Share

Kisah Cinta Aliciya
Kisah Cinta Aliciya
Author: Mizy

Bulan Madu

Author: Mizy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kisah Cinta Aliciya (1)

 

***

"Bulan madu?" ujar Wulan dan Rio serempak. Keduanya saling pandang setelah mendengar semua yang telah disampaikan putranya.

"Iya Mi, Pi. Bima ingin ajak Aliciya pergi bulan madu. Mami dan papi kan tau kalau sejak menikah, Bima dan Aliciya tidak pernah kemana-mana. Bima pikir sekarang saatnya Bima bisa jalan-jalan berdua dengan Aliciya. Nanti kalau Aliciya sudah melahirkan akan sulit bagi kami cari waktu untuk pergi berdua." ujar Bima panjang lebar menjelaskan keinginannya pada kedua orangtua mereka.

"Tapi apa tidak masalah bepergian dengan kondisi Aliciya yang saat ini sedang hamil muda?" tanya Wulan lagi.

"Kita perginya gak jauh kok, Mi. Cuma ke Bali dan gak lama. Hanya satu minggu. Bima sama Aliciya juga sudah konsultasikan masalah ini sama dokter kandungan. Sejauh ini kondisi Aliciya dan bayinya sehat dan memungkinkan untuk bepergian."

"Boleh ya, Pi? Papi kasih Bima cuti satu minggu, ya?" Bima berusaha membujuk Rio biar dikasih cuti selama satu minggu.

"Kalau papi sih, terserah mami saja. Kalau mami kamu izinkan papi juga akan izinkan. Tapi kalau mami kamu melarang, papi juga gak bisa izinkan kamu." ucap Rio, Papi Bima.

"Mi, kasih izin ya?" pinta Bima dengan tampang memelas.

Sebenarnya yang diucapkan Bima tadi benar adanya. Sejak mereka menikah mereka tidak pernah pergi berbulan madu. Setelah resmi sebagai suami istri, keduanya langsung menjalankan aktifitas masing-masing. Bima kembali melanjutkan kuliah dan Aliciya langsung masuk sekolah. 

"Ya udah, tapi kamu harus ingat ya ... Jangan sesekali buat Aliciya kecapean. Mami tidak mau terjadi yang buruk sama calon cucu mami." tegas Wulan, Mami Bima.

"Beres Mi, tak akan Bima biarkan itu terjadi." 

Senyum mengembang di bibir Bima ketika mendapatkan izin dari Rio dan Wulan untuk membawa Aliciya berbulan madu ke Bali. 

Terlambat memang, tapi lebih baik daripada tidak sama sekali. Bima juga ingin memiliki kenangan bepergian berdua dengan sang istri sebelum anak mereka lahir kedunia.

"Aliciyaaa." Setengah berteriak dia mencoba memanggil Aliciya yang sedang berada di dalam kamar di lantai dua rumah orang tua mereka.

"Aliciyaaaa ...." teriak Bima lagi. Kakinya mulai melangkah satu persatu menaiki anak tangga dengan tetap berteriak memanggil nama Aliciya.

Wulan dan Rio tersenyum simpul melihat pemandangan tadi, memang sejak mengetahui kehamilan Aliciya, Bima tampak kekanak-kanakan. Bukannya tambah dewasa dan dengan pola pikir yang matang sebagai calon ayah malah Bima kembali seperti ABG yang sering bertingkah manja. Entah itu pada Aliciya atau pada kedua orangtuanya.

Baru kemaren Aliciya merayakan kelulusannya. Mereka bersyukur Aliciya mampu melewatkan ujian akhir dengan nilai tertinggi seperti yang dia janjikan dengan pihak sekolah. Tentu saja semua itu diperoleh dengan dukungan dari keluarga. Selalu memberi semangat pada Aliciya dan mensupport setiap kegiatannya.

"Aliciya." 

Bima membuka pintu kamar secara perlahan, takut jika Aliciya sedang tidur suara decitan pintu akan membangunkannya. Bima tidak sadar saja kalau teriakannya tadi justru lebih keras dari bunyi pintu yang terbuka.

Aliciya tampak sedang duduk di balkon kamar mereka. Terpaan angin sore mengibaskan rambut hitam panjangnya kebelakang. Bima mendekat dan berdiri dibelakang Aliciya yang sedang asyik membaca sebuah buku parenting. Sejak hamil, Aliciya semakin cantik. Tubuhnya semakin berisi dan tampak semakin montok. Bima sangat menyukainya sampai dia tidak pernah bosan memandang kemolekan tubuh Aliciya yang semakin tampak seksi dimatanya.

"Aliciya, besok kita ke Bali, ya?" ujarnya sambil berjongkok disamping Aliciya. Tangannya memegang satu lengan Aliciya.

"Emang mami sama papi sudah kasih izin?" Aliciya menutup buku yang dibaca kemudian menyimpannya dimeja kecil yang berada di samping kursi yang di dudukinya.

"Sudah, barusan aku minta izin." ucap Bima.

Aliciya mengangguk mengiyakan. Awalnya dia ragu ketika Bima menawari perjalanan bulan madu ke Bali, dia merasa lucu pergi bulan madu dalam keadaan hamil tiga bulan. Setelah dibujuk dengan seribu rayuan ditambah dengan pernyataan dokter yang menyatakan dia dan calon anak mereka dalam keadaan sehat, Aliciya menyetujui ajakan Bima. Tentunya dengan syarat yang sudah mereka sepakati. Selama perjalanan tidak membuat Aliciya kelelahan atau membuat sesuatu yang akan membahayakan anak mereka.

***

Bulan madu ke Bali yang sudah direncanakan Bima berubah tujuan ke lombok. Tetiba Aliciya ingin mengunjungi Pink Beach/pantai Tangsi di Lombok.

Disebut pantai pink karena pasir pantai ini terdiri dari campuran antara pasir putih dan pasir merah yang berasal dari koral serta pecahan cangkang organisme laut yang bewarna kemerahan.

Pantai Pink ini adalah salah satu dari tujuh pantai yang ada di dunia dengan pasir bewarna Pink. Kabarnya ketika kita berada di pantai ini, kita akan merasa berada di dunia Barbie. Karena itulah Aliciya ingin sekali mengunjungi pantai ini

Dulu, sewaktu orangtuanya masih hidup, mereka pernah berjanji akan membawa Aliciya ke tempat ini. Janji itu tidak pernah terlaksana karena mereka telah meninggal dunia.

Jam empat pagi Bima dan Aliciya sudah berada di bandara. Usai check in, mereka istirahat sebentar di ruang tunggu sambil menunggu waktu keberangkatan pesawat pukul 05.45 pagi.

Pesawat mendarat di Bandara International Lombok pada pukul 08.55 waktu setempat. Bima dan Aliciya memilih langsung menuju desa Sekaroh, kecamatan Jerowaru, Lombok Timur.

Butuh waktu satu setengah jam dari Bandara Internasional Lombok menuju Pink Beach. Aliciya tampak semangat selama perjalanan, Bima malah ngeyel meminta Aliciya tidur dimobil sebelum sampai di desa Sekaroh tapi Aliciya tidak mengubris kata suaminya. Dia sangat menikmati perjalanan mereka. Hutan tropis menjadi objek pemandangan mereka sampai ke tujuan, desa Sekaroh.

Sampai di penginapan, mereka langsung menuju Pink Beach. Hamparan pantai yang menawan membuat mereka terpesona akan keindahan ciptaan tuhan. Tidak menyesal Bima menyetujui permintaan Aliciya untuk kesini.

Puas berlari-lari kecil sepanjang pantai, Bima dan Aliciya duduk di bibir pantai sambil menikmati keindahan pantai dengan bias sinar matahari yang mulai meninggi.

"Bima, aku mau lihat terumbu karang, boleh yaa? Ikannya juga cantik-cantik. Aku pengen lihat." rengek Aliciya.

"Gak boleh, bahaya untuk kamu." tolak Bima.

"Aku mau lihat, sudah lama aku ingin snorkling disini." bujuk Aliciya lagi.

"Jangan keras kepala Aliciya, nanti saja snorklingnya habis lahiran." tolak Bima mentah-mentah.

Aliciya sempat kecewa dengan penolakan Bima, diusapnya perutnya yang sudah tampak membucit.

"Beb, nanti kalau kamu sudah lahir mami janji akan kembali lagi kesini." katanya dalam hati.

"Snorkling diganti kesana aja ya." Bima berusaha memberikan alternatif spot wisata lain, tadi dipenginapan dia sudah mencari tau spot wisata apa saja yang bisa mereka kunjungi di Pink Beach ini. tidak mungkin Bima mengizinkan Aliciya untuk snorkling. Berbahaya untuk kandungannya.

"Kemana?" Aliciya mengikuti Bima

"Gili pasir, kamu pasti suka."

Gili pasir atau pasir putih adalah gundukan pasir putih ditengah laut. Tempat ini menjadi salah satu incaran para wisatawan karena disini mereka bisa mengexplore keindahan Pink Beach serta berselfie ria ditengah laut.

Desa Sekaroh merupakan desa sederhana yang berada diujung pulau Lombok, NTB. Tidak banyak warga yang tinggal disini. Bima dan Aliciya menyewa penginapan Bu Pita, Bu Pita termasuk salah seorang warga yang mempunyai ekonomi yang cukup tinggi dibanding warga lain di desa ini yang hanya berprofesi sebagai petani, peternak dan nelayan. 

Bu Pita memiliki usaha penginapan yang disewakan untuk wisatawan yang datang ke desa Sekaroh. Usaha ini cukup menguntungkan karena sekarang sudah banyak wisatawan dari dalam dan luar negeri yang mengunjungi objek wisata ini.

Dua hari di desa Sekaroh menikmati keindahan alam, sekarang mereka menuju ke kota Lombok. menghabiskan liburan yang tinggal empat hari lagi dipusat kota. Setelah itu kembali ke Jakarta.

***

"Hai, bangun. Sudah pagi. Mami sudah didapur menyiapkan sarapan." Bima mengusap lembut kepala Aliciya. Kemaren sore mereka baru sampai di Jakarta. Pagi ini Bima langsung berangkat kerja.

Sejak Aliciya lulus, mereka pindah ke rumah orangtua Bima. Dulu mereka mengontrak rumah biar jarak dari rumah ke sekolah menjadi lebih dekat. 

"Aliciya, banguuun." Bima menarik selimut. Memaksa Aliciya untuk bangkit.

"Masih ngantuk Bima, jangan ganggu." Aliciya merengut kesal.

"Sudah pagi, lihat matahari sudah meninggi. Aku sama papi mau berangkat kerja. Apa kamu gak mau antar suami yang mau berangkat kerja? Disalim kek, dicium tangannya, cium pipi kiri dan pipi kanan. Habis itu kalau mau tidur lagi, silahkan." cerocos Bima.

Aliciya tersenyum mendengar cerocosan suaminya. Rasa kantuk menghilang berganti bahagia. Bima sekarang mulai banyak meminta. Dulu, sebelum Aliciya hamil dia tidak pernah komplain atau menegur apapun yang Aliciya lakukan. Sekarang Bima tampak lebih manja.

"Bantuin berdiri dulu." Gantian Aliciya yang bertingkah manja. Direntangkan kedua tangannya minta digendong Bima menuju kamar mandi.

"Lihat beb, mami kamu mulai berulah lagi hari ini." Bima berkata sambil mengelus perut Aliciya. Lalu dia menggendong Aliciya ala bridal style menuju kamar mandi.

Baru berjalan beberapa langkah.

"Aliciya, mami pinj-" jeda beberapa detik, lalu

"Aliciya kenapa digendong? kram perut ya? morning sickness? pusing?" Tanya mami khawatir.

Sementara yang dipanggil memejamkan matanya karena malu ketahuan di gendong Bima menuju kamar mandi.

Bersambung....


Related chapters

  • Kisah Cinta Aliciya   Aliciya Melahirkan

    Baru berjalan beberapa langkah."Aliciya, mami pinj-" jeda beberapa detik, lalu ...."Aliciya kenapa digendong? kram perut ya? morning sickness? pusing?" Tanya mami khawatir.Sementara yang dipanggil memejamkan matanya karena malu ketahuan di gendong Bima menuju kamar mandi.Bima segera melepaskan gendongannya, ia tertawa lepas melihat ekspresi malu yang terpancar dari pipi Aliciya.Aliciya sendiri berlari kecil menuju kamar mandi."Mami mau pinjam apa?" Bima bertanya."Tidak jadi deh, mami mendadak Amnesia." Wulan berbalik dan meninggalkan kamar anaknya.***Beberapa bulan kemudian ....Semua tamu sudah banyak yang berdatangan. Tenda di depan rumah juga sudah penuh oleh bapak-bapak yang sedang menikmati hidangan.Sebagian ada yang duduk di dalam rumah, Ibu-ibu yang paling banyak di dalam rumah. Acara doa tujuh bulanan kehamilan Aliciya baru saja selesai. Sekarang tamu yang datang sedang menikmati hidangan yang tersedia.

  • Kisah Cinta Aliciya   Bertemu Client

    "Kamu sudah punya nama belum?" tanya Wulan.Bima mengangguk mantap. "Sudah, Mi.""Siapa namanya?""Namanya----"Ucapan Bima terhenti ketika seorang perawat berlari kearahnya sambil berteriak."Pak Bima, ditunggu dokter diruang persalinan sekarang."Bima langsung berlari menuju ruang persalinan. Dia tidak mau terjadi sesuatu pada Aliciya. Karena ingin melihat si buah hati, Bima melupakan kalau Aliciya masih terbaring lemah di ruang bersalin. Dia merutuki diri sendiri, kalau terjadi sesuatu pada Aliciya, Bima tidak akan memaafkan dirinya."Permisi, istri saya kenapa dok?" tanya Bima. Nafasnya masih terengah-engah karena habis berlari."Istrinya masih lemah, Pak, banyak kekurangan darah. Kami mau memberi infus tapi istri bapak tidak mau." ucap Dokter."Saya coba bujuk dulu ya, Dok." Bima mendekati Aliciya yang masih terbari

  • Kisah Cinta Aliciya   Di Hotel

    Dewi membereskan berkas-berkas yang berserak di atas meja. Bima dan dua orang partner bisnis mereka sudah keluar beberapa menit yang lalu untuk makan siang.Selama menjadi sekretaris Direktur Utama, ini adalah meeting yang tersingkat yang pernah dilakukan. Padahal proyek yang akan mereka kerjakan adalah proyek yang sangat besar. Pak Rahadian saja lembur sampai tengah malam bekerja keras untuk memenangkan proyek ini.Dewi mendesah, "Ahh ... Apa yang bisa dilakukan oleh seorang sekretaris? Tentu saja menuruti semua perkataan dan permintaan bos, selagi semua itu tidak keluar dari jalur pekerjaan." gumam Dewi.Namun Dewi merasa khawatir juga, karena menurut Dewi, Bima tampak ceroboh dan kurang hati-hati menerima semua permintaan client.Diwaktu yang sama, disebuah restoran siap saji. Bima dan kedua rekan bisnis yang baru saja membicarakan proyek kerja sama sedang makan siang bersama. Mereka tampak sangat menikmati

  • Kisah Cinta Aliciya   Ancaman

    Mereka menyantap makan siang sambil berbincang-bincang tentang banyak hal, sampai kepala Bima mendadak pusing lalu tak sadarkan diri.Lalu Bima terbangun di kamar hotel dengan tubuh setengah telanjang, foto tidur bersama perempuan dan ancaman untuk membatalkan proyek yang sudah disepakati."Aarrgghhh ... Brengsek!" Bima melempar foto yang ditangannya. Kepalanya bertambah pusing dengan masalah yang dia hadapi sekarang.Papi pasti marah besar. Ini proyek pertama yang dipercayakan padanya. Tetapi dia menggagalkannya dalam satu hari?"Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya."Aliciya pasti tidak akan memaafkanku kalau dia tau tentang foto ini. Dan papi pasti tidak mau jika proyek ini dilepas.""Seseorang telah menjebakku. Orang itu dengan sengaja melakukannya untuk menghancurkanku.""Aku harus bisa menemukan orang yang menjebakku."Bima berbicara sendiri, pikirannya sangat kalut dengan masalah yang tiba-tiba menimpanya.***Mobil Bima mem

  • Kisah Cinta Aliciya   Aliciya Menghilang

    Bima mengumpulkan berkas yang sudah di tanda tanganinya, dia mulai bersiap untuk pulang. Diliriknya benda bermerk yang melingkar di pegelangan tangan, "Sudah jam delapan malam" gumamnya.Baru saja dia berjalan beberapa langkah, Ponsel yang berada di dalam saku jas nya berbunyi. Bima segera mengambil dan mengangkat panggilan dari Wulan."Ya, ada apa, Mi?" katanya membuka percakapan"Bim, Aliciya belum pulang dari tadi. Kamu tau kemana?" jawab suara di seberang sana. Wulan terdengar sangat panik, ditambah suara Arsya yang menangis."Belum pulang? memang Aliciya kemana, Mi? Dia tidak menghubungi Bima." tanya Bima cemas."Siang tadi katanya mau ke makam orangtuanya, tapi sampai sekarang belum pulang. Kamu coba susul ke makam ya, siapa tau dapat petunjuk." perintah mami.Bima melajukan mobilnya dengan cepat, setelah memasuki kawasan makam tempat mertuanya dikuburkan, Bima mulai memelankan laju mobilnya. Suasana sangat sepi bahkan menyeramka

  • Kisah Cinta Aliciya   Kejadian Beruntun

    Tangan Bima langsung gemetaran memegang foto yang diberikan sama polisi, matanya membulat lebar. Keringat bercucuran."Aliciya, tidak mungkin....""Bagaimana mungkin bapak menemukan mobilnya tetapi tidak menemykan istri saya?" tanya Bima, suaranya terdengar agak tertekan karena menahan gemetar."Sedang kami selidiki Pak, tidak ada saksi mata di tempat kejadian.""Saya mohon, bantu saya menemukan istri saya.""Jangan khawatir Pak, semua sudah menjadi tugas kami."***Bima tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaan yang sedang ada di depan matanya. Pikirannya menerawang jauh memikirkan Aliciya.Semalaman ia tidak bisa tidur, dan sekarang ia harus menerima kenyataan pahit kalau mobil Aliciya ditemukan dalam keadaan buruk."Dimana kamu sayang? apa yang terjadi? anak kita menangis, merindukanmu. Aku juga rindu dan sangat mencemaskanmu." Bima bermonolog.Bima menyand

  • Kisah Cinta Aliciya   Aliciya - Yasmine

    Bruukk...Bima tidak bisa bertahan, ia terjatuh sebelum meraih dinding untuk pegangan.Pelan dibukanya matanya, netranya menyesuaikan dengan cahaya lampu di kamar. Samar-samar dilihatnya wajah orang yang mengelilingi ranjangnya. Matanya memandang ke sekeliling ruangan yang serba putih, jelas ini bukan kamarnya.Nampak Wulan dengan cemas memandangi Bima, Wulan mulai tersenyum melihat Bima sudah membuka mata."Syukurlah, kamu sudah sadar. Kami sempat panik melihat kamu jatuh dan pingsan tiba-tiba." ujar Wulan. Ia mengusap kepala Bima.Bima meringis, kepalanya terasa berdenyut dan sakit. Kemudian dokter dan perawat masuk kemudian mendekati Bima. Perawat tersebut melingkarkan alat pengukur tensi ke tangan Bima. Setelah itu dokter memeriksa keadaan Bima."Kondisinya sudah mulai pulih, Pak Bima hanya kurang istirahat dan terlalu banyak pikiran." kata lelaki yang berpakaian serba putih itu."Saya akan resepkan obat dan vitamin. Istirahat dan cu

  • Kisah Cinta Aliciya   Merasa aneh

    Yasmine memakan bubur yang dibawa inaq nya dengan lahap. Tidak biasanya ia makan selahap ini, ia seperti tidak makan berhari-hari.Inaq tersenyum puas saat melihat semangkuk bubur di tangan Yasmine kandas. Ia senang karena Yasmine menyukai bubur buatannya."Kamu mau tambah lagi, Yasmine? Inaq akan mengambilkannya." Katanya, dia mengambil mangkuk kosong dari tangan Yasmine."Tidak Inaq, Yasmine sudah kenyang." Yasmine menjawab, kembali di edarkannya pandangan ke sekililing ruangan."Apa kamu melupakan kamarmu?"Yasmine mengangguk, sedikitpun ia tidak bisa mengingat sesuatu yang berhubungan dengan kamar ini?"Mungkin kamu lupa akibat benturan di kepalamu." Inaq duduk di sebelah Yasmine, mangkuk yang di pegangnya tadi di letakkannya di meja kecil sudut ruangan.Tangannya mengusap rambut Yasmine yang kusut. Sesekali tangan Inaq beralih mengusap punggung lalu naik kembali ke kepala."Kamu istirahat ya, nanti kalau sudah agak kuat, inaq bawa jalan-ja

Latest chapter

  • Kisah Cinta Aliciya   Ancaman Inaq

    "Aaaa...Tidaakkk." Yasmine berteriak histeris. Kepalanya berdenyut tak tertahankan, pandangannya mengabur. Seketika ia ambruk dalam pelukan Ibra.Peluh bercucuran dari dahi Ibra, ia menatap bingung Yasmine yang sedang berada dalam pangkuannya. Pemuda itu tidak tau sedikutpun tentang P3K, pertolongan pertama pada kecelakaan. Yang ia lakukan hanya menggoyang-goyangkan tubuh Yasmine supaya Yasmine tersadar dari pingsannya dan itu sudah dilakukan Ibra dari sepuluh menit uang lalu. Sementara ia tidak bisa melakukan apapun, bahkan untuk berteriak minta tolongpun rasanya sia-sia.Ibra mendekatkan indra pendengarannya ke tubuh Yasmine, memeriksa detak jantung perempuan itu.Apakah ia masih hidup?

  • Kisah Cinta Aliciya   Kembali

    Terdengar suara kunci pintu dibuka. Keduanya kaget dan merapat ke dinding. Pintu dibuka, Andi masuk dengan wajah angkuh mendekat ke arah Ibra dan Yasmine.Andi mengernyitkan kening seraya berkata "Kalian bisa membuka lakban yang ditempel dimulut?" punggung tangannya menelusuri pipi milus Yasmine, gerakan itu berhenti di dagu. "Kalau begitu, aku tidak perlu repot membukanya.""Heiii... Jangan lancang, bro. Dia bukan siapa-siapa lo, jadi jangan asal sentuh." Ibra menatap lekat Andi, wajahnya memerah menahan marah."Cuih,, jadi lo itu siapa? pahlawan kesiangan yang menyelamatkan istri orang? lo pasti punya niat dibalik semua ini." Andi balik menatap Ibra. "Jangan khawatir, gue hanya mau selangkah lebih maju dari lo. Gue akan pakai perempuan ini untuk mendapatkan apa yang gue mau

  • Kisah Cinta Aliciya   Ketahuan

    Pemuda tersebut keluar dari ruangan kecil tersebut lalu membanting pintu dengan keras.Ceklik.... terdengar suara pintu dikunci dari luar.Ibra bernafas lega, meskipun tangan dan kakinya terikat setidaknya pemuda itu sudah tidak berada di dalam ruangan ini lagi, melakukan pelecehan terhadap Yasmine.Yasmine pun juga demikian, meskipun ia duduk tertunduk namun gestur tubuhnya memperlihatkan ia lebih tenang dari sebelumnya.Ibra mendekati Yasmine, sadar Ibra beringsut ke arahnya, Yasmine mengangkat kepala dan menatap Ibra. Mereka saling tatap, seolah sedang berkomunikasi melalui telepati lewat pancaran mata.Yasmine menundukkan kepalanya ke arah bahu kananny

  • Kisah Cinta Aliciya   Disekap

    Kisah cinta Aliciya 19Jam empat sakit, Ibra sudah berdiri di depan rumah Yasmine. Rumah panggung tampak lengang dan tertutup. Tidak lama kemudian, Andi dan Pak Mansur bersama empat laki-laki lain yang tidak di kenal Ibra menjalan mendekat. Ibra segera menyalami mereka satu persatu sebagai bentuk rasa hormat.“Kamu sudah lama menunggu?” tanya Andi, pria yang sudah menjadi teman Ibra ini memang sangat bisa diandalkan. Ibra merasa beruntung bertemu dengannya.“Belum terlalu lama.”“Ayo, kita langsung saja menemui Bu Sarti.” Lelaki paruh baya itu berjalan mendahului.Ibra, Andi dan ke empat bapak yang lain mengikuti Pak Mansur dari belakang. Pak Mansur seteng

  • Kisah Cinta Aliciya   Ibra dalam bahaya

    Kisah cinta Aliciya 19Jam empat sakit, Ibra sudah berdiri di depan rumah Yasmine. Rumah panggung tampak lengang dan tertutup. Tidak lama kemudian, Andi dan Pak Mansur bersama empat laki-laki lain yang tidak di kenal Ibra menjalan mendekat. Ibra segera menyalami mereka satu persatu sebagai bentuk rasa hormat.“Kamu sudah lama menunggu?” tanya Andi, pria yang sudah menjadi teman Ibra ini memang sangat bisa diandalkan. Ibra merasa beruntung bertemu dengannya.“Belum terlalu lama.”“Ayo, kita langsung saja menemui Bu Sarti.” Lelaki paruh baya itu berjalan mendahului.Ibra, Andi dan ke empat bapak yang lain mengikuti Pak Mansur dari belakang. Pak Mansur seteng

  • Kisah Cinta Aliciya   Menemui tokoh adat

    Sudah hampir dua jam Ibra mondar mandir di depan rumah Yasmine. Semalaman ia tidak bisa tidur karena terus memikirkan keadaan Yasmine.Ibra takut, perempuan tua yang mengaku inaq itu menyiksa Yasmine karena kedatangannya tempo hari. Ditambah lagi, mereka sempat bertengkar mengenai status Yasmine.Seorang pemuda menghampiri Ibra disaat Ibra hampir putus asa menunggu kemudian berniat memaksa masuk mencari Yasmine ke dalam rumahnya."Kamu siapa? Jangan buat onar di kampung kami."Sadar dengan perkataan pemuda yang berdiri di depannya, Ibra langsung minta maaf. Ia tidak mau terjadi salah paham dengan kedatangannya di kampung mereka."Maaf, saya ada keperluan d

  • Kisah Cinta Aliciya   Inaq murka

    Yasmine memasuki halaman rumahnya. Ibra mengikuti dari belakang. Perasaan Yasmine menjadi tak karuan. Sebenarnya ia takut menghadapi inaq, namun sisi lain hatinya ia harus menemui inaq bersama Ibra, meminta penjelasan tentang masa lalunya.Pintu dari kayu tersebut berdecit pelan saat Yasmine mendorongnya, sepi, apakah inaq belum pulang? padahal hari sudah siang, biasanya inaq sudah di rumah saat ini."Yasmine, dari mana saja?" Tiba-tiba inaq muncul dari depan."Inaq, inaq dari mana?" tanya Yasmine."Ditanya malah balik bertanya. Kamu darimana? Inaq cari-cari dari tadi." Pandangan Inaq beralih ke Ibra, yang masih berdiri di samping pintu."Siapa anak muda i

  • Kisah Cinta Aliciya   Pov Yasmine

    Sinar matahari pagi terasa sejuk mengenai kulit. Angin pantai yang bertiup menambah kesejukan tidak hanya untuk tubuhku, juga hatiku.Pagi sebelum inaq pulang dari pasar, aku sudah meninggalkan rumah menuju pantai. Tidak sabar rasanya bertemu dengan Ibra, banyak hal yang ingin aku tanyakan.Memang sejak sadar dan pulih dari kecelakaan, banyak hal yang di tutupi inaq. Bahkan ketika aku bertanya tentang masa lalu yang tidak aku ingat sama sekali, inaq tidak mau menjawab. Jika aku memaksa, inaq mulai marah. Sehingga aku jadi enggan untuk bertanya lebih lanjut.Kulambaikan tangan saat melihat seseorang berjalan ke arahku. Kemudian, ia membalas lambaian tanganku dan setengah berlari menuju ke tempat aku menunggu."Hai, s

  • Kisah Cinta Aliciya   Pov Ibra

    Aku melangkah ke luar gedung perkantoran. Rasanya masih kesal dengan Pak Bima yang tidak mau menemuiku mesti hanya sebentar. Padahal aku membawa berita penting tentang Aliciya. Aku juga memaksakan diri untuk datang menemuinya padahal kondisiku belum terlalu pulih.Karena mengingat janji dengan perempuan yang bernama Yasmine di Lombok, aku memutuskan ke Jakarta dengan kondisi tubuh yang belum sepenuhnya pulih.Kemudian aku kembali masuk ke dalam. Aku mencoba menunggu di lobby, berharap pak Bima turun. Sudah hampir dua jam aku duduk, namun yang aku tunggu tidak juga muncul. Karena sudah lapar dan haus, akhirnya aku memutuskan untuk pulang.Aku kembali ke Bandung setelah mengisi perut. Menyesal rasanya ke Jakarta, hanya lelah yang aku dapat. Bahkan nomor ponsel pak Bima pun tidak berhasil aku dapatkan. Mereka sama sekali tidak percaya kepadaku jika aku akan menyampaikan sesuatu yang penting tentang Aliciya.Sebenarnya, apa peduliku? Aliciya hanyalah seseoran

DMCA.com Protection Status