolah-olah sedang melarikan diri.Malamnya, ketika aku pergi ke panti pijat, aku bertemu dengan bos segera setelah aku memasuki pintu."Yoga, ikut aku."Bos tampak serius.Aku memikirkan sesuatu yang buruk dan berkata, "Bos, kita mau ke mana?"Sambil berbicara, aku pura-pura meraba dinding.Bos menatapku sambil mencibir dan berkata, "Sudahlah, berhentilah berpura-pura. Aku tahu semuanya, kamu nggak buta!"Tubuhku gemetar.Benar saja, akhirnya momen ini datang juga!Aku tahu pasti Siena yang mengatakannya. Dia melihatku hari ini dan merasa sangat marah.Aku menurunkan tanganku dan melihat ke arah bos, menunggu dia berbicara."Ikuti aku."Dia membawaku ke kantornya.Bos duduk di kursi dan melihatku dari atas ke bawah. Ke

  • Kisah Tukang Pijat Tunanetra   Bab 3

    Kali ini, aku tidak melawan.Pertama, dia memberiku banyak uang. Kedua, aku memang tidak ingin menolaknya.Dia menghabiskan waktu setengah jam denganku.Pinggangku hampir patah.Setelah itu, dia merokok dan tidak mengatakan apa-apa.Aku mengusap pinggangku dan bergumam dalam hati.Bukankah Siena sudah menikah? Kenapa dia terlihat seperti wanita yang kelaparan selama bertahun-tahun?Apa mungkin suaminya tidak bisa melakukannya?Aku memikirkan berbagai kemungkinan dalam hati."Yoga, Yoga!"Saat aku melamun, protofon di pakaianku berbunyi.Aku tersadar dan segera mengambil protofonku."Kak Nael, ada apa?"Kak Nael berteriak dengan cemas, "Cepat dan bawa tamu VIP ke jalan rahasia! Seseorang akan datang!"Aku sangat terkejut hingga punggungku berkeringat dingin.Setiap ruangan di lantai atas panti pijat ini memiliki jalan rahasia. Jika terjadi keadaan darurat, para pelanggan panti pijat bisa keluar dengan tenang.Tanpa berpikir panjang, aku segera berjalan ke pojok dan menekan tombol rahasi

  • Kisah Tukang Pijat Tunanetra   Bab 2

    Aku terus berkata pada diri sendiri bahwa aku tidak boleh membongkar kebohongan ini. Kemudian, aku mulai memijatnya.Kulit Siena sangat lembut dan halus, rasanya sangat luar biasa.Aku memijat dengan cara biasa, tetapi setelah beberapa saat, Siena mulai mengeluh."Apa yang kamu lakukan? Bukankah bosmu sudah kasih tahu cara yang benar?"Aku terkejut dan tidak menjawab.Dia langsung menarik tanganku dan menempatkannya di bokongnya.Aku menelan ludah dan memijat bokongnya dengan tangan gemetar.Meskipun aku sudah menebak apa layanan tersembunyi di lantai paling atas ketika bos memberitahuku kemarin, ketika aku benar-benar melakukannya, aku masih agak takut.Tanganku terus memijat. Tak lama kemudian, Siena mulai mengeluarkan suara lirih.Aku melihatnya menggigit bibir bawahnya dengan ekspresi menggoda. Aku hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak menerkamnya.Aku berusaha sebisaku untuk membuat Siena merasakan klimaks beberapa kali."Lumayan, teknikmu sangat bagus."Setelah selesai, Sien

  • Kisah Tukang Pijat Tunanetra   Bab 1

    Namaku Yoga, aku adalah seorang penjual produk.Beberapa tahun terakhir ini, karena pandemi, bisnis perusahaan memburuk. Aku bersyukur bisa mempertahankan pekerjaan ini, meskipun tanpa mendapatkan komisi penjualan.Tidak ada cara lain. Untuk menghidupi istri dan anak-anakku, aku mencari pekerjaan paruh waktu di bidang yang pernah kupelajari, yaitu sebagai terapis pijat.Aku tidak pernah kuliah. Setelah lulus SMA, aku langsung masuk ke sekolah teknik khusus dan belajar banyak tentang teknik pijat titik akupunktur dalam pengobatan tradisional.Namun, aku tidak terlalu bangga terhadap keahlian ini, jadi aku mencari pekerjaan sebagai staf penjualan setelah aku lulus.Jika bukan karena kesulitan finansial, aku tidak akan berpikir untuk menekuni keahlian ini lagi.Ketika aku sedang mencari pekerjaan paruh waktu sebagai tukang pijat, aku mengetahui bahwa tukang pijat tunanetra bisa menghasilkan lebih banyak uang, lalu muncullah niat buruk.Aku membeli kacamata hitam dan berpura-pura buta, lal

DMCA.com Protection Status