Setelah keributan yang diciptakan Keenan, yang berhasil dipisahkan oleh keluarga. Kini situasi rumah mertua jadi begitu hening meski masih ada banyak orang.Pemuda tampan yang bernama Kenan itu, adalah keponakan dari adik ibu mertua, ia pemuda berusia 30 tahun yang bekerja sebagai pegawai bank dan sampai saat ini belum menikah. Kabarnya pemuda itu sangat cerdas dan punya banyak prestasi, sehingga karirnya meliji dengan cepat dan dia punya posisi strategis di tempat kerjanya. Dari awal aku menikah dengan mas Fahri, sepupu yang paling santun dan ramah kepadaku. Dia juga sering mengunjungi rumah dan mengajak anak-anakku untuk main ke taman hiburan serta memberi mereka uang jajan. Kurasa dia memperlakukan diriku seperti kakak kandungnya sendiri jadi saat Mas Fahri tiba-tiba mendatangkan wanita baru dia tidak bisa menahan dirinya untuk menyinggung mantan suamiku. "Sekarang kau sebut apa lelaki itu Mbak, suami atau mantan suami?""Dia sudah menjatuhkan talak tapi ibu mertua meminta kami
Aku tertawa bahagia, bahkan kebahagiaan itu lekat sampai dalam perjalanan pulang kembali ke rumah. Anak-anak sampai heran dan bertanya kenapa aku harus terus tertawa dan senyum-senyum sendirian. Mereka tidak tahu bahwa aku baru saja terhibur dengan kata-kata nenek mereka yang menghinakan ayahnya.Kupikir mas Fahri masuk surga setelah pindah ke rumah ibunya. Kupikir dia bebas bermanja dan menggantungkan hidup kepada wanita tua pensiunan dokter itu. Ya, ternyata ekspektasi tidak sesuai dengan kenyataan. Meski ibu mertua sangat kaya dan punya banyak uang tapi dia tidak serta-merta memanjakan Mas Fahri dan Fani.Aku tertawa lagi mengingat, bahwa ibu mertua menegaskan kepada Mas Fahri agar membuat dirinya berguna, meski dengan melakukan tugas rumah tangga dan cuci piring.Jelas saya, perlakuan ibu mertua bukan tanpa alasan, dia kecewa pada anaknya yang telah mempermalukan keluarga dan menghadirkan wanita yang tidak diinginkan olehnya. "Luar biasa, mereka terjebak sekarang. Aku yakin bu
Kini aku dan dia duduk di meja makan, suasana rumah sudah sepi karena anak-anak sudah tidur. Aku dan dia duduk berhadapan dengan sepiring makaroni yang masih belum habis setengahnya, lelaki itu kelaparan, jadi aku yang mau tak mau merasa kasihan, memasak makaroni keju untuknya. Namun, sepertinya lelaki itu bukannya ingin makan, melainkan hanya ingin mencari kesempatan untuk bisa bicara denganku."Jujur saja pekerjaanku sangat sulit targetnya begitu tinggi sementaranya gajinya sangat kecil, dua Minggu terakhir ini, aku baru mengumpulkan uang dua juta, jika penjualan menurun maka mungkin aku tidak akan dapatkan gaji karena target jualannya kurang. Aku harus bekerja lebih giat untuk mendapatkan profit bersih 15 lima juta sehingga aku bisa dapatkan gaji 3 juta lebih.""Wow, gaji sales besar juga ya.""Itu tidak besar untuk ukuran keluarga kita yang punya banyak anggota.""Andai kau tidak dipecat, mungkin kita masih terjamin sampai sekarang.""Kau terlalu gegabah memviralkan diriku, dip
"Ketegasan macam apa itu, Arimbi!""Sejak dulu aturan rumah tangga denganku tidak berubah, kau haruslah setia dan memprioritaskan diriku sebagai istri, serta anak-anak kita harus nomor satu. Kau juga harus memberikan sebagian besar gajimu di mana aku harus mengelolanya untuk membayar uang sekolah anak-anak dan membeli makanan, dan jangan lupa nafkah pribadiku.""Untuk saat ini aku memang belum bisa memberikan uang sesuai dengan jumlah yang kau inginkan.""Maka janganlah meminta hak sebelum kau menunaikan kewajiban, jangan menyentil masalah tidur denganku sementara kau sendiri tidak memberiku uang!""Kenapa kau jadi terkesan mata duitan?""Aku tidak minta duitan ,tapi aku hanya berubah jadi lebih realistis dan hendak mengamankan masa depanku. Maaf ya, Mas. Hidup ini bisnis pernikahan adalah komitmen men dan kesepakatan bersama yang juga berlandaskan atas keuntungan bersama. Jika salah satu dari kedua belah pihak merugi maka itu bukan lagi pernikahan!""Ya Allah Arimbi.""Sudah kubilang
Mendapatkan siraman air panas dari ibu mertua membuat wanita itu menangis tersedu-sedu. Wajahnya yang nampak begitu sedih sekaligus malu membuat diriku kasihan tapi semua yang terjadi ini karena perbuatannya sendiri. Kenapa juga harus meletakkan garam di dalam teh, jika memang dia tidak sudi membuatnya, kenapa dia harus memaksakan diri. "Ibu, pantaskah Ibu bersikap seperti ini kepada saya."Gadis itu menangis penuh kepiluan, dia mengusap air matanya berkali-kali sambil menggelengkan kepala, membuat hatiku juga tersayat sedih, tapi sekilas rasa iba itu langsung bertukar dengan ingatan bahwa dia merebut suamiku. Aku kembali membencinya."Seharusnya kau berfikir pantaskah perbuatanmu kepada Arimbi? kau mempermalukan diriku di dalam rumahku sendiri!""Maaf ibu, saya tidak bermaksud untuk merendahkan Mbak Arimbi Saya hanya tidak sengaja meletakkan garam ke dalam tehnya.""Oh ya? Bukankah bukankah di toples itu tertulis nama-nama bahan makanan, Apa kau tidak membacanya?!" "Aku terburu-b
Aku baru saja turun dan membuka pintu teras saat tiba-tiba pintu gerbang itu digedor dengan ketukan tangan. Niatku adalah untuk membersihkan halaman dan menyiram bunga, tapi aku heran dengan siapa kira-kira yang datang di pukul 06.00 pagi.Saat kubuka pintu, aku terkejut dengan wajah wanita jalang yang berdiri di hadapanku. Aku meringis melihat bocah ingusan yang sempat kuanggap adik itu berdiri di hadapanku dengan tatapan .... Entahlah, seperti hendak melakukan sesuatu."Apa maumu?""Bisa kita bicara baik-baik?""Tidak aku tidak punya waktu aku harus mengerjakan tugas rumah dan siap-siap pergi kerja!""Aku datang ke sini mewakili suamiku!""Ada apa lagi, Apa kau ingin minta uang dan beras?!""Kudengar kalian punya tabungan bersama! Apa itu tidak bisa dibagi sekarang. Rasanya tidak adil Aku dan Dia hidup di kontrakan sempit sementara Kamu hidup di rumah cluster lantai 3 dengan segala kemewahan.""Kemauan yang ada adalah hal yang pantas kudapatkan atas jerih payah dan perjuanganku. Pen
Tring Aku mendapatkan sebuah panggilan yang entah kenapa, di jam kantor tumbennya Bapak menelponku. "Assalamualaikum, Iya, Pak, ada apa?""Kamu sudah tidak ke rumah beberapa minggu Apa kalian baik-baik saja?""Baik, Pak, Aku masih sibuk belakangan ini ditambah anak-anak ada bimbingan ekstra karena Davin akan ulangan. Juga sibuk dengan tugas kantor yang wara-wiri pergi ke lapangan untuk sosialisasi. Ada apa Pak?""Bapak ingin kamu dan anak-anak mampir sore nanti sebelum kalian pulang.""Oh, baik Pak, akan Rimbi usahakan.""Baik, Bapak tunggu.""Iya, pak." Bapakku mengucapkan salam kemudian aku pun membalasnya dan percakapan kami berakhir.Entah apa yang ingin beliau sampaikan padaku karena tumben sekali tiba-tiba Cinta pertamaku menelepon dan memintaku datang, mungkin benar dikhawatir terhadapku dan merindukan kedua cucunya. Belakangan juga aku jarang menelpon untuk memberi kabar, terlalu fokus dengan banyaknya permasalahan yang terjadi membuatku sedikit lalai mengabari orang tua
"Apa kau sudah beritahu Fahri kalau kalian akan pindah dan rumahnya dijual?" tanya Rika di kantor. "Tidak, dan kuharap dia tidak menyadarinya sampai akhirnya aku pindah." "Aku khawatir Itu akan terjadi bentrokan antara kamu dan dia, Jika kamu tidak beritahu.""Aku khawatir juga aku beritahu uang yang dia inginkan lebih besar dari jatah kami.""Tapi kau tetap akan memberikan dia uang kan?""Sepuluh persen saja.""Baiklah, setidaknya kau memberikan, daripada tidak sama sekali," jawab Rika tertawa."Mau bagaimana lagi ... aku harus mengamankan aset demi anak-anak. Mungkin aku terlihat serakah tapi aku tidak peduli, setidaknya aku tidak rugi setelah kehilangan suami. Dia enak, masih punya istri sementara aku harus menjanda sendirian sembari mengurusi dua anak kami.""Kau benar, kalau aku jadi kamu aku akan lakukan hal yang sama bahkan tidak akan kuberikan suamiku apapun.""Aku terpaksa memberikan dia agar dia tidak rewel.""Hahaha ada ada saja." *Pulangnya dari kantor ternyata Ibu d
Di dunia ini hukum alam selalu berjalan, ada pertemuan dan perpisahan, ada pernikahan dan penyatuan lalu ada kematian yang memisahkan atau perpisahan dengan cerai hidup. Dinamika kehidupan terus berputar dan berulang-ulang seperti pola alam yang teratur. Sebagai wanita yang normal, seorang wanita dewasa yang punya dua anak, aku sadar betul bahwa aku tidak bisa hidup sendirian terus-menerus. Mungkin aku butuh pendamping dan teman untuk menemani di saat sakit dan sedih atau jadi penghibur kesepianku di hari tua nanti. Kuputuskan untuk menerima lamaran, bukan karena aji mumpung atau ingin pamer pada mantan suamiku kalau aku juga bisa menikah, ini sebagai bentuk realistisnya diri ini pada kenyataan hidup. Lagipula ada pria baik baik yang mau meminang diri ini, mau menyayangi dan melindungi anak-anak serta bertanggung jawab, maka aku tak akan menolak jodoh pemberian Tuhan.**"Cantik sekali anak Ibu," ucap ibu saat beliau mendekat ke arah kaca rias dan memandang pantulan diri ini y
Di dunia ini hukum alam selalu berjalan, ada pertemuan dan perpisahan, ada pernikahan dan penyatuan lalu ada kematian yang memisahkan atau perpisahan dengan cerai hidup. Dinamika kehidupan terus berputar dan berulang-ulang seperti pola alam yang teratur. Sebagai wanita yang normal, seorang wanita dewasa yang punya dua anak, aku sadar betul bahwa aku tidak bisa hidup sendirian terus-menerus. Mungkin aku butuh pendamping dan teman untuk menemani di saat sakit dan sedih atau jadi penghibur kesepianku di hari tua nanti. Kuputuskan untuk menerima lamaran, bukan karena aji mumpung atau ingin pamer pada mantan suamiku kalau aku juga bisa menikah, ini sebagai bentuk realistisnya diri ini pada kenyataan hidup. Lagipula ada pria baik baik yang mau meminang diri ini, mau menyayangi dan melindungi anak-anak serta bertanggung jawab, maka aku tak akan menolak jodoh pemberian Tuhan.**"Cantik sekali anak Ibu," ucap ibu saat beliau mendekat ke arah kaca rias dan memandang pantulan diri ini y
Tiga hari sebelum aku menuju jenjang pernikahan. Tiba-tiba ada tamu yang tak diharapkan kedatangannya berdiri di hadapan pintu rumah. Saat itu aku dan beberapa teman sedang mengemasi souvenir.Rencananya pernikahan hanya akan dilangsungkan di lingkungan keluarga dan para sahabat terdekat saja jadi aku tidak akan mengadakan pesta besar, namun, menyediakan souvenir kenang-kenangan adalah hal yang ingin kulakukan untuk mengesankan para tamu undangan. Wanita itu dan suaminya tertegun melihat 4 orang temanku sedang sibuk meletakkan gelas kaca cantik ke dalam kotak souvenir. Dia berdiri dan tertegun di sana. Sedih Sudah lama tak bertemu membuatku seolah tidak mengenal gadis itu, sudah banyak perubahan di wajahnya tubuhnya berubah jadi kurus wajahnya pucat dan cekungan bola matanya menunjukkan kalau dia memang sedang sakit."Assalamualaikum." Wanita itu berucap dengan suara pelan, lirih nyaris tidak terdengar."Walaikum salam." Aku juga berdiri dan terpaku, bingung bagaimana harus memper
"Penting menegaskan pada mantan suamimu agar dia berhenti mendatangi kalian," ujar Mas Seno di mobil."Ya, Kami sudah sepakat untuk tidak bertemu lagi tapi dia datang untuk pinjam uang.""Lantas saat kau tidak mampu membantunya Kenapa lelaki itu malah murka dan berusaha menyakitimu?""Entahlah, mungkin cemburu Mas," balasku."Cemburu seakan kau tidak pantas berbahagia dan berteman dengan orang lain, begitukah?""Ya, bisa jadi.""Tapi bukankah dia sudah punya istri dan konom istrinya hamil?""Ah, dia keguguran, masuk rumah sakit dan minta bantuan biaya 2 juta dariku. Dia merasa berhak minta karena aku mewarisi sebagian besar harta gono gini.""Tapi pembagian itu bukankah adalah hak kalian dan anak-anak?""Mungkin dia merasa masih berhak memintanya.""Astaga sungguh tidak punya perasaan.""Ah, entahlah Mas.""Sepertinya kau harus pindah ke tempat di mana dia tidak menemukanmu.""Dia pasti akan menyusuri tempat tinggalku karena merasa bisa bertemu dengan anak-anak.""Kalau begitu kembali
Dua hari berikutnya sangat krusial, kudengar kabar keadaan bahwa Fanny kehilangan kesadaran, dia drop di rumah sakit karena pendarahan yang parah, menderita, kesakitan, menangis, depresi dan terguncang. Kudengar kabar itu dari salah satu temanku yang berprofesi sebagai petugas kesehatan.Dia tahu tentang peristiwa yang menimpa kehidupanku dan bagaimana wanita itu merebut suamiku, jadi dia berdiri di pihak diri ini untuk selalu memberiku kabar-kabar terbaru tentang perkembangan yang terjadi.(Dia drop, dia dirawat di ruang intensif.)(Bagaimana dengan Fahri?)(Tentu saja lelaki itu kebingungan dengan biaya... tidak lagi memiliki asuransi kesehatan, membuat lelaki itu harus membayar biaya rumah sakit dengan tarif umum. Kau tahu kan, wanita pasca abortus, dia harus mengalami operasi pembersihan dan biayanya cukup mahal belum lagi biaya rawat inap dan obat-obatan.)(Astaga....)(Aku yakin ibu mertuamu yang mantan seorang dokter harus repot menggelontorkan dana yang lebih besar, dia juga
Demi kebaikan segalanya aku memutuskan untuk mengambil keputusan dan menyuruh anak-anak untuk menegaskan keputusan mereka agar Mas Fahri tidak lagi datang dan mengganggu ketentraman hidup kami.Sore itu kuantar mereka bertemu dengan papanya di rumah neneknya, kebetulan neneknya sedang keluar ke pengajian jadi hanya ada dia di sana.Melihat kami berdiri di ambang pintu gerbang lelaki itu terlonjak bahagia. Dia berlari dan hendak menyambut kami dengan penuh sukacita tapi melihat ekspresiku dan anak-anak yang datar-datar saja lelaki itu langsung menghilangkan senyum di wajahnya."Aku sudah menunggu kalian dari pagi.""Mana istrimu? Kudengar dia hamil.""Dia di rumah.""Oh, baguslah, berarti kita bisa bicara dengan leluasa saat ini.""Apa maksudmu?"Lelaki mulai terlihat khawatir dan menelan ludah."Anak anak...." Aku memberi isyarat pada anak-anak untuk bicara secara langsung pada ayah mereka. "Papa, kami tidak ingin papa mengganggu kami lagi, kami tidak ingin papa datang tanpa member
Pukul empat sore, Mereka semua pamit dari rumahku setelah menyalami dan mereka mengucapkan terima kasih atas hidangan dan keramahan tuan rumah, aku mengantarkan mereka ke mobil."Terima kasih atas makanannya ya masakanmu benar-benar enak ucap Rika sambil merangkul dan menepuk bahu kanan ini."Sering sering main ya, agar aku tidak terlalu merasa kesepian.""Eh, sekarang kan ada Seno, Jadi kalian bisa share waktu dan hari Minggu kalian berdua.""Betul itu," jawab Mas Seno sambil berkedip padaku, entah kenapa dia tiba-tiba begitu berani dan gamblang menunjukkan godaannya.Mungkin karena tadi kami sudah bicara panjang lebar tentang keinginan dan harapan masing-masing, jadi pria itu mulai merasa akrab denganku. "Aku harap kalian cocok berteman," ucap suami Rika."Iya, Mas, makasih udah dikenalin.""Mudah mudahan berjodoh," lanjutnya sambil masuk ke mobil."Apa hanya mereka yang diantarkan mobilnya dan aku tidak?" tanya pria berjas abu abu itu. Aku tergelak dan mengarahkan tangan ke mobil
"Mari masuk, Saya sudah menunggu sejak tadi dan telah menyiapkan hidangan kecil-kecilan di meja makan," ujarku memecah kecandungan diantara kami dan tatapan mata lelaki bernama Seno yang lekat.Dia nampak terkesan dengan diriku tapi aku tidak mau terlalu over percaya diri, mungkin itu hanya bentuk penghargaan pada wanita yang baru ia temui.Ku arahkan pada tamuku ke arah meja makan di mana makanan yang masih hangat terhidang di sana, ada opor ayam, gulai ikan, sate lilit, dan urap sayur terhidang di sana. Tak lupa lalapan dan sambal. "Saya menyukai makanan khas Indonesia jadi saya menghidangkannya untuk kalian.""Kami juga suka, wah, sepertinya enak," ujar Rika."Langsung saja Mas, langsung dicicipi," ujarku pada suami sahabatku. Tak lupa aku bersilakan Seno juga untuk duduk dan kupanggil anak-anak untuk bergabung di meja makan. Kulayani tamu dengan baik, dengan cara memberikan pelayanan yang baik di meja makan, mendekatkan makanan dan menuangkan minuman, serta mengajak mereka bic
"Ciee janda, cantik kali perubahannya." Itu ucapan temanku menggoda diri ini saat aku tiba di kantor dengan penampilan baru dan parfum beraroma lebih segar, para sahabatku itu menatap diri ini dengan decak kagum dan mulai saling melirik satu sama lain."Alhamdulillah aku merdeka.""Tapi sampai hari ini aku tidak percaya bahwa kalian bercerai mengingat betapa harmonis dan mesranya kalian sebelum ini," ucap Mbak Vira salah seorang teman dekat Mas Fahri."Yang namanya kehidupan, bisa saja berbalik dalam satu tepukan, Mbak Vir," jawab Rika sahabatku."Sedih aja sih, meski akhirnya kalian mengambil keputusan untuk menjalani hidup masing-masing tapi aku tetap menyayangkan itu.""Mari kita hargai saja keputusan yang diambil oleh Arimbi dan Mas Fahri, aku rasa mereka pasti sudah membicarakan ini matang-matang.""Ya, semoga saja, semoga ini yang terbaik untuk anak anak," balasnya."Ayolah teman teman, saya baik baik saja, anak-anak saya baik-baik saja, tempat tinggal kami cukup layak, kendaraa