"Fabian?!" Panggil suara khas yang dikenal Varsha.
Fabian dan Syahna yang tengah berciuman itu menoleh cepat. Nampak sosok Alindra tengah berdiri dengan tatapan tajam dan napas yang terengah-engah."Apa yang kau lakukan?!" tanya Alindra dengan suara melengking.Syahna benar-benar kaget! Ia tidak menyangka Alindra akan datang ke Rumah Sakit saat itu dan memergoki ciuman yang tengah ia lakoni bersama Varsha."Apanya yang kenapa?" Varsha berbalik tanya tanpa rasa takut sedikitpun.Lagipula, Varsha tidak merasa bersalah pada Alindra. Ia hanya menjalankan misi yang diperintahkan oleh Fabian. Tidak lebih! Jika ia berciuman dengan Syahna apa salahnya? Mereka saling mencintai!"Kau, berciuman dengan Syahna?!" tanya Alindra menahan tangis.Varsha mengangguk."Iya, memang kenapa? Kau tidak bisa melihat bagaimana bibir kami saling melahap?" tanya Varsha dingin.Alindra langsung menjerit histeris. Ia menamSyahna merasa sakit karena tangannya dicengkram cukup keras. Fabian yang berada di hadapannya itu menatap tajam kedua bola mata Syahna."Dengar, tidak ada yang boleh tahu lagi soal ini semua. Jika ini terbongkar, kupastikan kau mati!" ancam Fabian dengan sebelah alis yang naikSyahna geram. Ia benar-benar sudah menduga hal ini, dan ternyata semua kecurigaannya benar! Sial.Syahna tidak mau kalah. Ditatapnya nanar kedua bola mata Fabian yang tengah mengintimidasinya. Sama sekali tidak takut akan ancaman yang dilontarkan Pangeran Triasono Group itu."Apa tujuanmu? Kau hendak memperalat Varsha?!" tanya Syahna dengan intonasi meninggi.Fabian yang kesal melepaskan cengkramannya kasar. Syahna mengaduh sambil mengusapi pergelangan tangannya yang sakit. Napas Fabian memburu."Semua yang kulakukan, bukanlah urusanmu! Ingat, jika ini terbongkar. Satu-satunya orang yang akan kubunuh adalah kau!" Gertak Fabian, lagi.Fabian
Nyonya Keiyona berjalan ke arah kamar Alindra pagi itu. Langkah kakinya terdengar terburu-buru dan tatapan nanar muncul dari wajahnya. Ia benar-benar tidak kuat menahan amarah yang kini tengah menyiksa hati dan relung jiwanya.Ya, pagi itu Nyonya Keiyona dikejutkan oleh berita kehamilan Alindra. Bagaimana bisa gadis itu begitu ceroboh?! Kali ini, Nyonya Keiyona tidak ingin mengampuni anak semata wayangnya tersebut. Ia benar-benar tengah mempermalukan keluarga ditengah-tengah perjodohan yang telah diumumkan.“Alin!” Panggil Nyonya Keiyona dengan intonasi penuh penekanan.Terdengar suara Alindra muntah-muntah dari dalam toilet. Hal itu membuat Nyonya Keiyona semakin naik pitam. Semua sesuai dengan apa yang dilaporkan padanya!“Alindra, kenapa kau?!” tanya Nyonya Keiyona lagi. Nada keras terdengar dari intonasi yang beliau lontarkan.Alindra pun keluar dari k
(Konten 25+ mengandung kekerasan seksual dan juga adegan yang tidak pantas dibaca oleh anak dibawah umur. Mohon kebijakan dalam membaca.)"Bingo!"Fabian tiba-tiba menarik pergelangan tangan Syahna menjauh dari ruangan tersebut. Syahna berusaha meronta, ia sekarang benar-benar khawatir!"Kenapa memberontak?" Fabian menyeringai."Keparat! Lepaskan aku!" bentak Syahna.Fabian tidak mengindahkan. Ia membawa Syahna ke ruangannya yang lebih mewah daripada kamar yang ditempati Varsha. Beberapa Pengawal tengah bersiap dengan senjatanya."Todongkan senjata api kalian pada Syahna." Titah Fabian.Para pengawal itu menodongkan senjata apinya ke arah Syahna. Syahna memang pemberani, tapi untuk menyangkut nyawa... ia belum siap!"A-apa yang hendak kau lakukan?!" tanya Syahna.Fabian menggigit bibir bawahnya. Menyibakkan surainya yang jatuh ke wajah kemudian terkekeh."Layan
Varsha terdiam sambil memeluk lututnya. Seluruh tubuhnya gemetar menahan dinginnya terpaan AC di ruangan yang besar, dimana ia terdiam setelah melakukan aksi bejatnya.Syahna terkapar. Dengan seluruh tubuhnya yang menggigil. Dan aliran darah yang terus mengalir dari kemaluannya. Syahna memakai pembalut, namun rasanya lebih sakit daripada menstruasi.Kejam!Hanya itu yang bisa Varsha sumpah serapahi pada dirinya sendiri dan Fabian. Sementara itu, Fabian tengah asyik bermain judi di lantai satu. Bajingan itu memang tidak punya hati nurani. Entah bagaimana ia bisa memperlakukan orang lain itu hanya budaknya?Varsha menarik selimut agar Syahna bisa dibalut hangat. Gadis itu menggigil menahan sakit dan ketakutan. Pasti trauma mendalam tengah dirasakan Syahna."Varsh
Fabian masuk ke dalam kamar Varsha pagi itu. Mendapati Varsha yang tengah tertidur pulas. Ia menghela napas kemudian duduk di hadapan Varsha."Bangun." Titah Fabian dengan nada bariton khas miliknya..Varsha mengerjapkan mata. Semalam ia menjaga Syahna hingga akhirnya gadis itu memutuskan untuk pulang. Tubuhnya terasa sangat letih dan juga tidak bergairah."Ya Tuan." Varsha terbangun dengan badan letih, ia duduk menghadap Fabian yang tengah merokok."Gawat." Fabian menghela napas.Varsha menautkan kedua alisnya."Apa yang terjadi?" Tanya Varsha dengan keadaan setengah sadar.Fabian mengatupkan bibir."Sepertinya Nyonya Keiyona tahu atas pertukaran peran ini."
Varsha sudah siap pergi mengenakan jas hitam, sepatu kulit Italia dan juga rambut yang tertata rapi. Tangannya menggenggam sekeranjang buah dan juga sebuah buket bunga. Hanya itu yang dibawanya untuk menjenguk sang penguasa Triasono Group."Tuan, silakan ikuti saya," Frans berjalan mendahului Varsha setiba di Rumah Sakit.Varsha mengangguk. Ia mengamati langkah kaki Frans di hadapannya.Apa manusia ini benar-benar menyimpan rahasia yang tidak diketahui? Tapi bagaimana bisa ia terlihat santai dan tak peduli bahwa Fabian tengah mencurigainya?"Fabian ..." panggil Kakek dengan lirih.Sungguh iba Varsha melihat pria tua itu tengah menahan sakit tuanya. Namun, Fabian tetap meminta agar Kakek menyerahkan wasiat perusahaan. Ck, keparat itu! Bagaimana bisa ia tidak punya hati?
Rumah Varsha nampak sepi. Namun, ada beberapa orang berjas memasuki pemukiman padat penduduk itu dengan tergesa-gesa. Beberapa penduduk nampak terkejut."Siapa itu?" tanya beberapa penduduk yang mengintip dari celah jendela rumah.Berdiri, Presdir Suryakancana group di halaman rumah tersebut. Alvia yang tengah menonton televisi membelalakan mata saat melihat orang-orang itu mengetuk pintu rumahnya."Permisi, tolong buka pintunya." titah ajudan pada penghuni rumah.Alvia bergegas membuka pintu, Ibunya baru saja melaksanakan ibadah. Tatapannya ketakutan menatap ajudan-ajudan tinggi besar itu."M-mau cari siapa, Pak?" tanya Alvia."Apakah Bu Setio ada?" ajudan itu berbalik tanya.Alvia menggigit bibirnya. I
*Listen song Strange-August D ft RM, or Forever Rain-RM. Better for this chapter. Happy reading!*Langkah kaki Tuan Giandra tergesa-gesa memasuki area rumah Fabian malam itu. Ia benar-benar memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada hidup kedua anak itu.Rahasia besar, bahkan Tuan Giandra berhasil menyembunyikan hal ini dari berbagai pihak selama bertahun-tahun. Triasono group akan segera menyerahkan tahta pada pewaris yang sesungguhnya. Karena itu, Tuan Giandra harus mencari sosok Varsha.Kediaman Fabian terasa sangat gaduh karena para pengawal berkumpul di depan kamar Fabian. Tuan Giandra berjalan menghampiri ruangan itu.Brak!Ruangan yang memuat dua anak manusia yang tengah saling menodongkan senjata itu terbuka. Keduanya menoleh ke arah pria beru
Han berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke halaman belakang rumah besar yang dulunya merupakan milik ayahnya, Tuan Giri. Taman itu, yang dulu dipenuhi dengan bunga-bunga eksotis dan air mancur yang gemericik, kini tampak layu dan tidak terurus. Begitulah kondisinya, sama seperti bisnis keluarga mereka, Suryakancana Group, yang jatuh ke tangan orang lain. Meskipun Varsha adalah sepupunya, akan tetapi tetap saja semuanya terasa menyedihkan karena perusahaan tidak jatuh di tangannya sebagai pewaris utama.Langkah kaki terdengar di belakangnya, lembut namun berwibawa. Han tahu siapa yang datang bahkan tanpa berbalik. Nyonya Keiyona, istri kedua almarhum ayahnya, berjalan masuk dengan anggun. Wanita itu masih tampak mempesona meskipun usianya sudah tidak lagi muda, wajahnya yang selalu tampak tenang kini terlihat lebih serius."Han," panggil Nyonya Keiyona lembut namun tegas, menghentikan Han dari lamunannya.Han berbalik, menatap wanita yang sudah lama dianggap sebagai bagian da
Di sebuah gedung pertemuan megah di tengah kota, para eksekutif dan tokoh-tokoh penting berkumpul dengan penuh antusias. Ruangan itu dipenuhi oleh suara bisik-bisik tentang berita besar yang akan disampaikan hari ini. Di depan mereka, berdiri seorang pria muda dengan tatapan penuh keyakinan, Varsha Suryakancana. Ia adalah pemimpin baru yang akan mengubah wajah bisnis di negeri ini.“Terima kasih atas kehadiran kalian semua,” suara Varsha mengalun tegas di mikrofon. "Hari ini, saya dengan bangga mengumumkan penggabungan antara dua kekuatan besar, Triasono Group dan Suryakancana Group, menjadi satu entitas yang akan kami sebut Suryakancana Group. Dengan ini, kita menjadi salah satu perusahaan terbesar yang membawahi banyak sektor, mulai dari energi, infrastruktur, hingga teknologi.”Suara tepuk tangan menggema di ruangan, tapi di antara tepukan tangan itu, ada juga wajah-wajah yang penuh keterkejutan. Pasalnya, yang ia rebut adalah perusahaan milik sang Paman dan jelas-jelas masih ada k
Han duduk di kursi ruang kerjanya, matanya terpaku pada jendela yang memandang keluar gedung Suryakancana Group. Di luar, langit mendung seolah mencerminkan kekacauan yang sedang ia alami. Perusahaan ini bukan hanya sekadar bisnis baginya, tapi warisan keluarga yang telah dibangun dengan darah, keringat, dan air mata oleh kakek dan ayahnya. Suryakancana Group telah menjadi simbol kejayaan keluarga mereka, sesuatu yang tak ternilai harganya.Namun kini, semuanya perlahan-lahan runtuh. Skandal perselingkuhan, krisis ekonomi perusahaan, dan ketidakmampuan Han mengendalikan situasi telah membuat posisinya semakin terancam. Setiap hari, ia merasakan tekanan yang semakin berat. Divisi-divisi perusahaan mulai kehilangan arah, bahkan beberapa telah melakukan pemutihan karyawan besar-besaran, membuat para pekerja marah dan menggelar demonstrasi di depan kantor pusat.“Han, kita tidak bisa terus seperti ini,” ujar Mona, istrinya, yang tiba-tiba masuk ke ruang kerjanya. Wajahnya yang cantik tamp
Suryakancana Group, yang dulu merupakan salah satu perusahaan terkuat di industri, kini perlahan-lahan runtuh dari dalam. Frans, yang selama ini bergerak di balik layar, dengan hati-hati meluncurkan rencananya. Ia mulai mendekati bawahan-bawahan Han, sang CEO, dengan janji manis dan iming-iming keuntungan. Beberapa di antara mereka, yang telah lama merasa kurang puas dengan kepemimpinan Han, perlahan-lahan mulai beralih kesetiaan mereka kepada Frans.Di ruang rapat utama perusahaan, suasana tegang menggantung di udara. Beberapa eksekutif saling bertukar pandang dengan raut cemas, sementara yang lain berbisik-bisik, membicarakan gosip yang mulai menyebar. Di tengah-tengah kekacauan ini, Han tetap berdiri tegar, meskipun ia tahu ada sesuatu yang salah. Suryakancana mulai kehilangan arah, dan divisi-divisi kunci dalam perusahaan mulai berantakan."Han, kita harus bicara," suara berat Nyonya Keiyona, menggema di ruangan itu. Dia melangkah maju, matanya menatap tajam ke arah Han. "Apa yan
Setelah mengetahui bahwa Archy Prameswari akan menjadi adik iparnya, Varsha merasakan kecemasan yang semakin mendalam. Dia duduk di ruang kerjanya, memandang ke luar jendela dengan pikiran yang berputar tak menentu. Kehadiran Archy di dalam keluarga akan mengubah segala perhitungan yang telah ia buat. Archy bukanlah orang sembarangan—dia adalah pewaris sah Suryakancana Group, dan pernikahannya dengan Reyhan akan semakin memperkuat posisi Archy dalam keluarga. Hal ini membuat Varsha merasa terancam, dan setiap langkah ke depan harus diperhitungkan dengan cermat.Ia harus mendapatkan Archy apapun caranya.Suara lembut namun tegas dari Frans, ajudannya, memecah kesunyian ruangan. "Tuan Varsha," kata Frans, sambil menundukkan kepala sedikit, "Saya rasa kita harus mulai mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengamankan posisi Anda."Varsha menoleh, matanya menyipit sedikit. Kira-kira apa yang akan Frans katakan?"Kau pikir aku belum mempertimbangkannya? Archy akan menjadi adik iparku. In
Enam bulan berlalu.Varsha menatap kosong berkas-berkas di hadapannya, tangannya bergetar halus saat merapikan kertas-kertas itu. Suryakancana Group, perusahaan besar yang sekarang berada di bawah kendalinya, terasa semakin jauh dari prediksinya. Dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menaklukkan dewan direksi, tetapi semua itu terasa sia-sia.Sejak menikahi Syahna, putri pemilik saham terbesar, Varsha berharap posisinya di perusahaan akan lebih kuat. Namun kenyataannya, pernikahannya dengan Syahna tidak membawa pengaruh besar. Han sekarang jauh lebih gemilang dalam mengelola perusahaan dibanding sebelumnya.“Bagaimana mungkin aku bisa menguasai Suryakancana Group kalau setiap langkahku terus-menerus ditolak oleh mereka?" gumam Varsha, mengacak-acak rambutnya frustrasi.Syahna, istrinya, tampak masuk ke dalam ruang kerja dengan langkah tenang. Dia bisa melihat tekanan yang dirasakan suaminya dari tatapannya yang lesu."Varsha, kamu tidak bisa terus-menerus memaksakan kehendakmu. Dewan
"Pernikahan antara Tuan Varsha Suryakancana dengan putri Direktur Rumah Sakit Suryakancana resmi digelar."Pemberitaan media massa telah menyebarkan berita bahagia itu ke seluruh penjuru. Varsha nampak sangat tampan dengan tuxedo hitam serta kemeja putih sebagai dalamannya. Lelaki itu menyambut Syahna di atas altar, meminta gadis itu berjanji supaya mau menemaninya sepanjang hidup. Syahna yang tengah mengandung delapan minggu itu datang kepada Varsha dengan gaun pengantin cantik hingga menambah kecantikan dirinya yang menonjol. Walau Varsha sudah tidak memiliki perasaan terhadap Syahna, akan tetapi ia harus menghormati Syahna sebagai istrinya."Tuan Varsha, selamat atas pernikahan anda!" Seluruh orang bersuka cita dengan acara pernikahan sang penguasa tersebut. Akan tetapi, sudut hati Varsha tetap merasakan kesunyian dan kepedihan yang masih membekas dalam ingatannya. Ada rasa trauma acapkali melihat altar pernikahan, ia selalu teringat peristiwa berdarah di mana ia kehilangan sosok
"Apa kabar Tuan? Sudah lama rasanya saya tidak mengunjungi Tuan. Maaf atas kesombongan saya." Varsha menyesap teh yang disajikan kemudian menaruh kembali cangkir itu di atas meja.Tuan Diran yang duduk di hadapan Varsha itu terlihat pucat. Beliau nampak menghela napas panjang kemudian memandangi Varsha seksama."Ah, kau sangat sibuk. Tidak usah repot dengan pria tua di hadapanmu ini." Tuan Diran tersenyum.Varsha tertawa kecil menanggapi itu semua, ia mendesah pelan kemudian melirik ke arah Reyhan yang juga menghampiri dirinya di ruang tamu."Apa kabar? Lama sekali tidak berjumpa." Reyhan menyalami Varsha dengan senyuman ramah."Ah, kau juga tengah sibuk dengan Rumah Sakit Hewan yang kau kelola bukan? Aku dengar banyak sekali pasien menengah ke atas yang datang ke sana." "Klinik, tidak usah dilebih-lebihkan sebagai Rumah Sakit." Reyhan tertawa kecil. "Kebanyakan orang datang ke Pet Shop. Namun, aku bersyukur orang mempercayakan semuanya pada klinik kami.""Ya, kau sangat apik dalam m
"Pilihlah apa yang kau inginkan, tidak usah bertanya padaku. Karena aku bukan kekasihmu." Varsha mempersilakan Gadis itu mencari sepatunya sendiri.Gadis itu tertegun, entah karena bagi dirinya mahal ataukah memang tidak tahu harus memilih yang mana. Nampak pelayan Toko tersebut menunggu Gadis itu memilih dan Varsha memilih untuk menunggu. Nampak beberapa pengawalnya ada di depan Toko tanpa mengganggu Varsha sama sekali.Varsha menatap Gadis itu dari cermin toko. Gadis tersebut sangat cantik, ia jadi penasaran kira-kira seperti apa pekerjaan yang akan ia lakukan?"Aku hanya butuh sepatu kets biasa, jangan yang mahal, ukuran 40." Gadis itu mendeskripsikan apa yang ia cari."Belilah dua pasang, atau tiga. Manusia tidak bisa hidup dengan satu sepatu saja." Varsha memberi saran."Saya akan membelinya dengan gaji saya nanti, untuk saat ini saya hanya akan mengenakan satu saja." Gadis itu tersenyum. "Mbak yang ini saja."Bahkan sepatu yang dipilih Gadis itu cukup sederhana. Mengapa ia tidak