Share

Bab 3

Penulis: Wardah Syahida
Sebenarnya, ada alasan lain orang tuaku mendidikku dengan keras.

Alasan kuatnya adalah aku terlahir memiliki kekuatan super. Di samping itu, aku juga sulit mengendalikan kekuatanku.

Ketika berumur 5 tahun, ada seorang pria dari tetangga sebelah mencoba menganiayaku. Pada akhirnya, aku menghajar pria itu sampai dia mengalami lumpuh setengah badan.

Saat itu, orang tuaku merinding melihat kondisinya di rumah sakit.

Sejak itu, mereka takut padaku, terutama ayahku. Dia menganggapku adalah monster. Aku pernah mendengar ayahku menghina ibu.

"Kenapa kamu melahirkan anak monster? Jangan sampai ada yang mengetahui kekuatannya yang mengerikan itu. Kalau nggak, aku yang malu!"

Aku sudah tahu ibuku tidak menyukaiku, aku juga tahu ayahku takut padaku. Oleh karena itu, aku memaksakan diri menjadi anak patuh.

Aku selalu menuruti semua kemauan mereka. Meskipun bertentangan dengan keinginanku, aku tetap menuruti mereka karena aku menginginkan kasih sayang dari mereka.

Ternyata benar. Ketika aku patuh, orang tuaku menjadi sayang padaku walaupun kakak laki-lakiku tetap menjadi anak kesayangan mereka.

Oleh karena itu, ketika ayah mertua menyebutkan bahwa menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan adalah tradisi Keluarga Kuncoro, aku merasa sangat gembira.

Setelah mendengar pernyataan ayah mertua, keinginan untuk melepaskan kekuatan yang sudah tersimpan lama ini muncul. Aku tidak fokus mendengarkan teriakan ibu mertua yang masih dipukuli oleh ayah mertua.

Mungkin karena aku tidak bergeming terlalu lama, ayah mertua mengira aku takut.

Ayah mertua memberikan tamparan terakhirnya dengan ekspresi puas, kemudian dia kembali sarapan.

Setengah jam kemudian, aku dan Delon pergi ke bandara.

Di perjalanan, Delon masih menasihatiku, "Sayang, lain kali jangan menyela saat ayah sedang bicara. Ayah punya caranya sendiri dalam menyelesaikan masalah, kita sebaiknya menghormati keputusannya."

Delon terus mengoceh tanpa henti. Dia menekankan bahwa di dalam Keluarga Kuncoro, pria yang memegang otoritas.

"Sayang, apa maksud ayah adalah kita boleh pakai cara kekerasan?

Aku menyelanya.

"Artinya, kita harus tunduk pada orang yang lebih kuat. Kalau ibu lebih kuat dari ayah, artinya kita semua tunduk pada ibu, 'kan?

Mendengar pernyataanku, Delon tertegun sejenak. Beberapa saat kemudian, Delon tertawa sinis dan memandangku sebelah mata.

"Ucapanmu benar, tapi pria dan wanita berbeda. Jadi, kamu juga harus patuh padaku, oke? Kalau nggak, aku juga menghukummu dengan cara sama."

Aku tidak menanggapinya. Seandainya tidak terbiasa menunjukkan ekspresi datar selama bertahun-tahun, aku pasti sudah tertawa terbahak-bahak sekarang.

Delon mengatakan akan menghajarku jika aku melawan.

Jika dia berani main tangan, aku punya alasan kuat mengeluarkan kekuatanku.

Aku tidak sabar bisa memukulnya. Oleh karena itu, selama perjalanan, aku tidak lagi menjadi "istri patuh".

Aku tidak lagi murah senyum dan mengabaikan nasihat Delon.

Namun, ada perasaan bersalah karena tidak lagi menerapkan semua ajaran orang tuaku selama ini.

Ketika kejadian tadi pagi terbayang lagi di benakku, perlawananku muncul lagi dan rasa bersalah itu pun lenyap.

Pada awalnya, Delon masih berbicara dengan nada lembut. Lama-kelamaan, kesabarannya habis dan wajahnya menjadi serius.

Sesampainya di hotel, Delon baru meluapkan emosinya.

"Kenapa kamu pesan hotel bobrok? Nggak ada tukang parkir, hotel macam apa ini?"

"Ada, tapi tukang parkirnya masih membantu mobil lain parkir."

"Lihat, kamar ini jelek sekali! Nggak ada pemandangan laut! Aku nggak mau menginap di hotel ini, pesan hotel lain!"

"Sekarang musim liburan, masih untung kita dapat hotel."

Delon terlihat bingung. Padahal sebelumnya, sikapku masih patuh dan lembut. Di hari kedua setelah menikah, tiba-tiba aku berubah menjadi sosok yang berbeda dan selalu melawan perkataannya.

Delon menatapku sambil mengernyit. Dari tatapan matanya, amarahnya terlihat jelas.

Di sisi lain, aku membereskan barang di koper dengan santai sambil terus berdebat dengannya.

"Sayang, ini bukan kesalahan hotel. Kamu yang terlalu banyak permintaan, jadi letak masalahnya ada pada dirimu."

"Kalau kamu mau pindah hotel, pesanlah sendiri. Jangan selalu menyuruhku, oke? Aku ini istrimu, bukan pelayanmu. Bersikaplah seperti pria sejati!"

Delon marah. Sambil mengepalkan tangan, Delon bersiap-siap menyerangku.

Meskipun aku sedang membereskan barang, aku terus memperhatikan suamiku.

Ekspresi wajah Delon berubah menjadi garang. Dia mendekatiku dengan mengepalkan tangan.

"Anggun, kamu harus kuhukum!"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Han
keren banget
goodnovel comment avatar
fitri anis
oke banget
goodnovel comment avatar
Alicya Sarmasat
lanjutan ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kisah Heroik Sang Menantu   Bab 4

    Sebelum pukulannya mengenaiku, Delon tampak terkejut. Dia tidak pernah menyangka aku yang selama ini selalu bersikap lembut, mampu menahan pukulannya.Tidak hanya menahan tangannya, aku juga menamparnya.Bekas tamparan muncul di wajahnya.Delon terkejut.Delon melihat telapak tanganku yang menahan tinjunya dengan ekspresi sukar percaya.Saat masih pacaran, Delon sangat menyukai kedua tanganku.Delon memuji jari-jari tanganku panjang dan ramping, cocok untuk bermain piano.Dia sering menggandeng tanganku dan mengelus jari-jari tanganku dengan lembut."Sayang, jangan sampai tanganmu terluka. Kalau nggak, aku bisa sedih. Tanganmu sangat halus."Oleh karena itu, dia tidak menyangka saat melihat tanganku yang halus ini menahan tinjunya.Dia juga tidak menyangka, aku berani menamparnya hingga membekas di wajahnya.Delon masih sulit menerima kenyataan. Tanpa memedulikan luka di wajahnya, Delon hendak memukulku dengan tangannya yang lain.Aku justru suka dirinya yang tidak tahu diri ini."Plak

  • Kisah Heroik Sang Menantu   Bab 5

    Aku agak terkejut melihatnya, tetapi aku tidak mengatakan yang sebenarnya.Aku tidak bodoh. Suamiku sangat menjaga harga diri, jadi tidak mau cerita dia terluka parah karena perkelahian kami tadi.Aku masih menjaga harga dirinya. Namun, di depan orang tuanya, dia berani berlagak dan mulai memerintahku."Belikan aku rokok."Aku tidak bergerak dan hanya menatapnya.Setelah kutatap, dia mulai berubah pikiran. "Nggak usah, deh. Nggak aman bagi seorang wanita keluar malam-malam begini."Setelah menutup telepon, kini tersisa kami berdua di kamar ini.Aku tidak menyalahkan sikapnya tadi. Selanjutnya, aku membuka baju."Sayang, ayo kita berhubungan malam ini. Ibu sudah menyuruh kita punya anak."Ibuku selalu mengatur hidupku. Selama 20 tahun lebih, aku mengikuti keinginannya.Setelah lulus, aku dijodohkan. Satu tahun kemudian, aku menikah. Setelah menikah, aku harus punya anak dan hidup bahagia bersama anak dan suami.Sekarang aku sudah menikah, sudah waktunya melangkah ke tahap selanjutnya.S

  • Kisah Heroik Sang Menantu   Bab 6

    Aku tertawa, tidak memedulikannya.Ibu mertua masih belum kapok. Setelah sadarkan diri, dia masih menyerangku."Beraninya kamu menamparku! Wanita sialan, beraninya menamparku!""Aku memang menamparmu, apa salahnya?"Aku pun kesal, lalu menampar lagi sebanyak dua kali. Kali ini, aku mengerahkan 30 persen kekuatanku.Wajah ibu mertua langsung bengkak. Aku melihat darah segar mengalir dari dua sisi ujung mulutnya.Aku tidak menyangka ibu mertua selemah ini. Aku menggosok tanganku dengan canggung."Maaf, aku nggak tahu kalau ibu serapuh ini.""Padahal aku hanya mengerahkan 30 persen kekuatanku."Aku merasa puas melihat ibu mertua ketakutan. Selanjutnya, aku melirik ke arah ayah mertua yang duduk di ruang tamu. Dia hanya diam saja, pura-pura buta dan tuli. Aku berkata dengan tegas kepada ayah mertua."Bu, ayah yang bilang sendiri, cara Keluarga Kuncoro untuk menundukkan orang adalah dengan kekerasan. Mulai sekarang, tidak hanya kepada ibu dan Delon, siapa pun yang melawanku, aku akan mengha

  • Kisah Heroik Sang Menantu   Bab 7

    Setelah aku selesai bicara, Delon mengangkat kepala dan menatapku."Sayang, tenang saja. Mulai sekarang, aku bersedia melakukan apa pun perintahmu."Aku senang Delon tahu diri, lalu mengelus kepalanya."Aku ingin menunjukkan pada ibuku bahwa keluarga kita harmonis."Sebelum sempat pulang ke rumah, ibu datang ke rumah.Ketika ibu sampai di depan rumah Keluarga Kuncoro, aku sedang memberi pelajaran kepada ibu mertua yang berani melawanku untuk kesekian kalinya.Sejak liburan bulan madu berakhir sampai hari ini, totalnya selama satu bulan ini, aku sudah menghajar ayah mertua sebanyak delapan kali, sedangkan menghajar Delon sebanyak lima kali.Sekarang, setiap kali aku mengangkat tanganku, ayah mertua dan Delon langsung mengatakan, "maafkan aku."Hanya ibu mertua yang masih berani menantangku yang sudah menjadi kepala keluarga di rumah ini. Karena ibu mertua memiliki tubuh yang rapuh, aku harus menahan kekuatanku setiap kali menghajarnya.Bahkan, ibu mertua berani lapor polisi. Namun, sebe

  • Kisah Heroik Sang Menantu   Bab 1

    Namaku Anggun Sasmita. Seperti namaku, aku bersikap sebagai seorang gadis yang lembut dan patuh.Aku memiliki semua kelebihan yang diharapkan para pria dari sosok kekasih yang sempurna.Aku selalu menjaga citra diriku dan memiliki kriteria istri yang sempurna.Karena orang tuaku menuntutku menjadi gadis yang anggun, baik hati, dan patuh agar bisa menikah dengan pria yang baik.Mereka selalu mengajariku seperti itu."Supaya kamu bisa menikah dengan pria baik, kamu harus menjadi gadis yang patuh dan lemah lembut.""Kalau kamu masih bersikap urakan, jangan menjadi anakku. Aku lebih suka anak yang patuh ….""Anggun, siapa yang menyuruhmu berkelahi? Seperti inikah cara seorang gadis seharusnya bersikap?""Seorang gadis seharusnya memakai gaun, tapi kamu memakai celana, apa-apaan kamu ini?""Kamu mengira dirimu sama dengan kakakmu? Kakakmu itu laki-laki, nantinya dia adalah tulang punggung keluarga …."Aku menuruti kemauan mereka. Sejak kecil, aku tidak pernah meninggikan suaraku apa pun yan

  • Kisah Heroik Sang Menantu   Bab 2

    Delon mengambilkan udang untukku."Makanlah. Jangan sampai kita ketinggalan pesawat."Melihatku mencemaskan ibu mertua yang tersungkur di lantai, Delon menjelaskan kepadaku dengan sabar."Ibu sudah membuat kesalahan, dia pantas dihukum. Tenang, ibuku sudah terbiasa. Kalau ayah nggak menghukumnya, ibu akan mengulangi kesalahannya lagi. Jangan khawatir, nanti ada dokter pribadi keluarga datang mengobatinya …."Delon berbicara seolah-olah wanita yang dihajar habis-habisan di depannya bukanlah ibu kandungnya, melainkan hanya seorang manusia yang tidak berharga. Selain itu, dia juga menganggap sikap ayah mertua menghukum ibu mertua hanya karena masalah jahe adalah hal yang lumrah.Orang tuaku sering menasihatiku untuk menghormati dan patuh kepada mertua dan suami. Hanya istri yang lemah lembut dan patuh yang bisa mempertahankan cinta suaminya.Orang tuaku mengajarkanku buat patuh, tetapi aku melihat ayah mertua hendak memukul ibu mertua dengan piring kaca. Jika ibu mertua dipukul dengan pir

Bab terbaru

  • Kisah Heroik Sang Menantu   Bab 7

    Setelah aku selesai bicara, Delon mengangkat kepala dan menatapku."Sayang, tenang saja. Mulai sekarang, aku bersedia melakukan apa pun perintahmu."Aku senang Delon tahu diri, lalu mengelus kepalanya."Aku ingin menunjukkan pada ibuku bahwa keluarga kita harmonis."Sebelum sempat pulang ke rumah, ibu datang ke rumah.Ketika ibu sampai di depan rumah Keluarga Kuncoro, aku sedang memberi pelajaran kepada ibu mertua yang berani melawanku untuk kesekian kalinya.Sejak liburan bulan madu berakhir sampai hari ini, totalnya selama satu bulan ini, aku sudah menghajar ayah mertua sebanyak delapan kali, sedangkan menghajar Delon sebanyak lima kali.Sekarang, setiap kali aku mengangkat tanganku, ayah mertua dan Delon langsung mengatakan, "maafkan aku."Hanya ibu mertua yang masih berani menantangku yang sudah menjadi kepala keluarga di rumah ini. Karena ibu mertua memiliki tubuh yang rapuh, aku harus menahan kekuatanku setiap kali menghajarnya.Bahkan, ibu mertua berani lapor polisi. Namun, sebe

  • Kisah Heroik Sang Menantu   Bab 6

    Aku tertawa, tidak memedulikannya.Ibu mertua masih belum kapok. Setelah sadarkan diri, dia masih menyerangku."Beraninya kamu menamparku! Wanita sialan, beraninya menamparku!""Aku memang menamparmu, apa salahnya?"Aku pun kesal, lalu menampar lagi sebanyak dua kali. Kali ini, aku mengerahkan 30 persen kekuatanku.Wajah ibu mertua langsung bengkak. Aku melihat darah segar mengalir dari dua sisi ujung mulutnya.Aku tidak menyangka ibu mertua selemah ini. Aku menggosok tanganku dengan canggung."Maaf, aku nggak tahu kalau ibu serapuh ini.""Padahal aku hanya mengerahkan 30 persen kekuatanku."Aku merasa puas melihat ibu mertua ketakutan. Selanjutnya, aku melirik ke arah ayah mertua yang duduk di ruang tamu. Dia hanya diam saja, pura-pura buta dan tuli. Aku berkata dengan tegas kepada ayah mertua."Bu, ayah yang bilang sendiri, cara Keluarga Kuncoro untuk menundukkan orang adalah dengan kekerasan. Mulai sekarang, tidak hanya kepada ibu dan Delon, siapa pun yang melawanku, aku akan mengha

  • Kisah Heroik Sang Menantu   Bab 5

    Aku agak terkejut melihatnya, tetapi aku tidak mengatakan yang sebenarnya.Aku tidak bodoh. Suamiku sangat menjaga harga diri, jadi tidak mau cerita dia terluka parah karena perkelahian kami tadi.Aku masih menjaga harga dirinya. Namun, di depan orang tuanya, dia berani berlagak dan mulai memerintahku."Belikan aku rokok."Aku tidak bergerak dan hanya menatapnya.Setelah kutatap, dia mulai berubah pikiran. "Nggak usah, deh. Nggak aman bagi seorang wanita keluar malam-malam begini."Setelah menutup telepon, kini tersisa kami berdua di kamar ini.Aku tidak menyalahkan sikapnya tadi. Selanjutnya, aku membuka baju."Sayang, ayo kita berhubungan malam ini. Ibu sudah menyuruh kita punya anak."Ibuku selalu mengatur hidupku. Selama 20 tahun lebih, aku mengikuti keinginannya.Setelah lulus, aku dijodohkan. Satu tahun kemudian, aku menikah. Setelah menikah, aku harus punya anak dan hidup bahagia bersama anak dan suami.Sekarang aku sudah menikah, sudah waktunya melangkah ke tahap selanjutnya.S

  • Kisah Heroik Sang Menantu   Bab 4

    Sebelum pukulannya mengenaiku, Delon tampak terkejut. Dia tidak pernah menyangka aku yang selama ini selalu bersikap lembut, mampu menahan pukulannya.Tidak hanya menahan tangannya, aku juga menamparnya.Bekas tamparan muncul di wajahnya.Delon terkejut.Delon melihat telapak tanganku yang menahan tinjunya dengan ekspresi sukar percaya.Saat masih pacaran, Delon sangat menyukai kedua tanganku.Delon memuji jari-jari tanganku panjang dan ramping, cocok untuk bermain piano.Dia sering menggandeng tanganku dan mengelus jari-jari tanganku dengan lembut."Sayang, jangan sampai tanganmu terluka. Kalau nggak, aku bisa sedih. Tanganmu sangat halus."Oleh karena itu, dia tidak menyangka saat melihat tanganku yang halus ini menahan tinjunya.Dia juga tidak menyangka, aku berani menamparnya hingga membekas di wajahnya.Delon masih sulit menerima kenyataan. Tanpa memedulikan luka di wajahnya, Delon hendak memukulku dengan tangannya yang lain.Aku justru suka dirinya yang tidak tahu diri ini."Plak

  • Kisah Heroik Sang Menantu   Bab 3

    Sebenarnya, ada alasan lain orang tuaku mendidikku dengan keras.Alasan kuatnya adalah aku terlahir memiliki kekuatan super. Di samping itu, aku juga sulit mengendalikan kekuatanku.Ketika berumur 5 tahun, ada seorang pria dari tetangga sebelah mencoba menganiayaku. Pada akhirnya, aku menghajar pria itu sampai dia mengalami lumpuh setengah badan.Saat itu, orang tuaku merinding melihat kondisinya di rumah sakit.Sejak itu, mereka takut padaku, terutama ayahku. Dia menganggapku adalah monster. Aku pernah mendengar ayahku menghina ibu."Kenapa kamu melahirkan anak monster? Jangan sampai ada yang mengetahui kekuatannya yang mengerikan itu. Kalau nggak, aku yang malu!"Aku sudah tahu ibuku tidak menyukaiku, aku juga tahu ayahku takut padaku. Oleh karena itu, aku memaksakan diri menjadi anak patuh.Aku selalu menuruti semua kemauan mereka. Meskipun bertentangan dengan keinginanku, aku tetap menuruti mereka karena aku menginginkan kasih sayang dari mereka.Ternyata benar. Ketika aku patuh, o

  • Kisah Heroik Sang Menantu   Bab 2

    Delon mengambilkan udang untukku."Makanlah. Jangan sampai kita ketinggalan pesawat."Melihatku mencemaskan ibu mertua yang tersungkur di lantai, Delon menjelaskan kepadaku dengan sabar."Ibu sudah membuat kesalahan, dia pantas dihukum. Tenang, ibuku sudah terbiasa. Kalau ayah nggak menghukumnya, ibu akan mengulangi kesalahannya lagi. Jangan khawatir, nanti ada dokter pribadi keluarga datang mengobatinya …."Delon berbicara seolah-olah wanita yang dihajar habis-habisan di depannya bukanlah ibu kandungnya, melainkan hanya seorang manusia yang tidak berharga. Selain itu, dia juga menganggap sikap ayah mertua menghukum ibu mertua hanya karena masalah jahe adalah hal yang lumrah.Orang tuaku sering menasihatiku untuk menghormati dan patuh kepada mertua dan suami. Hanya istri yang lemah lembut dan patuh yang bisa mempertahankan cinta suaminya.Orang tuaku mengajarkanku buat patuh, tetapi aku melihat ayah mertua hendak memukul ibu mertua dengan piring kaca. Jika ibu mertua dipukul dengan pir

  • Kisah Heroik Sang Menantu   Bab 1

    Namaku Anggun Sasmita. Seperti namaku, aku bersikap sebagai seorang gadis yang lembut dan patuh.Aku memiliki semua kelebihan yang diharapkan para pria dari sosok kekasih yang sempurna.Aku selalu menjaga citra diriku dan memiliki kriteria istri yang sempurna.Karena orang tuaku menuntutku menjadi gadis yang anggun, baik hati, dan patuh agar bisa menikah dengan pria yang baik.Mereka selalu mengajariku seperti itu."Supaya kamu bisa menikah dengan pria baik, kamu harus menjadi gadis yang patuh dan lemah lembut.""Kalau kamu masih bersikap urakan, jangan menjadi anakku. Aku lebih suka anak yang patuh ….""Anggun, siapa yang menyuruhmu berkelahi? Seperti inikah cara seorang gadis seharusnya bersikap?""Seorang gadis seharusnya memakai gaun, tapi kamu memakai celana, apa-apaan kamu ini?""Kamu mengira dirimu sama dengan kakakmu? Kakakmu itu laki-laki, nantinya dia adalah tulang punggung keluarga …."Aku menuruti kemauan mereka. Sejak kecil, aku tidak pernah meninggikan suaraku apa pun yan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status