"Bagaimana situasi di Centurion Land, Para Lord?" tanya Raja Edward Forester penasaran karena sudah beberapa bulan waktu Texas, dia meninggalkan negeri asalnya."Agak kurang baik, Paduka. Jenderal Derrick Karpac merebut Istana Palazzo Vrindavan. Dia pengkhianat tiran, rakyat menjadi sengsara di bawah pemerintahannya yang lalim. Pengikut Amaraca yang berada di Centurion Land menjadi pendukung Derrick. Perisai kristal pelindung masih utuh di atas langit kerajaan dan itu mencegah Amaraca masuk ke Centurion Land!" jawab Lord Sebastian Mercy yang memang mengetahui langsung perkembangan situasi di dalam kerajaan.Setelah mendengar penuturan dari ksatria pelindung Centurion Land, Raja Edward pun bertanya kepada The Highpriest, "Guru, apa aku bisa kembali ke Centurion Land?""Tentu saja bisa, kami memang sengaja menjemputmu ke mari, bukan? jawab Master Oleander Newton seraya terkekeh lalu melanjutkan dengan pertanyaan yang membuat sang raja gagah perkasa itu bimbang, "Nah, yang ingin kutanyak
"Edu, para ksatria telah datang menjemputmu ke masa depan, berarti tak lama lagi kamu akan meninggalkanku, bukan?" ujar Stefany dengan raut wajah sedih sambil mengambil buku yang berserakan di meja baca perpustakaan lalu memasukkannya ke troli untuk disusun lagi ke rak buku asalnya nanti.Raja Edward Forester terdiam sulit menjawab pertanyaan pacarnya itu, sebenarnya dia tak ingin berpisah dari Stefany. Dia membantu pekerjaan gadis pustakawati itu dengan cekatan jelang jam tutup perpustakaan. "Apa kau akan tahan tanpa adanya listrik dan internet di zamanku, Stefany?" balas pria bermata cokelat teduh itu."Entahlah, tetapi bila bersamamu aku akan merasa aman dan senang. Hanya saja bagaimana dengan ibuku, masa aku meninggalkannya sendirian di masa kini?" jawab Stefany yang membuat Raja Edward mendadak lesu memikirkan kisah cinta mereka yang terpisah oleh ruang dan waktu itu.Dia lalu menghampiri Stefany dan memeluknya erat-erat. "Aku akan menunda kepulanganku ke Centurion Land sejenak
"Meong ... meong ... meong!" Kepulangan Stefany bersama Kingcat Edu ke rumah disambut antusias oleh ketiga ekor kucing jantan lucu yang seharian ini menemani Nyonya Victoria Rowland dan menghibur ibunda Stefany itu.Raja Edward Forester dalam wujud kucing Anggora oranye itu membalas sapaan ketiga rekannya dalam meongan sopan yang berarti, "Hai kalian, kuharap semua aman!""Tenanglah, Paduka Raja, kami melakukan tugas rumah dengan baik!" lapor Blacky sambil mengedipkan sebelah matanya."Apa kamu sudah makan malam, Stefany?" tanya Nyonya Victoria Rowland sambil memeluk putrinya yang baru pulang bekerja."Belum, Bu. Apa ada makan malam untuk kami berdua?" balas Stefany sembari berjalan ke ruang makan yang jadi satu dengan dapur rumahnya diiringi empat ekor kucing peliharaannya.Ibunda Stefany membuka tudung saji rotan dan berkata, "Ada kalkun panggang, tadi Mister Rascall menawarkan daging kalkun hasil ternak rumahan miliknya ke Ibu. Sore tadi kubumbui lalu dipanggang jelang makan malam
"Sepi sekali jalanan di sini! Apa aku tiba di malam hari jadi semua penduduk sedang tertidur di rumah mereka? Di mana kucing sialan yang harus kumusnahkan itu?" Amaraca menggerutu sendirian seraya bertanya-tanya karena kehadirannya tanpa petunjuk di mana Raja Edward Forester berada. Keempat kucing di atas genting rumah tetangga Stefany perlahan mengendap-endap mengawasi pergerakan Amaraca. Mereka tak berbincang sedikit pun agar tidak menimbulkan kecurigaan. Setelah berputar-putar di jalan perumahan tempat Stefany tinggal, dan menyihir agar dapat melihat isi penghuni rumah satu per satu. Amaraca pun mulai kehabisan tenaga. Kekuatan sihirnya menjadi terbatas di masa depan, dia tak bisa terus menerus menggunakan magic karena tubuhnya terpengaruh menjadi lemah akibat perjalanan lorong waktu.Maka penyihir wanita itu mencari pohon yang rindang untuk beristirahat di dahan yang kuat untuk sementara hingga pagi tiba. Dia akan mengawasi dari atas sana segala aktivitas penduduk di perumahan s
"Tabby, keluarlah melalui jendela dan kita bertemu di pintu teras dalam wujudmu sebagai manusia. Aku akan mengatakan kepada ibu bahwa kau adalah temanku dan membutuhkan sebuah vas untuk kegiatan pameran seni di perpustakaan, okay?" usul Stefany dengan cerdik."Ohh, baiklah. Saya mengerti maksud Anda, Miss Stefany. Sampai jumpa di depan pintu teras!" Tabby pun segera melompat keluar dari jendela kamar Stefany dan meniti atap rumah sebelum memanjat pohon Cemara di halaman depan untuk turun ke permukaan tanah.Stefany bergegas menutup jendela kamarnya lalu dia menuruni tangga dari lantai dua sambil membawa ransel karena sebentar lagi sudah waktunya berangkat kerja. Dia membuka lemari penyimpanan vas porselen hias milik ibunya dan menemukan satu yang berwarna putih dengan lukisan pemandangan dalam tinta berwarna biru cerah."Selamat pagi, Stefy. Untuk apa kamu mengambil vas itu?" ujar Nyonya Victoria sedikit bingung sambil berdiri di dekat meja makan dapurnya."Selamat pagi, Bu. Maaf, tem
"Hello, Manisku. Maaf karena aku baru bisa datang ke perpustakaan di sore hari. Tadi kami berempat harus mengurus Amaraca terlebih dahulu!" kata Raja Edward Forester ketika menemui Stefany di Houston Public Library.Gadis berkaca mata bening berbentuk bulan separuh itu segera keluar dari meja konter jaga ruang baca perpustakaan lalu memeluk kekasihnya. Stefany merendahkan volume suaranya, "Syukurlah kau baik-baik saja. Tadi aku mengkuatirkanmu karena melihat perubahan cuaca yang sangat ekstrim. Itu efek dari pertarungan sihir kalian melawan Amaraca, bukan?" "Ya, penyihir jahat itu memanggil badai untuk memporak-porandakan kota Houston. Guruku memanggil hujan untuk melawannya. Ehm ... kurasa sudah waktunya aku berpamitan dengan Madam Diana Campos. Ayo Darling, temani aku menghadap beliau!" ujar Raja Edward merangkul bahu Stefany. Mereka pun melangkah bersama menuju kantor manager perpustakaan."TOK TOK TOK." "Masuk saja, pintu tak dikunci!" sahut Mrs. Diana Campos dari meja kerjanya.
"Akhirnya kalian pulang juga! Apa kamu dan Kingcat Edu sudah makan malam di luar, Stefany?" sambut Nyonya Victoria Rowland yang sedang duduk menonton acara opera sabun di televisi ditemani ketiga kucing jantan bertampang polos di karpet tebal nan hangat.Gadis itu terkikik geli melihat ketiga ksatria Centurion Land yang menyamar dalam wujud kucing-kucing menggemaskan. "Ohh, iya tadi kami berjalan-jalan di alun-alun kota, Bu. Aku kenyang makan sate bakso ikan bersama si kucing oranye!" jawab Stefany karena dia ada janji kencan ala kucing bersama kekasihnya sebentar lagi."Baiklah, Ibu akan menyimpan makan malammu di kulkas saja. Itu aman dipanaskan untuk sarapan besok pagi. Apa kamu ingin naik ke kamarmu, Dear?" balas Nyonya Victoria Rowland sembari bangkit dari sofa untuk pergi ke dapur."Iya, Bu. Sampai jumpa besok pagi, aku agak lelah beraktivitas hari ini!" pamit Stefany lalu bergegas menapaki anak tangga satu per satu bersama keempat kucing jantan yang membuntutinya naik ke lantai
"Selamat malam, Kingcat Edu. Aku ingin memelukmu sambil tertidur untuk yang terakhir kalinya!" ucap Stefany yang berbaring miring menghadap ke kucing Anggora oranye di sisi tempat tidurnya.'Stefy, percayalah bahwa aku akan berusaha sekuat tenaga agar kita bisa bersama lagi. Bersabarlah, Darling!' jawab Kingcat Edu melalui telepati. "Hmm, baiklah. Aku pasti akan menunggumu. Ayo kita tidur sekarang, mataku berat sekali. Hoaamph!" Stefany mengeratkan pelukannya lalu tak lama dia pun terlelap ke alam mimpi.Di kamar sebelah, Master Oleander Newton sedang mengotak-atik sebuah bejana porselen bermulut lebar milik ibunda Stefany. Sementara kedua kucing jantan lainnya terlelap di atas kasur empuk. The Highpriest berubah wujud sebagai manusia agar bisa merapal mantra ajaib untuk membuat kembaran dari Kuali Cermin Semesta milik bangsa Ogre. Ada puluhan mantra yang meluncur dari mulutnya yang sejak satu jam lalu berkomat-kamit membaca perintah penciptaan benda gaib. Setelah merasa benda sihir