Perlahan Andreas memotong kue itu. Lalu memindah bagian yang sudah terpotong ke atas lepek yang sudah di sediakan di samping roti.
"Kira-kira ini untuk siapa ya?" tanya Andreas sambil mengangkat lepek berisi potongan roti itu tinggi-tinggi."Buat gue aja! Buat gue aja!" teriak para cewek-cewek saling berebutan."Aduh. Telinga kalian tuh dimana sih? Tadi kan Andreas sudah bilang itu untuk seseorang yang sangat spesial. Jadi, nggak usah terlalu berharap deh," sahut Toni tidak terima."Wuuu…. Sirik aja loe," balas para cewek-cewek itu. Beberapa diantaranya bahkan ada yang sampai hati menipuki laki-laki itu. "Eh. Eh. Udah ya kalian. Nggak usah halu. Orang yang dimaksud Andreas itu sudah pasti si Renata. Pacar Andreas. Iya, kan Re?" ucap Sonya sambil menoleh ke arah wanita berbadan langsing dengan rambut ikal yang dicat coklat. Wanita yang mengenakan lingerie berwarna hitam terawang yang menunjukkan bra dan g-string berwarna senada itu pun hanya manggut-manggut mantap. Tanda setuju dengan ucapan teman dekatnya yang berpenampilan sejenis. "Aduh. Aduh. Aduh. Re, kasih tau tuh sama temen loe yang suka ngehalu. Orang yang dimaksud Andreas ya sudah pasti Aruna. Iya, kan Run?" kata Denada ikut memanas. Aruna pun melotot mendengar namanya disebut-sebut dalam perdebatan itu."Kok. Loe bawa-bawa nama gue sih?" bisik Aruna pada sahabatnya itu. Sambil melempar senyum ke arah Renata yang tengah menatapnya sebal. Sungguh, ia tidak ingin cari musuh disini. Apalagi ia sangat tau kalau Renata itu adalah seniornya. Dan menurut kabar burung yang beredar Renata sudah menjalin asmara dengan Andreas. Meskipun sampai sekarang Aruna tidak pernah melihat mereka dekat melebihi rekan kerja yang profesional."Sudah. Sudah. Daripada kalian ribut sendiri. Mending gue kasih tau siapa orang yang gue maksud tadi," kata Andreas yang langsung memecah keributan itu. Semua hadirin pun langsung terdiam. "Dan siapapun yang akan menerima kue ini. Dia akan menjadi pacar gue," tambah Andreas yang langsung membuat semua cewek-cewek berteriak histeris."Wuuu…. Kasih gue, Ndre. Kasih gue!""Kasih siapa ya enaknya?" tanya Andreas sambil mengedarkan pandangan ke seluruh hadirin semua. Tak terkecuali pada Aruna yang berdiri di sampingnya. Kemudian Andreas pun berjalan ke arah kerumunan para tamu undangan. Ia berkeliling mengitari beberapa cewek-cewek centil yang sedari tadi jingkrak-jingkrak tak jelas.Dari tempatnya berdiri. Aruna merasa dirinya ada yang aneh. Ada rasa tak suka saat menatap Andreas berjalan mendekati gerombolan wanita tadi. Mengingat para wanita itu juga memiliki badan yang tak kalah seksi dan cantik darinya. Belum lagi kedekatan mereka yang lebih akrab ketimbang Aruna yang masih seumur jagung mengenal Andreas. Sungguh, pemandangan itu menguras emosi Aruna. Apalagi saat Andreas berjalan mendekati Renata yang berdiri tidak jauh darinya. Hati Aruna benar-benar hancur. Bahkan ia pun memejamkan mata agar tidak melihat pemandangan yang memilukan itu.Sedangkan Andreas yang tengah berjalan ke arah Renata. Terus melangkahkan kakinya saat wanita yang pernah dekat dengannya itu mengulurkan tangan hendak menerima kue itu. Andreas justru berjalan mengitari gadis itu lalu berjalan cepat kembali ke tempatnya semula. Sampai di depan Aruna Andreas pun segera berjongkok dengan tangan yang membawa potongan roti tadi ia angkat tinggi-tinggi melebihi."Will you be my girlfriend?" ucap Andreas pelan tapi pasti. Aruna pun langsung membuka matanya ketika mendengar ucapan Andreas yang begitu dekat. Dan seketika matanya melotot tak percaya menatap lelaki yang menjadi incaran para model wanita di agensi majalah dewasa itu tengah berlutut di depannya. Dengan pandangan yang penuh harap."Will you be my girlfriend?" ulang Andreas. Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban. Aruna pun segera meraih lepek yang disodorkan ke arahnya itu sambil mengangguk cepat."Iya. Gue mau," balas Aruna sambil tersenyum gembira. Mendengar jawaban Aruna. Andreas pun segera mengangkat badannya ke atas hingga berada di posisi berdiri."Beneran?" tanya Andreas setengah tidak percaya. Dan Aruna pun langsung mengangguk dengan segera. Reflek Andreas memeluk tubuh Aruna. "Terima kasih ya," tambahnya. Sedang anak-anak yang lain langsing bertepuk tangan kecuali Renata dan sahabat dekatnya yang memilih pergi dari tempat itu. Mungkin karena malu."Huh. Awas tuh anak baru! Berani-beraninya dia main api sama gue," ucap Renata setelah ia dan Sonya sudah sampai di dalam sebuah toilet cewek. Renata pun meninju pinggiran wastafel hingga cukup keras. Sampai-sampai tangannya pun terasa sedikit sakit. "Emang tuh cewek nggak sadar diri siapa dia dan siapa elo. Kapan-kapan kita kerjain aja. Biar dia tau rasa," kata Sonya memanas-manasi. Renata pun tak menjawab. Namun, sorot matanya yang tajam seakan menggambarkan sesuatu. Sementara di luar, tengah mengalun dengan syahdu lagu dari Ray LaMontagne - Forever My Friend yang mengiringi gerakan dansa para tamu hadirin yang sudah tenggelam dalam suasana romantis dengan pasangan masing-masing. Begitu pula dengan Andreas dan Aruna. Dalam keadaan setengah sadar mereka menggerakkan badan sesuai irama yang ada. Tak sekali dua kali Aruna pun memeluk erat lelaki yang kini sudah resmi menjadi pacarnya itu. Chup! Andreas pun mengecup ujung kepala Aruna sehingga wanita itu mengangkat kepalanya. Mata keduanya pun saling menatap satu sama lain. Dan kemudian Aruna pun tersenyum sambil meraih tengkuk Andreas. Aruna pun menarik tengkuk lelaki itu untuk menutup jarak diantara wajahnya dan wajah Andreas. Bibir mereka pun menempel sempurna. Hingga sepersekian detik berikutnya. Andreas melumat bibir bawah Aruna, menyedotnya beberapa kali hingga menggigitinya dengan gemas.Aruna pun tak mau kalah. Ia yang sudah tidak asing lagi dengan adegan ciuman mesra dengan lawan jenis. Walau ia hanya berpengalaman sebatas cium-mencium. Segera menjulurkan lidahnya yang berliur itu ke dalam mulut Andreas. Tanpa menunggu waktu terbuang lebih lama lagi. Andreas pun menyambut kedatangan daging kenyal yang berair itu dengan penuh nafsu. Apalagi kini mereka di bawah pengaruh alkohol. Jadi, hawa panas yang tercipta dari sensasi minuman keras itu membakar gairah mereka untuk melakukan lebih.Lihat saja tangan nakal Andreas yang kini tak lagi diam. Ia begitu aktif meremas buah dada berukuran 36B yang masih sangat kenyal itu. Tentu saja Andreas yang merasa begitu gemas dengan daging ranum itu menggunakan kedua tangannya untuk bermain-main di seluruh bagiannya. Tak hanya ujung yang terdapat bakso kecil, tapi bagian samping kanan, kiri, atas dan bawah. Semuanya tak ada yang luput dari sentuhan Andreas yang semakin terbakar api asmara.Sesekali Aruna pun berdesis nikmat. Ketika bagian sensitifnya diperlakukan sedemikian rupa oleh Andreas. Tapi, sekilas bayangan kedua orang tuanya di kampung pun terlintas. Ia pun segera sadar dan tak ingin terjerumus lebih dalam lagi di permainan panas yang menerbangkannya ke awang-awang ini. Aruna pun mendorong dada bidang Andreas yang berotot itu. Hingga lelaki itu melepas pelukannya dengan sedikit terpaksa."Kenapa? Apa gue melakukan kesalahan?" tanya Andreas dengan nada yang terdengar kecewa."Ma… maaf," kata Aruna. Kemudian ia pun berlari menjauhi Andreas."Shit!!" umpat Andreas. Kemudian ia pun segera mengangkat tangannya ke arah pelayan. Seorang wanita berpakaian pelayan seksi pun bergegas mendekati Andreas."Ada yang bisa saya bantu, Bos,?" tanyanya dengan sopan."Siapkan minuman spesial untuk seseorang. Segera!" titah Andreas tanpa menoleh ke arah wanita yang masih menundukkan kepala di sampingnya itu."Baik, Bos," balas si wanita kemudian pergi. Andreas pun tersenyum licik."Gue paling membenci penolakan," desisnya dengan tatapan yang masih ke arah yang sama dengan kepergian Aruna tadi.Aruna berjalan ke dalam kerumunan orang-orang yang sedang berdansa dengan pasangannya masing-masing. Sebagian besar dari mereka terlihat sudah mabuk berat. Sampai-sampai tak satu dua yang tengah melakukan hal-hal nyeleneh tanpa mereka sadari. Ada yang sedang bercinta, tertawa keras-keras sampai memekakkan telinga dan ada juga yang sedang menari-nari di depan semua orang sambil membuka satu per satu baju yang dia kenakan. Aruna yang belum terlalu mabuk pun langsung menangkap sosok Denada diantara para penari Stiptis itu. 'Ih, apaan sih tuh anak. Lagunya aja melow gini. Eh, dia malah joget-joget kayak orang gila gitu,' batin Aruna sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali. Aruna pun menghembuskan nafas beratnya. Lalu bergegas mendekati sahabat sejak kecilnya itu."Ayo, Kita pulang!" ajak Aruna sambil menyeret Denada dari atas bangku yang ia gunakan untuk panggung menari-nari."Ih, apaan sih loe? Gue kan lagi seneng-seneng. Iya, nggak temen-temen? Hahaha," kata Denada ngelantur."Bene
Chiiit….. Mobil mewah Andreas berhenti di parkiran Apartemen tempat tinggal Aruna. Ia pun melirik ke arah sosok wanita yang kini duduk di sampingnya. Andreas mengulurkan tangannya untuk menyentuh dagu Aruna yang terus menunduk sejak masuk mobilnya tadi."Loe kenapa, Sayang? Kok lesu gitu sih?" tanya Andreas. Sambil mengangkat dagu Aruna agar menatap ke arahnya. Aruna pun tak menjawab. Jujur, ia masih merasa tak percaya dengan apa yang sudah dilakukannya semalam. 'Bagaimana aku mempertanggung jawabkan ini sama ayah dan ibu?' ujarnya dalam hati."Gue takut, Mas," balas Aruna lirih. Andreas pun tersenyum."Untuk apa loe takut. Kan ada gue di samping loe. Gue sayang banget sama elo, Run. Jadi, loe jangan khawatir ya," kata Andreas menenangkan. Senyumannya yang manis pun akhirnya berhasil meluluhkan kebimbangan di hati Aruna. Terbukti dengan senyuman Aruna yang tak kalah manis terukir di bibirnya. "Loe janji ya, Mas. Jangan tinggalin gue.""Janji, Sayang. Masak sih gue tinggalin orang yang
Trap. Trap. Trap. Bunyi suara langkah kaki itu yang terdengar semakin dekat. Aruna pun semakin panik. Ia membuka tas itu lebar-lebar lalu memandang isinya sambil terus ia acak-acak.Dada Aruna pun berdebar kencang. Kaki dan tangannya pun gemetaran tak karuan. Peluh di keningnya pun terus mengucur deras. Sedangkan kartu yang dipasang di tempat khusus sebelah pintu. Tak kunjung sesuai dengan apa yang diperintahkan layar kecil itu. Aruna pun memutar posisi kartu itu beberapa kali. Hingga akhirnya terdengar bunyi klik di pintu Apartemen Aruna. Tanda pintu itu sudah terbuka. Aruna pun langsung masuk dan segera menutupnya.Hosh. Hosh. Hosh. Nafas Aruna pun tersengal-sengal sambil terus menatap pintu yang sudah ditutup rapat itu. Kakinya yang masih gemetaran pun berjalan mundur. Hingga beberapa menit kemudian seseorang memegang pundak dari belakang."Aaargh…." teriak Aruna sekuat tenaga. Sambil menutup mata dan telinganya rapat-rapat."Kenapa sih loe teriak-teriak? Ini gue Denada!" ucap oran
"Hallo. Assalamualaikum," ucap Al pada seseorang di seberang sana. "Apa?!" ucap Al sambil menginjak pedal remnya seketika. Untung saja tidak ada mobil lain di belakangnya. Jadi, Al masih dilindungi oleh Tuhan yang Maha Esa dari hal buruk yang mungkin bisa saja menimpanya. "Kenapa bisa begitu?" tanya Al pada lawan bicaranya di telepon. "Oke. Kalau begitu saya kesana sekarang," lanjut Al sambil kembali mengemudikan mobilnya.Al menggigit bibir bawahnya. Sedang tangannya memegang setir mobil dengan gemetaran. Perasaannya pun menjadi kalut sekarang. Takut terjadi apa-apa pada perusahaannya yang baru saja ia rintis. Seketika sepenggal perdebatan dengan sang Papah muncul di benaknya."Papah senang kamu sudah lulus dari Kairo, Al. Itu artinya kamu siap masuk ke dalam perusahaan Papah, kan? Papah sudah mempersiapkan jabatan penting untuk kamu," ucap Papah Al beberapa hari yang lalu. Al pun mengurungkan niatnya untuk menyuapkan nasi terakhir yang ada di piring makannya."Tanpa mengurangi rasa h
Malam itu, Ballroom di hotel Permata Nusa dipenuhi oleh puluhan penggemar majalah Amazing Adult yang akan mengadakan jumpa fans dan launching edisi terbaru majalah dewasa tersebut. Tentu saja hal itu langsung menarik minat para fans untuk datang. Walaupun mereka harus merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan kartu masuk dan sebuah majalah edisi terbaru itu.Sungguh, pintar sekali strategi bisnis Andreas untuk meningkatkan penjualan dan mendapatkan laba yang sangat besar. Bagaimana tidak? Dengan diadakan acara begini. Banyak lelaki hidung belang yang berbondong-bondong datang hanya untuk melihat tubuh seksi Aruna secara live. Sebab, biasanya mereka hanya bisa lihat di gambar majalah tersebut. Bahkan tanpa Aruna ketahui. Para lelaki itu pun meminta Andreas untuk melakukan pertunjukkan spektakuler dari si top model, Aruna. Agar mereka bisa memuaskan diri dengan melihat langsung tubuh semok Aruna di depan mata. Dan gilanya lagi, Andreas pun menyetujui permintaan itu begitu saja. Dengan
Tepat di tengah-tengah panggung langkah Aruna pun terhenti. Mata Aruna pun terpejam erat. Sedang detak jantungnya berdebar tak karuan. Lalu dengan tangan yang gemetaran. Ia memegang ikatan kain yang hanya dimasukkan salah satu ujungnya di bagian dada Aruna. Semua tamu undangan pun kicep. Terdiam serta menatap ke arah Aruna dengan tatapan tak sabar. Bahkan ada satu dua yang lebih memilih berdiri. Lalu mendekati panggung.Perlahan Aruna pun membuka ikatan kain itu. Sehingga perlahan menampakkan bagian tubuhnya yang aduhai. Sedikit demi sedikit. Para tamu pun melongo dengan mulut yang menganga lebar. Sedang salivanya pun seakan sangat sulit untuk ditelan. Hingga akhirnya….Plok!!! Plok!!! Plok!!! Tiba-tiba beberapa telur busuk melayang ke arah Aruna dan langsung pecah di badan seksi itu seketika. Tentu saja, benda lembek yang terlihat seperti lendir dengan bau yang sangat menyengat itu langsung melumuri badan Aruna.Reflek Aruna pun langsung menutup kembali kain yang sempat ia buka tad
Tepat pukul empat dini hari Aruna terbangun. Ia pun mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan jumlah cahaya yang berhasil menerobos masuk menuju retinanya. Setelah semalaman ini terpejam dengan rapat. Sehingga tidak ada cahaya yang bisa memasuki matanya sama sekali. Sesekali Aruna pun mengucek matanya sendiri saat menyadari plafon kamar ini berbeda dari plafon kamar di Apartemennya. 'Gue dimana?' ucapnya dalam hati dengan kening yang berkerut sempurna.Aruna pun menoleh ke arah samping. Dan matanya segera melotot saat menangkap sosok lelaki yang tengah tertidur pulas di sampingnya. Ia pun semakin terkejutnya saat menyadari lelaki itu tak memakai baju sedikitpun. Segera Aruna pun menyibakkan selimut yang menutupi badannya. Hingga menunjukkan seluruh bagian tubuhnya yang polos tanpa memakai selembar kainpun. Hanya tampak puluhan bercak-bercak merah yang menghiasi beberapa bagian sensitif di badannya."Apa yang sudah terjadi? Kenapa gue bisa tidur sama dia?" gumam Aruna bingu
Al duduk dengan gelisah di depan UGD yang sedang memeriksa keadaan Pak Kus. Beberapa kali ia pun berdiri lalu berjalan kesana-kemari kayak setrikaan. Masih jelas dalam ingatannya, saat Al seketika panik melihat lelaki setengah baya itu pingsan setelah melihat hidangan yang sudah Al pesan di restoran mewah itu.Sungguh, sejak ia kenal dengan Fadil, putranya. Tak sekalipun ia tahu jika Pak Kus mempunyai phobia dengan kepiting. Menurut cerita Fadil melalui sambungan telepon tadi. Sejak kecil, ayahnya memang takut dengan kepiting. Karena, kata teman SMA Al yang kini masih kuliah di Amsterdam itu. Dulu saat ia kecil anak kucing kesayangan Pak Kus mati terjepit capit kepiting. Dan kejadian itu terjadi tepat di depan matanya. Makanya sampai sekarang masih terbawa trauma."Ya Allah. Semoga nggak terjadi apa-apa sama Pak Kus. Gue jadi merasa sangat bersalah deh. Tau gini gue nggak akan pesen makanan itu," gumam Al dengan gelisah. Walau Fadil sudah memberitahunya jika keadaan Pak Kus akan seger
Aruna celingukan di luar pagar rumah Al sambil menenteng plastik hitam besar berisi sampah. Ia sedang mencari tempat sampah tapi tak kunjung menemukannya."Aduh. Dimana gue harus buang sampah-sampah ini? Masak sih kawasan elit begini nggak ada tempat pembuangan sampahnya," gumam Aruna sambil terus celingukan ke area sekitar rumah Al. Ia begitu fokus dengan benda-benda di depannya. Sehingga Aruna tak sadar jika ada seorang wanita seusianya sedang mengawasi Aruna dari belakang."Sedang cari apa, Mbak?" tanya si wanita itu sambil menepuk pundak Aruna. Tentu saja gadis cantik itu langsung terlonjak kaget sambil memutar tubuhnya."Eh, ini saya mau cari tong sampah, Mbak? Tapi, nggak ketemu-ketemu. Kira-kira dimana ya biasanya kalau mau buang sampah?" tanya Aruna apda wanita itu."Oh, buang sampah toh. Itu ada di belakang komplek ini, Mbak. Nggak jauh kok dari sini. Tapi, kalau mau bareng saya aja. Saya juga ada sampah yang mau dibuang," tawar wanita ya
Al berjalan mantap keluar dari rumah sambil menatap layar ponselnya. Menuju sebuah mobil yang siap mengantarkan lelaki berpenampilan ala eksekutif muda itu ke tempat ia memulai karir. Al memencet smart key di tangannya yang lain. Sehingga mobil itu bergoyang dan mengeluarkan suara 'pip-pip' dibarengi dengan keempat lampu mobil yang berkedip secara bersamaan.Al segera masuk ke dalam mobil. Duduk di jok kemudinya. Namun, saat ia hendak menghidupkan mobil itu. Tak sengaja matanya menangkap sebuah paper bag ukuran sedang berada di luar kaca mobilnya. "Apaan tuh?" gumam Al sambil mengerutkan keningnya. Ia membuka kaca jendela di sampingnya. Lalu menjulurkan tangannya keluar untuk meraih benda itu. Al menarik secarik kertas yang tergantung di pegangan tangan benda itu."Sebagai ucapan terima kasih atas pertolongan Pak Al tadi. Aku sudah siapkan makanan spesial yang enak dimakan nanti siang. Asri," gumam Al membaca isi kertas itu. Kedua ujung bibir Al pun terangkat. "Mbak Asri. Udah siapin
Keesokan harinya Aruna menatap baju-baju yang dibelikan Al kemarin. Ternyata isi kantong belanjaan yang dibawa Al dari dalam toko baju itu berisi beberapa baju daster lain untuk Aruna."Huh. Panas banget sih pakai baju ginian. Mana harus pakai kerudung lagi," gerutu Aruna dengan kesal. "Tapi, tenang Aruna. Tenang. Ingat! Ini cuma sementara. Loe akan segera pergi dari sini kalau semuanya sudah aman. Loe harus bertahan. Daripada loe tertangkap lagi sama Andreas yang gila duit itu." Ia kembali mengingatkan dirinya sendiri. "Tapi, sumpah sih ini baju bikin ribet. Seharian make aja. Entah berapa kali gue harus megangin ujungnya biar nggak kena air ataupun debu," tambahnya masih menggerutu. Tiba-tiba sebuah ide brilian melintasi pikirannya. "Aha! Gue punya ide!"Aruna mencari gunting di dapur. Tempat ia meletakkannya kemarin. Setelah itu ia kembali ke kamar untuk memotong bagian lengan dan bawahnya hingga sebatas lutut."Nah! Kalau gini kan lebih enak dipakai. Lagian yang dipermasalahkan san
"Pak Al!" panggil Aruna yang membuat Al langsung balik badan. Setelah lelaki itu menoleh. Matanya pun langsung terpaku dengan pemandangan di depannya. Aruna terlihat menawan meskipun hanya memakai daster rumahan lengan panjang yang cukup longgar di badannya. Kulit putihnya tampak semakin terang dipadu dengan warna coklat dari kain batik itu. Dan yang membuatnya tak bisa berkedip sedetikpun, adalah jilbab senada yang menutupi kepala Aruna. Benda itu menampilkan kecantikan yang nyata pada wajah gadis itu. Ini memang rekomendasi dari pelayan toko. Ia menyarankan Aruna untuk memakai jilbab karena mendengar cerita Aruna yang bingung dengan sikap aneh Al."Astaghfirullah hal'adzim," gumam Al sambil memutar tubuhnya lagi. Ia merasa berdosa karena sudah terpesona dengan kecantikan wanita yang hanya berstatus sebagai pembantunya itu. Aruna bingung dengan reaksi Al."Pak Al tidak suka ya? Atau saya ganti baju saya lagi aja?" tanyanya bingung. "Jangan-jangan. Jangan. Pakai itu saja. Baju itu… t
Mulai hari ini Aruna sudah resmi menjadi ART di rumah Al. Makanya pagi-pagi sekali ia sudah bangun. Sebenarnya dia tipe anak yang rajin dulu saat di kampung. Dulu ia sering membantu ibunya bersih-bersih dan juga masak. Jadi, dia tak begitu kaget dengan kegiatan itu sekarang. Hanya saja, Aruna masih merasa kebingungan. Sebab, ia tak menemukan peralatan yang biasa dipakainya saat ini. Saat Aruna hendak masak. Ia tak menemukan satu alat masak pun, sedang saat ia hendak bersih-bersih. Ia juga tidak menemukan sapu atau kemoceng dimanapun. Padahal, kini ia sudah mencari di kolong-kolong. Berpikir jika mungkin benda-benda itu terjatuh di sana."Mbak Asri. Sedang apa?" tanya Al heran yang ternyata sudah berdiri di belakang Aruna.Dug!"Aw!" pekik Aruna yang kaget dan langsung membentur kolong meja makan. "Aduh," rintih Aruna sambil keluar dari kolong itu dan mengelus ujung kepalanya."Astaghfirullah hal'adzim," gumam Al sembari balik badan seketika. Sebab, kaos yang digunakan Aruna begitu ke
"Ini rumah saya, Mbak. Semoga Mbak Asri bisa betah tinggal di rumah saya," ujar Al sambil membukakan pintu rumahnya lebar-lebar.Aruna yang berjalan di belakang Al pun mengikuti gerakan Al untuk masuk ke dalam rumah itu. Ia pun langsung mengedarkan pandangan setelah kakinya melangkah masuk. Rumah ini tak semewah Apartemennya memang, tapi entah kenapa baru masuk saja hatinya merasa adem. 'Apa mungkin karena cat dindingnya yang berwarna putih bersih ya?' batin Aruna bingung. Ia pun terus melangkahkan kakinya sambil menatap keindahan tata ruangan ini yang benar-benar menakjubkan. Mulai dari hiasan bergambar ka'bah dan tulisan kaligrafi, rak buku kekinian yang menjadi pembatas dengan ruangan lain serta penataan sofa berwarna abu-abu yang terlihat sangat kontras dengan warna dinding rumah itu."Mbak," panggil Al yang langsung membuyarkan lamunan Aruna."Iy… iya," balas Aruna terbata. Sambil mengalihkan perhatiannya ke arah sosok Al yang sudah berada di ambang pintu ruang berikutnya."Mari i
Sudah satu setengah hari ini Aruna belum sadarkan diri. Matanya masih saja terpejam dengan beberapa bagian tubuh yang tertutup perban. Dia memang tidak memiliki luka dalam yang cukup serius, tapi menurut dokter Aruna sudah mengalami dehidrasi akut dan tenaganya ngedrop."Kenapa bisa begitu, Dok?" tanya Al saat Dokter menjelaskan tentang hal tersebut beberapa saat yang lalu."Saya juga kurang tau pasti. Hanya saja, sepertinya dia baru saja berlari cukup lama. Tapi, dia juga belum minum sama sekali. Jadi, sebagian besar cairan di tubuhnya itu sudah dikeluarkan lewat air keringat dan juga dibakar untuk menghasilkan tenaga. Makanya, sekarang dia sedang dalam proses recovery energy," jelas Dokter yang menangani Aruna."Oh, begitu ya, Dok. Pantas saja saat itu dia tiba-tiba muncul di depan mobil saya. Sepertinya dia sedang dikejar seseorang pada saat itu," ujar Al menyimpulkan. Dokter itu pun mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali."Mungkin saja seperti itu. Tapi, untuk lebih jelasnya
Aruna pun terus berlari sekuat yang ia bisa. Sungguh, ia baru saja keluar dari kandang macan. Dan dia tidak ingin masuk ke dalam kandang singa. 'Apalagi singanya nggak hanya satu. Bisa habis badan gue digilir mereka,' ujar Aruna sambil terus berlari."Woi!!! Tunggu!!! Jangan kabur!!! Woi!!! Woi!!!" teriak kedua orang itu saling bersautan.Aruna pun berusaha semakin mempercepat laju lariannya. Walaupun sebenarnya ritme lariannya tetap sama. Maklumlah, dia belum makan sejak tadi siang. Sebab, dia pikir malam ini dia akan dinner romantis lalu asyik-asyik sama Andreas. Bukannya dijual pada lelaki yang tidak ia kenal dan begitu bernafsu ingin segera menggagahinya.Hosh. Hosh. Hosh. Nafas Aruna pun semakin tersengal-sengal. Rasanya pasokan oksigen dalam rongga paru-parunya sudah semakin menipis. Engsel di lututnya pun sudah terasa pegal dan ingin segera beristirahat. Untung saja ia memakai sandal jepit murahan yang ia bawa dari kampung juga. Coba kalau dia masih pakai high heels seperti tadi
Aruna pun berlari dari tempat itu. Namun, tanpa sengaja ia menjatuhkan kalung pemberian Andreas kemarin. 'Brengsek. Biadap. Andreas keterlaluan. Bisa-bisanya dia cuma memanfaatkan gue untuk kesenangannya pribadi. Sialan. Dia memang sialan. Denada juga. Tega-teganya dia melakukan ini di belakang gue. Hiks…. Hiks…. Gue benci mereka semua. Gue benci,"' ujar Aruna dalam hati. Ia pun terus menyumpahi Andreas sambil terus berlari sekencang yang ia bisa. Air matanya pun mengalir deras. Seiring langkah kakinya yang dibuat selebar yang ia bisa, agar segera pergi dari tempat ini.Tak lama kemudian Aruna pun sampai di depan mobilnya yang tadi sempat mogok. Tanpa membuang waktu. Aruna pun masuk ke dalam mobil itu, lalu ia segera menghidupkan mesin mobil. Dan dengan ajaib. Mobil pun menyala. Tanpa pikir panjang Aruna pun menekan pedal gas dan segera melajukan mobil itu keluar area komplek perumahan mewah ini.Sepuluh menit berlalu, Aruna pun sudah sampai di Apartemennya. Ia pun langsung menuju kama