Share

Bab 120

Aku dan Ayah masuk ke ruang tamu kami duduk memenuhi bangku ruang tamu.

"Rizki Sayang, ke dalam dulu ya, main sama Bulek Nuri. Ayah sama Mamah dan Tante mau bicara sebentar," bisikku pelan pada telinga kiri anak lelakiku, tanganku mengelus lembut belakang kepalanya.

Ia pun mengangguk pelan mengikuti titahku.

"Mbak Sintya, seperti janjiku beberapa hari lalu, aku datang kembali mengharap kata maaf darimu, Mbak. Aku mohon maaf, sungguh hati ini rasanya tak tenang jika belum mendapatkan kata maaf darimu. Aku sungguh menyesal." Eva menunduk dalam dengan suara parau menahan sesak.

Aku terdiam, berusaha tenang, dalam hati aku terus beristighfar agar aku benar-benar bisa memaafkannya dengan tulus.

"Aku tau, kesalahanku sangat sulit di maafkan bahkan mungkin tak bisa di maafkan, tapi .... Sungguh aku menyesali semuanya Mbak." Ia terisak menunduk dalam.

Hening, semua larut dalam pikiran masing-masing.

Aku menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya.

"Aku sudah memaafkanmu, Va. Berjanjil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status