Share

Bab 2

Penulis: Larasati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Jadi, untuk siapa cincin ini?

Mungkinkah memang ada perempuan di hati Sendra yang bernama Kirana, yang selalu dia sukai hingga hari ini, sampai Sendra bahkan tidak peduli lagi dengan istri dan anaknya?

Saat aku tenggelam dalam khayalanku, Sendra kembali lagi.

Melihat cincin di tanganku, raut wajah Sendra tiba-tiba berubah. Dia mengabaikan kondisiku yang baru saja melahirkan, mendorongku menjauh setelah merebut kotak hadiah di tanganku.

"Minggir! Siapa yang bolehin kamu pegang cincin ini?"

Aku menekan perutku yang terbentur meja dengan keras. Luka jahitan yang masih belum kering, kini mulai terasa sakit lagi.

Namun, Sendra hanya menyeka cincin itu dengan hati-hati, mengabaikan teriakan kesakitan yang aku serukan.

Setelah darah keluar dari perutku, dia baru memperhatikanku.

"Jelita, kamu berdarah!"

Bibir Sendra bergetar dan dia buru-buru membantuku berdiri.

"Perutku sakit, bawa aku ke rumah sakit."

Aku menarik Sendra, rasa sakit di perutku makin parah seiring dengan setiap kata yang aku ucapkan.

"Ya, aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang."

Sendra baru akan mengantarku ke rumah sakit, tetapi tiba-tiba ponselnya berdering.

"Sendra, bukannya kamu pulang lagi buat ambil hadiah? Kenapa kamu masih belum kemari? Kirana sudah mau sampai."

Sendra menatapku, kemudian merendahkan suaranya, "Ada sedikit masalah di rumah. Kalau sudah selesai, aku akan langsung ke sana."

Mendengar kata-kata itu, hatiku terasa sakit dan dipenuhi oleh rasa pahit yang tak terhitung jumlahnya.

Masalah.

Sekarang, bahkan di hati Sendra aku tidak dianggap sebagai manusia?

Tepat pada saat ini, suara manis seorang wanita tiba-tiba terdengar dari ujung telepon.

"Maaf sudah menunggu lama. Lama nggak bertemu kalian, apa kalian baik-baik saja? Eh, kenapa Sendra nggak kelihatan?"

...

Begitu suara ini terlontar, aku melihat tubuh Sendra sedikit bergetar, seolah-olah dia telah berubah menjadi orang yang berbeda. Bahkan terlihat ada binar cahaya yang meledak dari bagian bawah matanya.

Ini adalah sesuatu yang tidak pernah dia alami ketika bersama denganku.

"Jelita, ada sedikit masalah di perusahaan dan aku harus segera ke sana. Kamu pikirkan cara buat pergi ke rumah sakit sendiri."

Sendra dengan paksa melepaskan cengkeramanku, mengambil cincin berlian dan bergegas keluar. Dia meninggalkanku dan hanya menyisakan punggungnya yang perlahan mengecil.

Hari itu, tidak ada yang tahu kalau aku, seorang wanita yang habis melahirkan, berhasil pergi ke rumah sakit sendiri dan kembali dengan menggendong bayi seberat tiga setengah kilo.

Yang aku tahu ketika aku kembali, hari sudah larut malam.

Rumah masih dalam keadaan gelap.

Sendra belum pulang.

Namun, ada status terbaru di media sosialnya.

Aku membuka status itu.

Hadiah termahal, "Hanya mencintai satu orang."

Tulisan itu dibarengi dengan unggahan foto tangan yang mengenakan cincin berlian.

Itulah cincin yang diambil Sendra pagi ini, tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil, tepat di tangan wanita itu.

Ada berbagai macam komentar di bawah unggahan ini.

"Apa ini Kirana? Kenapa kamu pakai ponsel Sendra buat mengunggah status seperti ini?"

"Haha, Ricky nggak tahu, ya? Hari ini Sendra mabuk, menarik tangan Kirana dan nggak mau melepaskannya. Dia bilang akan pergi ke mana pun Kirana pergi dan nggak akan pernah berpisah dengannya."

"Mereka memang pasangan sejati. Sudah terpisah lama, tapi masih saja saling mencintai. Bikin iri sekali!"

Melihat komentar-komentar itu, aku tidak bisa mengatakan apa yang aku rasakan di dalam hati.

Jika mereka adalah pasangan sejati, lalu aku ini apa? Bagaimana dengan putriku?

Aku menghubungi nomor Sendra. Ketika panggilan tersambung, aku mendengar suara erangan laki-laki dan perempuan yang saling beradu.

"Kirana, jangan tinggalkan aku."

"Selama ini aku sangat menderita karena merindukanmu."

"Dalam hidup ini, kamulah orang yang paling ingin aku nikahi."

...

Aku langsung menutup telepon tanpa ragu.

Aku tahu kalau hubunganku dan Sendra sudah berakhir.

Keesokan harinya, Sendra pulang ke rumah dengan wajah lelah.

"Maafkan aku, sayang. Kemarin malam ada urusan di kantor, jadi aku pulang larut."

"Benarkah?"

Aku duduk di sofa dan menatap Sendra dengan dingin, tidak menyambutnya saat melihat kedatangannya seperti sebelumnya. Aku membuka ponselku.

"Sendra, dulu kamu nggak pernah membohongiku."

Di ponselku ada pesan dari Kirana, yang entah dari mana bisa mendapatkan Line milikku dan mengirimkan video berdurasi beberapa menit.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Desri Yenti
šŸ«£buang aja sendranya...
goodnovel comment avatar
Yanti Jela
tidak usah percaya lagi
goodnovel comment avatar
anie rosida
buang sendra
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kirana, Cinta SejatikuĀ Ā Ā Bab 3

    Dalam video itu, Kirana mengenakan gaun pengantin berwarna putih dan melangkah ke altar yang khidmat dengan Sendra yang menggandengnya.Sendra mengambil cincin berlian dan berlutut dengan satu kaki, "Kirana, maukah kamu menjadi istriku?"Di sekitar, terdengar keriuhan dari teman-teman yang hadir."Jawab ya!"Video tersebut berakhir dengan tiba-tiba.Melihat fakta ironis ini, raut wajah Sendra tiba-tiba berubah."Jelita, sejak kapan kamu jadi kurang kerjaan begini?"Mendengar hal ini, aku tertawa dingin. "Suamiku mengadakan pernikahan dengan wanita lain di luar sana, tapi setelah pulang dia malah menyalahkanku dan mengatakan kalau aku kurang kerjaan?""Apa aku harus mengantar suamiku menikah dengan wanita lain agar dianggap murah hati?"Sendra mengusap pelipisnya, nada suaranya membawa arus ketidaksabaran, "Ini cuma lelucon antar teman. Aku nggak bilang karena takut kamu salah paham.""Aku sama Kirana itu teman sekelas saat SMA. Dia kuliah di luar negeri dan baru kembali, jadi kami meny

  • Kirana, Cinta SejatikuĀ Ā Ā Bab 4

    "Hmm."Sendra mengangguk, pikirannya terbawa dalam situasi yang dikatakan Kirana."Karena kamu ingin ke sana, kita ke sana saja.""Tapi sepertinya aku ingat kalau sekolah ini punya peraturan kalau yang bukan murid sana nggak boleh masuk."Melalui kaca belakang, Kirana menatapku dan berkata sambil menyeringai.Ciiiittt!Sendra tiba-tiba menginjak rem.Dia menatapku. "Jelita, turun dan pulang naik taksi saja."Di tengah malam, aku yang menggendong putriku diturunkan dari mobil. Menyedihkan sekali.Saat kami pergi, Kirana menatapku dengan tatapan penuh kepuasan, mulutnya terbuka tanpa suara."Kamu kalah."Apa aku benar-benar kalah?Aku mencibir saat melihat punggung Sendra yang pergi bersama Kirana dengan penuh percaya diri.Akhir dari situasi ini masih belum diputuskan, tidak ada yang tahu siapa yang menang dan siapa yang kalah.Setelah sampai di rumah, aku melihat status terbaru yang dikirimkan Kirana."Bertemu denganmu adalah hal terbaik dalam hidup."Gambar yang menyertainya adalah ba

  • Kirana, Cinta SejatikuĀ Ā Ā Bab 5

    "Selama aku mau, dia akan langsung mendekat selama aku menggerakkan jariku.""Mungkin kamu belum tahu kalau hari pernikahanmu dengan Sendra sebenarnya hari ulang tahunku.""Lalu?"Aku bertanya dengan nada dingin.Kirana terkejut, lalu tertawa setelahnya."Aku tahu apa yang kamu inginkan. Kamu pikir dengan berpura-pura bersikap tenang, kamu bisa terus menjadi istri Sendra?"Kirana mengatupkan kedua tangannya di depan dan berkata remeh, "Kalau begitu, kamu salah besar."Hehe.Aku tersenyum dingin, "Kamu terlalu meremehkanku. Aku datang menemui Sendra karena ingin membicarakan perceraian.""Karena dia belum bangun, jadi tolong katakan padanya kalau sidang akan dilangsungkan besok. Aku harap dia nggak terlambat.""Mengenai status sebagai istri Sendra, aku sungguh nggak peduli. Kalau kamu bisa, kamu bisa mengambilnya. Tapi ...."Aku menyipitkan mata padanya. "Aku khawatir kau nggak akan mampu mendapatkannya."Meninggalkan surat dari pengadilan, aku langsung pergi dari rumah.Hari persidanga

  • Kirana, Cinta SejatikuĀ Ā Ā Bab 6

    "Ya, kalian berdua terlihat sangat serasi, seperti pasangan sejati."Kirana menunduk dengan wajah malu-malu.Tepat pada saat itu, aku mendorong pintu dan melangkah masuk.''Suamiku, apa kamu bisa keluar sebentar, ada yang ingin aku katakan pada Nona Kirana."Suasana di sekitar seketika menjadi canggung.Kedua orang tua yang memuji Sendra dan Kirana memandang kedua orang ini lagi, sepertinya menyesali apa yang sudah mereka katakan. Sorot mata mereka pun berubah sulit diartikan."Jelita, Kirana masih sakit dan emosinya nggak boleh terpancing."Tubuh tinggi Sendra melindungi Kirana di belakangnya, takut aku akan melakukan sesuatu padanya."Sendra, kamu minggir dulu. Kak Jelita mungkin salah paham denganku. Mungkin kita harus membicarakannya biar jelas."Kirana berjuang untuk duduk dari tempat tidur dan tersenyum tipis pada Sendra.Aku meletakkan bunga yang aku bawa dan menyaksikan penampilan mereka dengan penuh minat.Ketika mereka hampir selesai berakting, aku terbatuk dan berdehem."Jan

  • Kirana, Cinta SejatikuĀ Ā Ā Bab 7

    Setelah aku mengatakan itu, senyum di wajah Kirana langsung kaku.Aku dengan bangganya mengeluarkan liontin itu dan menunjukkannya kepadanya.Entah dari bahan liontin atau pembuatannya, milikku jauh lebih bagus dibandingkan yang ada di tangan Kirana.Sendra menatap kosong nama yang terukir di liontin."Niara? Apa maksudnya?"Aku menghela napas tanpa ekspresi. "Aku lupa bilang kalau itulah nama yang aku berikan pada putriku, Niara Sarastika."Sendra menjadi panik. "Bukannya kita sudah sepakat bakal kasih dia nama Kirana Wijayanto?""Itu dulu."Aku terdiam dan menatap Sendra tanpa sedikitpun kehangatan di mataku. "Lagipula, aku benci bulan."Setelah bercerai dengan Sendra, aku dengan senang hati menunjukkan surai cerai itu pada status media sosialku.Lisa, tetanggaku sangat senang saat melihat itu. Dia meneleponku dan membicarakan banyak hal."Kak Jelita, kamu cerdas sekali. Pecundang sepertinya memang pantas dicampakkan!"Dari Lisa, aku mendapat kabar terbaru tentang Sendra.Setelah ber

  • Kirana, Cinta SejatikuĀ Ā Ā Bab 1

    Terbangun di tengah malam, aku memberikan susu formula kepada putriku dan menidurkannya lagi. Tiba-tiba, aku mendapati ponsel milik suamiku berdering.Aku takut suara dering ponsel akan membangunkan putriku, jadi mengambil ponsel itu dan ingin mematikannya. Namun, aku secara tidak sengaja melihat layar yang menunjukkan salah satu laman.Ada sebuah unggahan di forum yang menuliskan, "Bagaimana rasanya menikah dengan orang yang nggak kita cintai?"Suamiku menjawab, "Berhubungan seks dengannya seperti rutinitas dan setiap hari rasanya hanya ingin bercerai."Ada banyak komentar lain di bawah unggahan ini."Wah, kamu keren banget. Akunmu nggak pakai anonim, apa nggak takut ketahuan istri?"Suamiku menjawab, "Nggak, dia sibuk ngurus anak, nggak bakal punya waktu buat lihat hal beginian."Di bawahnya, banyak komentar yang menganggap suamiku keren.Melihat laki-laki yang tertidur di tempat tidur itu, entah kenapa aku jadi sedikit bingung.Apa laki-laki yang menjelek-jelekkan istrinya di media

Bab terbaru

  • Kirana, Cinta SejatikuĀ Ā Ā Bab 7

    Setelah aku mengatakan itu, senyum di wajah Kirana langsung kaku.Aku dengan bangganya mengeluarkan liontin itu dan menunjukkannya kepadanya.Entah dari bahan liontin atau pembuatannya, milikku jauh lebih bagus dibandingkan yang ada di tangan Kirana.Sendra menatap kosong nama yang terukir di liontin."Niara? Apa maksudnya?"Aku menghela napas tanpa ekspresi. "Aku lupa bilang kalau itulah nama yang aku berikan pada putriku, Niara Sarastika."Sendra menjadi panik. "Bukannya kita sudah sepakat bakal kasih dia nama Kirana Wijayanto?""Itu dulu."Aku terdiam dan menatap Sendra tanpa sedikitpun kehangatan di mataku. "Lagipula, aku benci bulan."Setelah bercerai dengan Sendra, aku dengan senang hati menunjukkan surai cerai itu pada status media sosialku.Lisa, tetanggaku sangat senang saat melihat itu. Dia meneleponku dan membicarakan banyak hal."Kak Jelita, kamu cerdas sekali. Pecundang sepertinya memang pantas dicampakkan!"Dari Lisa, aku mendapat kabar terbaru tentang Sendra.Setelah ber

  • Kirana, Cinta SejatikuĀ Ā Ā Bab 6

    "Ya, kalian berdua terlihat sangat serasi, seperti pasangan sejati."Kirana menunduk dengan wajah malu-malu.Tepat pada saat itu, aku mendorong pintu dan melangkah masuk.''Suamiku, apa kamu bisa keluar sebentar, ada yang ingin aku katakan pada Nona Kirana."Suasana di sekitar seketika menjadi canggung.Kedua orang tua yang memuji Sendra dan Kirana memandang kedua orang ini lagi, sepertinya menyesali apa yang sudah mereka katakan. Sorot mata mereka pun berubah sulit diartikan."Jelita, Kirana masih sakit dan emosinya nggak boleh terpancing."Tubuh tinggi Sendra melindungi Kirana di belakangnya, takut aku akan melakukan sesuatu padanya."Sendra, kamu minggir dulu. Kak Jelita mungkin salah paham denganku. Mungkin kita harus membicarakannya biar jelas."Kirana berjuang untuk duduk dari tempat tidur dan tersenyum tipis pada Sendra.Aku meletakkan bunga yang aku bawa dan menyaksikan penampilan mereka dengan penuh minat.Ketika mereka hampir selesai berakting, aku terbatuk dan berdehem."Jan

  • Kirana, Cinta SejatikuĀ Ā Ā Bab 5

    "Selama aku mau, dia akan langsung mendekat selama aku menggerakkan jariku.""Mungkin kamu belum tahu kalau hari pernikahanmu dengan Sendra sebenarnya hari ulang tahunku.""Lalu?"Aku bertanya dengan nada dingin.Kirana terkejut, lalu tertawa setelahnya."Aku tahu apa yang kamu inginkan. Kamu pikir dengan berpura-pura bersikap tenang, kamu bisa terus menjadi istri Sendra?"Kirana mengatupkan kedua tangannya di depan dan berkata remeh, "Kalau begitu, kamu salah besar."Hehe.Aku tersenyum dingin, "Kamu terlalu meremehkanku. Aku datang menemui Sendra karena ingin membicarakan perceraian.""Karena dia belum bangun, jadi tolong katakan padanya kalau sidang akan dilangsungkan besok. Aku harap dia nggak terlambat.""Mengenai status sebagai istri Sendra, aku sungguh nggak peduli. Kalau kamu bisa, kamu bisa mengambilnya. Tapi ...."Aku menyipitkan mata padanya. "Aku khawatir kau nggak akan mampu mendapatkannya."Meninggalkan surat dari pengadilan, aku langsung pergi dari rumah.Hari persidanga

  • Kirana, Cinta SejatikuĀ Ā Ā Bab 4

    "Hmm."Sendra mengangguk, pikirannya terbawa dalam situasi yang dikatakan Kirana."Karena kamu ingin ke sana, kita ke sana saja.""Tapi sepertinya aku ingat kalau sekolah ini punya peraturan kalau yang bukan murid sana nggak boleh masuk."Melalui kaca belakang, Kirana menatapku dan berkata sambil menyeringai.Ciiiittt!Sendra tiba-tiba menginjak rem.Dia menatapku. "Jelita, turun dan pulang naik taksi saja."Di tengah malam, aku yang menggendong putriku diturunkan dari mobil. Menyedihkan sekali.Saat kami pergi, Kirana menatapku dengan tatapan penuh kepuasan, mulutnya terbuka tanpa suara."Kamu kalah."Apa aku benar-benar kalah?Aku mencibir saat melihat punggung Sendra yang pergi bersama Kirana dengan penuh percaya diri.Akhir dari situasi ini masih belum diputuskan, tidak ada yang tahu siapa yang menang dan siapa yang kalah.Setelah sampai di rumah, aku melihat status terbaru yang dikirimkan Kirana."Bertemu denganmu adalah hal terbaik dalam hidup."Gambar yang menyertainya adalah ba

  • Kirana, Cinta SejatikuĀ Ā Ā Bab 3

    Dalam video itu, Kirana mengenakan gaun pengantin berwarna putih dan melangkah ke altar yang khidmat dengan Sendra yang menggandengnya.Sendra mengambil cincin berlian dan berlutut dengan satu kaki, "Kirana, maukah kamu menjadi istriku?"Di sekitar, terdengar keriuhan dari teman-teman yang hadir."Jawab ya!"Video tersebut berakhir dengan tiba-tiba.Melihat fakta ironis ini, raut wajah Sendra tiba-tiba berubah."Jelita, sejak kapan kamu jadi kurang kerjaan begini?"Mendengar hal ini, aku tertawa dingin. "Suamiku mengadakan pernikahan dengan wanita lain di luar sana, tapi setelah pulang dia malah menyalahkanku dan mengatakan kalau aku kurang kerjaan?""Apa aku harus mengantar suamiku menikah dengan wanita lain agar dianggap murah hati?"Sendra mengusap pelipisnya, nada suaranya membawa arus ketidaksabaran, "Ini cuma lelucon antar teman. Aku nggak bilang karena takut kamu salah paham.""Aku sama Kirana itu teman sekelas saat SMA. Dia kuliah di luar negeri dan baru kembali, jadi kami meny

  • Kirana, Cinta SejatikuĀ Ā Ā Bab 2

    Jadi, untuk siapa cincin ini?Mungkinkah memang ada perempuan di hati Sendra yang bernama Kirana, yang selalu dia sukai hingga hari ini, sampai Sendra bahkan tidak peduli lagi dengan istri dan anaknya?Saat aku tenggelam dalam khayalanku, Sendra kembali lagi.Melihat cincin di tanganku, raut wajah Sendra tiba-tiba berubah. Dia mengabaikan kondisiku yang baru saja melahirkan, mendorongku menjauh setelah merebut kotak hadiah di tanganku."Minggir! Siapa yang bolehin kamu pegang cincin ini?"Aku menekan perutku yang terbentur meja dengan keras. Luka jahitan yang masih belum kering, kini mulai terasa sakit lagi.Namun, Sendra hanya menyeka cincin itu dengan hati-hati, mengabaikan teriakan kesakitan yang aku serukan.Setelah darah keluar dari perutku, dia baru memperhatikanku."Jelita, kamu berdarah!"Bibir Sendra bergetar dan dia buru-buru membantuku berdiri."Perutku sakit, bawa aku ke rumah sakit."Aku menarik Sendra, rasa sakit di perutku makin parah seiring dengan setiap kata yang aku

  • Kirana, Cinta SejatikuĀ Ā Ā Bab 1

    Terbangun di tengah malam, aku memberikan susu formula kepada putriku dan menidurkannya lagi. Tiba-tiba, aku mendapati ponsel milik suamiku berdering.Aku takut suara dering ponsel akan membangunkan putriku, jadi mengambil ponsel itu dan ingin mematikannya. Namun, aku secara tidak sengaja melihat layar yang menunjukkan salah satu laman.Ada sebuah unggahan di forum yang menuliskan, "Bagaimana rasanya menikah dengan orang yang nggak kita cintai?"Suamiku menjawab, "Berhubungan seks dengannya seperti rutinitas dan setiap hari rasanya hanya ingin bercerai."Ada banyak komentar lain di bawah unggahan ini."Wah, kamu keren banget. Akunmu nggak pakai anonim, apa nggak takut ketahuan istri?"Suamiku menjawab, "Nggak, dia sibuk ngurus anak, nggak bakal punya waktu buat lihat hal beginian."Di bawahnya, banyak komentar yang menganggap suamiku keren.Melihat laki-laki yang tertidur di tempat tidur itu, entah kenapa aku jadi sedikit bingung.Apa laki-laki yang menjelek-jelekkan istrinya di media

DMCA.com Protection Status